Dalam dunia ini, ada begitu banyak tragedi yang terjadi yang
mengakibatkan kesedihan dan kesakitan. Sejatinya, apakah Tuhan nggak menginginkan kita bahagia ya?
"Lakukanlah apa yang bikin kamu bahagia. Pastikan diri
kamu bahagia karena kebahagiaan adalah hal yang paling penting." Pernah dengar kutipan itu?
Dikutip dari Explore God, dalam sebuah artikel tahun 2006 di
sebuah majalah Time, seorang jurnalis bernama David Van Biema dan Jeff Chu
mengutip sebuah jajak pendapat para Time bahwa 6 dari 10 orang Kristen mengatakan bahwa Tuhan menginginkan kemakmuran bagi umatNya.
Dalam jajak pendapat yang sama, 17% orang Kristen mengatakan
bahwa mereka menganggap diri mereka bagian dari "prosperity gospel movement," sebuah ekspresi agama evangelis
yang menekankan bahwa Allah menginginkan kebahagiaan dan kemakmuran terjadi
atas bumi ini, yang meyakini bahwa Tuhan sangat mengasihi kita sehingga Dia
tidak ingin kita mengalami penderitaan, penyakit, kemiskinan, dan ketidakbahagiaan.
Sayangnya di dunia yang nyata ini, kita justru menemukan ada
banyak penderitaan. Penyakit, kencanduan, pelecehan, miskin dan lain sebagainya.
Sejatinya, apakah Allah benar-benar serius menginginkan kita bahagia? Lalu apa sebenarnya tujuan Tuhan atas hidup kita di dunia ini?
Kalau memang tujuan Tuhan untuk kita di dunia ini memberikan
kebahagiaan, rasanya sangat sulit untuk konek dengan apa yang ada di dalam
Alkitab dan juga kenyataan yang ada. Masalahnya ada begitu banyak kisah orang
yang saleh dan wanita yang setia kepada Tuhan namun mengalami penderitaan yang luar biasa dalam Alkitab bahkan sekitar kita.
Memang sih, beberapa mengalami penderitaan karena diri mereka
sendiri, namun beberapa kesengsaraan juga bersumber langsung dari kesetiaan mereka kepada Tuhan.
Lalu, kalau tujuan Tuhan dalam hidup kita bukanlah kebahagiaan, apa dong?
Alkitab secara konsisten menegaskan bahwa Allah berkorban atas
dosa demi perubahan karakter umatNya bukan sekedar memberi mereka kenyamanan semata saja karena dosanya sudah di ampuni.
Dengan kata lain, Allah lebih fokus kepada kekudusan kita yang abadi dari pada kebahagiaan di bumi yang sementara ini.
Tuhan menentukan bahwa keadaan hidup kita saat ini termasuk
rasa sakit, perjuangan, akan digunakan dengan penuh kasih untuk membentuk hidup kita menjadi sama seperti Putra-Nya, Yesus Kristus.
Rasul Paulus merupakan seorang tokoh Kristen yang utama dimana
hidupnya sangat menderita karena imannya, dia dihukum, disiksa, di penjara, dan lain sebagainya.
Dalam kitab Roma, dia menuliskan pengalamannya yang
menyakitkan dan memberitahukan kepada kita semua demikian : "Sebab
itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan
Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus. Oleh Dia kita juga beroleh jalan
masuk oleh iman kepada kasih karunia
ini. Di dalam kasih karunia ini kita berdiri dan kita bermegah dalam
pengharapan akan menerima kemuliaan
Allah. Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan
kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan
ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan. Dan pengharapan p tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah
dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita." (Roma 5:1-5)
Kitab itu menunjukkan bagaimana Paulus sama sekali tidak
memikirkan betapa sengsaranya penderitaannya, dia bahkan mengakui bahwa
masa-masa sulit tersebutlah yang memperbaiki kita, membentu kita menjadi sosok yang gigih, berkarakter, dan berharap pada Tuhan.
Lebih dari itu, Paulus sedang menyampaikan bahwa dalam masa
sulit, bukan berarti Allah berhenti mengasihi dan perduli pada kita. Malah
sebaiknya dimana Dia yang penuh kasih datang membawa pengalaman-pengalaman
buruk tersebut untuk membentuk kita menjadi orang yang penuh kasih dan mencerminkan kasihNya pada dunia.
Sehingga pada akhirnya, "Kita tahu sekarang, bahwa Allah
turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang
mengasihi Dia, yaitu mereka yang terpanggil sesuai rencana Allah.... Sebab aku
yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun
pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau
kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu mahluk
lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus
Yesus, Tuhan kita." (Roma 8:28;38-39)
Jadi sudah jelas bahwa Allah menginginkan kekudusan yang abadi
dalam diri kita, bukan kebahagiaan semata apalagi itu mendukakan hatinya. Bukan
berarti Allah tidak suka kamu bahagia, namun jelas pasti bahwa kebahagiaan
kekal akan kita terima saat kita kudus dan terus berjalan dalam kehendaknya
sampai maranatha tiba.