Buat kita yang punya hobi nonton,
film-film bertema detektif, atau kepolisian selalu jadi jenis film yang tidak
boleh ketinggalan. Menyaksikan kegigihan para penegak hukum dalam mengungkapkan
fakta, ribuan cara untuk menyelamatkan negara bahkan dunia membuat konsentrasi terkuras sekaligus menantang rasa ingin tahu untuk menebak akhir cerita.
Tayangan film sejenis sekarang
ini bisa dengan mudah kita temukan, tapi ada satu kesamaan yang bisa kita
dapatkan dari seluruh film tersebut. Salah satunya adalah saat pihak kepolisian
atau para detektif berada pada ambang kebuntuan dalam menangkap penjahat,
kalimat yang sering terdengar oleh kita adalah "Apakah saya melewatkan sesuatu?"
Lewat film ini kita bisa belajar
kalau tahap investigasi merupakan rangkaian proses yang runut dan tidak boleh
ada satu tahapan pun yang terlewatkan. Satu-satunya cara untuk keluar dari
kondisi tersebut adalah dengan mundur dan melangkah pada tahap awal investigasi
tersebut berlangsung, kemudian perlahan maju ke tahap berikutnya. Yang paling
menarik adalah justru pada tahapan kembali inilah yang biasanya banyak
ditemukan bukti atau saksi baru yang membantu proses investigasi tersebut selesai.
Kita pasti menyadari kalau kehidupan ini adalah sekumpulan proses dengan awal, pertengahan sampai pada akhirnya. Tidak jarang kok kita sendiri merasa nggak sabar dan akhirnya ingin buru-buru mendapatkan hasilnya.
Baca juga: Unik! Atur Lalu Lintas Sambil Menari, Pria Ini Ajarkan Untuk Kerja Dengan Sukacita
Kita nggak sendirian, sebab Musa
pun pernah mengalami hal demikian, dalam Bilangan 20:2-13, perintah Tuhan pada
Musa sebenarnya sangatlah sederhana, yaitu cukup melalui ucapan. Melalui cara
itu, bukit batu akan mengeluarkan air yang cukup untuk memenuhi kebutuhan bangsa Israel.
Pengalaman Musa ini membuat kita
menyadari kalau persoalannya bukan ada pada keluarnya air dari Bukit Batu.
Tuhan mau melihat ketaatan Musa dan Harun, sehingga kemuliaan Tuhan bisa
terwujud dari pribadi mereka. Namun, karena Musa tidak bisa menahan amarahnya, ia jadi kehilangan proses ini dan ingin langsung menuju pada hasilnya.
Terlebih kita, sebagai anak yang
sering dimanjakan dengan kehidupan modern dengan segala sesuatu yang serba
instan. Sering sekali kita tidak mau menikmati proses dan buru-buru pada
hasilnya. Padahal proses sendiri membentuk kita menjadi pribadi yang jauh lebih siap, lebih dewasa dan tentu saja menjadi lebih baik.
Satu kesalahan Musa ini cukup
membuatnya tidak bisa menikmati Tanah Perjanjian, dimana ia telah
memperjuangkan tanah ini bersama bangsa Israel selama 40 tahun lamanya. Seperti
Musa, karena menolak proses, nggak jarang kita jadi gagal menerima hasil yang
seharusnya menjadi berkat berlimpah dalam kehidupan ini. Sudah seharusnya kita taat mengikuti tuntunan Tuhan dan tidak mengandalkan hikmat yang ada dalam diri kita.
Firman Tuhan dalam Matius 7:7, “Mintalah, maka akan
diberikan kepadamu: carilah, maka kamu akan mendapat: ketoklah, maka pintu akan
dibukakan bagimu.” Untuk memperoleh sebuah berkat, kita harus menjalin kedekatan
terlebih dahulu dengan Tuhan.
Ibaratnya, siapa sih yang mau memberi suatu hal
kalau kenal saja tidak? Kalau belakangan ini ada doa kita yang belum terjawab,
cobalah untuk merenungkan dan koreksi diri sendiri. Kembali ke tahap awal,
apakah ada bagian yang terlewat dari setiap proses yang telah kita jalani ini?