Sebagai gembala sidang dan dosen pasca sarjana FISIP
Universitas Indonesia Pdt. Dr. Ir. Fu Xie mengatakan kalau secara pengertian,
agama dan politik tidak bisa dipisahkan.
"Jadi secara kekristenan sebenarnya negara-negara
Kristen memisahkan antara politik dengan agama, dalam pelaksanaannya memang
oke. Namun, secara pengertian politik sendiri, tidak bisa dipisahkan. Sebab
ketika kita ngomong, 'Bagusnya ini, wah dia kurang bagus ya,' itu sendiri sudah
berpolitik. Sebab kita sudah mengarahkan pemerintahan atau kekuasaan pada
seseorang," terangnya pada sebuah wawancara bersama JC Channel di
Universitas Indonesia.
Mengutip dari Aristoteles, Pdt. Fu Xie mengingatkan bahkan
kalau begitu ada dua atau tiga orang berkumpul, maka akan terjadi sebuah
interaksi politik di dalamnya. Pengertian politik menurut Aristoteles tidak
bisa terpisahkan dari lingkungan masyarakat, termasuk gereja maupun organisasi
lainnya.
“Kalau politik dalam arti pemerintahan, itu baru bisa dipisahkan.
Misalnya, jangan sampai ada pendeta yang ikut mempimpin pemerintahan. Jadi
jangan merangkap dua, sebab kalau sudah demikian, maka aka nada kepentingan
yang berbeda, yaitu kepentingan pemerintahan dan kepentingan gereja. Kalau itu,
saya setuju,” ungkap Pdt. Fu Xie.
(Baca Juga: Tonton wawancara dengan Pdt. Dr.Ir Fu Xie di JCChannel. Klik DISINI)
Pdt. Fu Xie juga mengingatkan agar firman Tuhan
seharusnya menjadi dasar dalam kehidupan berpolitik kita, karena kalau tidak
ada firman Tuhan, maka hasilnya akan kacau. Penting bagi kita untuk menaruh
harapan kepada Tuhan, bukan pada partai atau calon pemimpin yang akan kita pilih.
“Harapan kita tetap kepada Tuhan, bukan pada
orang tersebut. Bahkan partai saja bisa berubah. Kita tidak boleh menjadikan
orang atau partai sebagai sumber harapan,” pesan dosen yang mengajar mata kuliah statistik sosial ini.