Dua bulan pasca serangan teror
bom bunuh diri di Gereja Surabaya pada 13-14 Mei 2018 lalu menelan korban jiwa
dan kerusakan sejumlah bangunan. Jaringan Gusdurian Nasional bersama beberapa
pihak lain memfasilitasi penyaluran dana dan tanda kasih dari masyarakat dari berbagai daerah untuk keluarga korban.
Jumlah uang yang diserahkan
sekitar Rp. 300 Juta akan didonasikan kepada keluarga korban bom Surabaya.
Alissa Wahid, selaku koordinator Jaringan Gusdurian Nasional mengatakan kalau
hal ini merupakan bentuk solidaritas dan tanda kasih dari masyarakat. Tanda
kasih yang terus mengalir hingga hari ini, menurut Alissa merupakan bukti kalau aksi teror tidak berhasil memecah belah dan menakuti masyarakat.
“Untuk korban bom Surabaya, ada
beberapa inisiatif. Ada beberapa masyarakat yang mencoba mengumpulkan bantuan
dana. Ada dari alumni Boston University, ada dari Jaringan Gusdurian, ada dari
Youtubers. Dan itu semua dititipkan melalui Jaringan Gusdurian Surabaya untuk
diserahkan kepada korban,” jelas
Alissa
“Tujuan kami adalah menyampaikan
bahwa, masyarakat Indonesia berbela rasa, ikut merasakan apa yang menjadi duka
warga Surabaya, terutama korban bom. Dan yang kedua, kami ingin menunjukkan
bahwa aksi teror itu gagal memporak-poranda semangat kebangsaan bangsa Indonesia,” tambahnya.
Lewat penyaluran dana ini, keluarga korban bom
di tiga gereja di Surabaya mengaku sangat menghargai dana yang telah
dikumpulkan dan diberikan oleh masyarakat.
Pendeta Lydia Laurina dari Gereja Kristen
Indonesia (GKI) Diponegoro mengatakan kalau bantuan dari masyarakat menjadi
bukti besarnya perhatian masyarakat dan cinta akasih yang melampaui sekat-sekat
perbedaaan. Lydia mengungkapkan kalau aksi teror bom ini tidak lantas membuat
masyarakat takut untuk saling menguatkan dan memberi dukungan.