Gereja The Bible Reformed Church
yang berlokasi di Provinsi Guangdong Cina kembali menjadi target pemerintah pada minggu lalu.
Seorang pejabat Food and Drug
Administration dari rezim komunis serta beberapa orang anggota polisi memaksa
masuk ke dalam gereja yang sedang melakukan ibadah, dan kemudian mereka menangkap dan mempertanyakan orang-orang yang datang ke gereja.
Para petugas negara tersebut juga
mengecek identitas setiap orang yang hadir dalam gereja tersebut. Mereka juga
menutup lemari es dan membatasi akses ke lemari penyimpanan yang berisi peralatan makan.
Pendeta Huang Ciaoning berada
diantara para jemaat yang sedang diinterogasi oleh para petugas pemerintah
Tiongkok selama menggrebekan tersebut. Kemudian mereka menjelaskan mengenai hal yang terjadi selama wawancaranya bersama China Aid.
Huang berkata kalau kebaktian
pada 15 Juli lalu itu sudah dimulai ketika para petugas datang memasuki gereja.
Kedatangan para petugas kepolisian dan Food and Drug Administration menghentikannya saat ibadah sedang berlangsung.
Huang terpaksa harus menghentikan
pembicaraannya di tengah-tengah wawancara bersama pejabat dari pemerintah
urusan agama datang menginterogasinya. Interogasinya berlangsung selama satu
jam, saat Huang akhirnya dibebaskan, ia mengatakan kalau masih ada lima atau enam orang yang sedang di tahan di gereja saat dirinya diputuskan untuk dibebaskan.
Seiring dengan penggrebekan
gereja, para petugas dari pemerintah Cina memberi Huang sebuah ultimatum yang
berjudul 'Pemberitahuan Menuntut Pembenaran," yang pada dasarnya meminta gereja untuk menghentikan segala kegiatan keagamaannya.
Ini juga bukan kali pertama Gereja Bible Reformed Church dikunjungi oleh petugas pemerintah Cina.
Baca juga:
Penggrebekan pertama dilakukan
pada 10 Juni lalu di hari Minggu. Para petugas mengganggu kebaktian minggu dan
menangkap beberapa orang yang hadir. Dua minggu setelahnya, petugas hadir kembali untuk memberi peringatan hukuman pada Huang.
ChinaAid menuliskan kalau
pemberitahuan tersebut menjelaskan kalau gereja telah dijatuhi hukuman denda
sebanyak 50.000 Yuan atau sekitar 100 juta rupiah karena telah melakukan kegiatan keagamaan.
Huang berjuang atas denda
tersebut dan menuntut untuk bisa didengar dalam sidang pengadilan. Dirinya juga mengatakan kalau dia tidak akan takut jika harus melawan pemerintah.
Pada penutupnya, Huang berkata,
"Aku tidak pernah takut untuk dipenjara, aku bahkan tidak takut untuk
mati."