Pendeta Logan Robertson dideportasi
dari Australia setelah sebelumnya ditangkap di Brisbane awal bulan ini, bersama
dengan tiga pria lainnya setelah sebuah insiden dugaan pelecehan di masjid-masjid di wilayah Darra dan Kuraby.
Pendeta Robertson berasal dari
Selandia Baru dan mendirikan sebuah gereja bernama Westcity Bible Baptist
Church di Avondale tahun 2014 lalu. Kemudian ia pindah ke Brisbane bersama
keluarganya untuk membuka sebuah gereja Pillar Baptist Church dengan sedikit jemaat dan dikenal menentang Islam, aborsi dan homoseksualitas.
Pendeta Robertson disebut-sebut tengah berkunjung ke
Filipina untuk memberitakan Kabar Baik. Putri bungsunya lahir di Australia,
sehingga ia perlu mengajukan permohonan kewarganegaraan Selandia Baru sebelum ia bisa meninggalkan negara tersebut.
Pada sebuah kesempatan bersama
RadioLive, ia berkata telah membuat sebuah film dokumenter mengenai Islam dan
telah mendekati sejumlah pemimpin Islam yang dikenal sebagai pemimpin atau Imam untuk menjadi narasumber.
"Kami pergi ke Masjid Kuraby
dan berbincang bersama dengan Imam yang memberikan kami nomor teleponnya untuk
mengatur pertemuan, dan tidak lama setelah kami pergi, beberapa anak muda mulai
berteriak dan memanggil kami pembohong dan hal negatif lainnya," ungkap Pendeta Robertson.
Dalam wawancara tersebut, Pendeta
Robertson bertanya mengenai usia istrinya, Imam tersebut memilih untuk tidak menjawabnya, yang kemudian memicu Pendeta
Robertson menyebut dirinya Sissy (Re: pengecut, banci). Inilah saat kedua belah pihak saling berselisih paham.
Hari berikutnya, Pendeta
Robertson mendatangi seorang imam di Masjid Darra dimana sebelumnya ia telah
menentukan pertemuan pukul 12 siang. Gereja The Pilla Baptist juga melaporkan telah pergi melakukan perjalanan bersama ke sebuah sekolah islam.
Kemudian kelompok ini harus
berhadapan dengan polisi, dimana Pendeta Robertson kemudian dibawa ke tahanan
imigrasi untuk dibatalkan visanya karena dituduh telah melecehkan muslim. Ia
memilih untuk tidak mengajukan banding atas deportasinya setelah menghabiskan waktu selama 12 hari di pusat penahanan.
"Ini membuktikan kalau
banyak dari muslim adalah banci, bukannya melaksanakan interview bersama kami,
mereka justru menelepon media dan menelepon polisi karena mereka tidak ingin profesinya ini didengar oleh banyak orang,” terangnya.
Bertentangan dengan pemikirannya,
Pendeta Robertson sering mengatakan 'Mengasihi muslim', tetapi mereka tidak
setuju dengan ajaran Wuran yang menyatakan kalau hanya pengikut (Islam) yang bisa pergu ke surga kalau ia berbuat baik.
Ia juga mengatakan kalau setiap orang Kristen akan menyadari kalau setiap pengikutnya akan di terima di Surga selama kita percaya pada kematian, penguburan dan kebangkitan Yesus Kristus.
Baca juga: Baru Melabeli Diri Sebagai Negara Kristen, Perdana Menteri Malah Berselisih Dengan Pendeta
Dirinya juga tidak menyetujui
sudut pandang dari pendiri Islam, Nabi Muhammad yang disebutnya sebagai
'pedofil' yang mengacu pada hubungan antara Muhammad dan seorang gadis berusia
sembilan Tahun. Tentu saja hal ini sangat menyinggung kaum muslim, yang mengatakan kalau sebenarnya gadis tersebut sebenarnya berusia lebih tua.
Sang pendeta mengaku kalau
dirinya yang juga punya anak berusia 9 tahun tidak akan pernah membiarkan siapapun menikahi anaknya yang masih bersekolah dibangku sekolah dasar.
Pendeta Robertson juga dikenal sebagai salah
satu pendeta yang mendukung kalau mereka yang menyebut dirinya sebagai
homoseksual seharusnya dihukum mati dan wanita yang akan menjadi perdana mentri sebagai sebuah kutukan.
Efesus 4:14, "Sehingga kita bukan lagi
anak-anak, yang diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran, oleh
permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan." Dunia
menawarkan berbagai sikap yang sering membawa kita jauh dari Tuhan.
Bagaimanapun, seharusnya kita menolak perilaku
buruk dari orang-orang tersebut, bukan pelakunya. Menghakimi, berujar kasar
tentang sebuah kelompok tertentu bukanlah sebuah teladan yang harus dilakukan.
Sebaliknya, seharusnya kita bisa merangkul mereka semua dan mengasihi mereka sebagaimana
Tuhan telah mengasihi kita.