Tiga penumpang
pesawat duduk di deretan kursi pesawat. Saat pesawat itu mulai lepas landas, ketiganya mulai mengubah alur percakapan tentang pilot pesawat.
Manakjubkannya,
penumpang A percaya kalau mereka tak dikemudikan oleh seorang pilot melainkan dipandu oleh sistem komputer dari terminal bandara.
“Tak ada
yang menerbangkan pesawat ini. Kita dipandu oleh sistem komputer dari terminal.
Pesawat ini adalah pesawat tak berawak. Kenapa aku harus percaya sebaliknya? Pintu kokpit tertutup. Siapa yang tahu? Tak ada pilot di sini,” katanya.
Sementara penumpang
B tak setuju dengan si A. Dia bersikeras meyakini kalau pesawat itu dikemudikan
oleh seorang pilot. “Oh, ada pilotnya kog. Seseorang pasti duduk di ruang kontrol
pesawat ini. Tapi, begitu kita lepas landas, dia akan tidur siang. Dia harus
mengemudi pesawat ini di udara lebih dulu lalu akan beristirahat,” jelas penumpang B.
Mendengar pendapat
kedua penumpang tersebut, penumpang C pun meresponi dengan jawaban yang mengejutkan
keduanya. “Kalian tak tahu apa yang sedang kalian bicarakan. Pertama, (pesawat
ini) memiliki pilot. Kedua, pilotnya adalah sosok yang waspada, kompeten dan
baik. Aku tahu; dia adalah suamiku. Dia berpengalaman dan sensitif dan selalu fokus
untuk melakukan penerbangan yang sukses. Kita ada di tangan (pilot) yang tepat,” ucapnya.
Dari percakapan ketiga penumpang ini, kita mendapat tiga pendapat. Ada yang berasumsi kalau pesawat tersebut tak berawak. Ada juga yang mengatakan pesawat tersebut berawak hanya saja dia tak pernah menampakkan diri. Dan ada pula yang menilai kalau pilot pesawat itu adalah seseorang yang sudah berpengalaman.
Baca Juga :
Bukan Hanya Percaya Saja, Orang Kristen Juga Perlu Lakukan Ini…
Percaya Saja! Hari Ini, Tuhan Akan Memenuhi Kebutuhanmu
Beberapa menit
kemudian. Turbulensi pun terjadi dan mengguncang pesawat tersebut seperti guncangan
ketika memasukkan popcorn ke dalam kantong kertas. Dalam kondisi itu, apakah ketiga
penumpang tersebut akan mengalami perasaan yang sama? Mana dari ketiganya yang kemungkinan akan tetap tenang?
Tentu saja penumpang
C akan jauh lebih tenang sekalipun di tengah guncangan turbulensi. Karena dia
percaya pesawat tersebut dikemudi oleh seorang yang berpengalaman yaitu
suaminya sendiri. Sementara dua penumpang lainnya, bisa kita pastikan akan dihantui ketakutan besar.
Gak ada yang
lebih penting daripada memiliki pandangan yang benar soal Tuhan. Ada banyak orang
kaya berpendidikan tinggi justru bertindak seperti pengecut ketika berhadapan dengan
kematian. Sementara orang-orang sederhana dan rendah hati memilih untuk berani menyerahkan
napas terakhir mereka dengan senyuman dan nyanyian sukacita. Karena orang-orang ini tahu persis siapa pilot yang mengemudikan pesawat kehidupan mereka.
Jadi kita pun
perlu tahu siapa pilot yang mengemudikan hidup kita. Karena itu adalah alasan kenapa
kisah Yesus muncul di dalam Alkitab. Dia adalah satu-satunya Tuhan yang nyata. Karena
dengan mengenal Yesus, kita juga mengenal Allah Bapa Surgawi kita. Dan dengan mengenal
Allah, kita akan tahu bahkan dalam kondisi penerbangan yang penuh guncangan
sekalipun, kita akan tetap aman. Karena Allah kita tahu cara terbaik untuk membawa
kita pulang.
“Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau,
janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan
menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa
kemenangan.” (Yesaya 41:10).