Sendratari Ibrahim Tunggul Wulung, Napak Tilas Penginjilan di Tanah Jawa
daniel.tanamal Official Writer
Umumnya referensi sejarah penginjilan di Indonesia
didominasi oleh kisah-kisah para misionaris dari luar negeri. Bahkan hingga
saat ini, mayoritas umat Kristen belum banyak yang mengetahui bahwa di
penginjilan di Tanah Jawa, diawali oleh seorang pribumi bernama Ibrahim Tunggul Wulung.
Fakta inilah yang menjadi salahsatu tujuan dari digelarnya
Pagelaran Sendratari Ibrahim Tunggul Wulung, hasil kerjasama Persekutuan
Gereja-gereja di Indonesia Wilayah (PGIW) DKI Jakarta dengan Gereja Injili di
Tanah Jawa (GITJ) Banyutowo, yang terlaksana di Gedung Pondok Persaudaraan, Jalan Industri Raya, Jakarta Pusat, Rabu (11/7/2018).
“Acara ini merupakan bagian dari program kerja
Pekabaran Injil (PI) PGIW DKI Jakarta bekerjasama dengan GITJ Banyutowo, agar
Umat Kristen di Indonesia lebih memahami lagi gerakan penginjilan di tanah
Jawa. Juga menjadi informasi berharga untuk semuanya, karena masih banyak Umat
Kristen yang belum tahu dan mengenal bahwa ada seorang Penginjil Kristen di
Indonesia dari kalangan pribumu bernama Ibrahim Tunggul Wulung,” ujar Sekretaris Umum PGIW DKI Jakarta, Pendeta Ferry Simanjuntak.
Ibrahim Tunggul Wulung (1800 – 1885) adalah tokoh
penginjil pribumi di Tanah Jawa, yang awalnya berjumpa secara pribadi dengan
Sang Sumber Hidup Sejati atau Yesus Kristus, dalam pertapaannya di Gunung Kelud.
Bersama seorang petapa wanita, yang kelak menjadi istrinya, Endang
Sampurnawati, Tunggul Wulung kemudian berguru kepada Coenrad Laurens Coolen, dan dibaptis oleh Pendeta Jellesma di Mojowarno.
Setelahnya Tunggul Wulung memulai
Penginjilan Keliling ke bebragai tempat di Pulau Jawa, juga mengutus
murid-muridnya untuk menginjil, seperti Kiai Sadrach, Paulus Tosari, Benyamin Joyotruno, Kleopas Matata Harso Sudirjo, dan beberapa lainnya.
Sendratari Ibrahim Tunggul Wulung ini sendiri, terbagi
dalam tiga babak yaitu, Pencarian dan Perjumpaan dengan Sang Sumber Hidup
Sejati, yang mengisahkan pencarian arti hidup dan perjumpaan Tunggul Wulung dengan
Yesus di Gunung Kelud, dilanjutkan dengan babak Pendadaran dan Pewartaan, yaitu
proses perjalanan dan penginjilan.
Babak terakhir Babad
Desa Banyuwoto, yang menceritakan kembalinya Tunggul Wulung kepada anak
muridnya di Ngapalan Juwana, untuk mencari tempat tinggal baru di sebuah tempat bernama Banyutowo.
Sendratari Ibrahim Tunggul Wulung ini juga terbilang
istimewa, selain diikuti oleh pemeran dan pendukung acara dari berbagai umur,
mulai balita hingga lansia, pagelaran ini juga yang merupakan pertama kali di
Indonesia, bahkan di dunia, yang menceritakan mengenai perjalanan penginjil
pribumi di Tanah Jawa, yang sempat ikut dalam Perang Diponegoro.
Terakhir, Tri Budhi Wibowo adalah seorang koordinator
komunitas GITJ, berharap pagelaran sendratari ini dapat mempersatukan dan
mengumpulkan kembali setiap warga gereja GITJ diwilayah manapun, terutama di
ibukota untuk bergabung bersama menjalin tali persaudaraan dan untuk membangun
GITJ.
Sumber : Daniel Tanamal - Jawaban.com
Halaman :
1