Baru-baru ini Presiden
Filipina Rodrigo Duterte membuat pernyataan kontroversial yang diarahkan kepada
Tuhan. Ia meminta satu orang saja membuktikan Tuhan ada kepadanya dengan
melakukan swafoto atau selifie bersama Tuhan, maka ia akan mundur dari
jabatannya.
“Jika ada satu orang
saja di antara kamu… yang berkata telah ke surge, bicara dengan Tuhan, melihat
dia secara langsung, dan bahwa Dia nyata, Tuhanmu, dan jika ada, benar, Aku
akan melepaskan jabatan presiden,” demikian ungkap Duterte, Jumat (6/7/2018)
lalu.
Hal ini tentu saja menimbulkan kemarahan di masyarakat Filipina yang mayoritas pemeluk agama Katolik Roma. Namun hal ini bukanlah pertama kalinya Duterte menyerang Tuhan melalui komentarnya. Dua minggu sebelumnya dia menyebut Tuhan “bodoh” dan “anak perempuan jalang” serta mempertanyakan beberapa kepercayaan Kristen seperti kisah penciptaan, konsep surga dan neraka, dan perjamuan terakhir.
Baca juga :
Tak Suka Ucapannya, Duterte Suruh Pembencinya Komplain ke Tuhan
Lagi-lagi, Presiden Duterte Semprot Gereja Katolik Filipina Soal Masalah Ini…
Konflik antara
Presiden Duterte dengan Gereja Katolik Roma sudah berlangsung lama. Dia pernah
mempertanyakan sumbangan yang dikumpulkan oleh Gereja Katolik Roma dari jemaat.
Duterte menuduh bahwa sumbangan itu digunakan untuk menyokong keberadaan istana
(Vatikan-red) dan berbagai kemewahan yang tidak bisa dinikmati oleh masyarakat
biasa.
“Jika kamu benar-benar
membantu orang, mengapa kamu minta sumbangan dari mereka,” demikian ungkapnya.
Kelompok Kristen menuntut
Duterte untuk meminta maaf atas pernyataannya yang menghina Tuhan, namun hal
itu ditolaknya, “Tidak dalam jutaan tahun.”
Presiden berusia 73
tahun tersebut lahir dan dibesarkan dalam keluarga Kristen Katolik, namun ia
sendiri mempertanyakan berbagai pengajaran Katolik seperti dosa keturunan yang
bahkan dialami oleh bayi dan hanya bisa ditebus dengan babtisan yang harus
membayar ke gereja.
Ada pandangan bahwa
sikap Duterte tentang Tuhan dan gereja dilatar belakangi oleh pelecehan seksual
yang alami sewaktu remaja. Pada tahun 2015, dalam sebuah wawancara ia
mengungkapkan pernah mengalami pelecehan seksual dari seorang pendeta gereja Katolik sewaktu mengalami
pengakuan dosa. Hal itu membuatnya mempercayai Tuhan versinya sendiri.
“Aku memiliki iman dan
kepercayaan yang dalam pada Tuhan tetapi Tuhanku, konsepku tentang Tuhan adalah
(berdasarkan) pada pelajaran yang kuterima dari kehidupan dengan cara yang
keras,” ungkapnya waktu itu.
“Aku tidak berpikir
bahwa Tuhanku adalah Tuhan yang aplikatif.. jika tidak demikian maka tidak akan
tersebar ketidakadilan: kelaparan, pembunuhan dan lain sebagainya,” demikian
tambahnya.
Duterte banyak dikecam
dunia karena kebijakannya yang membunuh langsung para pelaku dan pengguna
narkoba, dan juga para pemberontak. Ia mengabaikan tudingan pelanggaran hak asasi
manusia. Mungkinkah semua itu dilatarbelakangi karena kekecewaannya pada Tuhan
dan gereja?