Memulai sebuah hubungan dengan seseorang memang
tidak mudah. Terutama dalam masalah komunikasi. Ada kok orang yang doyan banget
mengatur, ada pula orang yang selalu merasa kalau dirinya akan merasa nyaman
jika berada dalam aturan orang lain.
Permasalahan d iatas bisa timbul karena beragam alasan. Dibawah ini
merupakan alasan-alasan kenapa ada orang yang suka banget kalau hidupnya diatur
orang lain.
1. Orang yang merasa dirinya
banyak diatur biasanya cenderung
merasa insecure tentang dirinya sendiri
Untuk mendapatkan sebuah
pengakuan, kita mencoba untuk melakukan apa pun yang orang lain inginkan.
Tetapi daripada mencari sebuah pengakuan dari orang lain, cobalah kita menerima
diri kita sendiri.
Memang benar kita adalah makhluk
sosial, tetapi tidak berarti kita harus berusaha sekeras mungkin untuk diterima
ditengah-tengah mereka. Ketika kita bisa menerima diri kita sendiri, kita pasti
menyadari dimana seharusnya kita berada tanpa harus mengikuti perintah orang
lain.
2. Merasa kalau tidak punya
pilihan lain
Hanya karena seseorang berpikir
kalau kita harus bersikap, tidak berarti kita tidak punya pilihan lain.
Bukankah Tuhan Yesus telah mengatakan bahwa Roh Kudus yang ada dalam kita punya kuasa untuk menentukan pilihan yang
baik? Tidak semua yang kita dengar dari orang lain harus kita turuti.
Sebagai anak Allah, fokus kita seharusnya adalah menyenangkan Allah. Memang pada prakteknya untuk menyenangkan Allah itu tidak selalu membuat orang lain senang. Tetapi percaya deh, kalau kita sudah menempatkan Tuhan diatas segalanya, maka setiap pergumulan pun akan teratasi seiring dengan hati kita yang siap untuk melakukan kehendak Allah. Percaya kalau satu-satunya agar ditermila oleh orang lain adalah dengan menyenangkannya bukanlah sebuah pilihan yang bijak.
Baca juga: Si Bossy Memang Hobi Mengintimidasi, Sikapilah Dengan 3 Cara Ini
3. Percaya deh, rasa ‘nyaman’ saat diatur itu sebenarnya
cuma ada di angan-angan
Setiap orang pasti punya reaksi
yang berbeda terhadap sebuah situasi. Sebagai contoh, ada dua orang yang
sama-sama duduk di kursi belakang. Salah satu diantaranya merasa tidak nyaman
dengan rute yang akan ditempuh dan terus menerus memberi kritik kepada
pengendara karena tidak bisa mengemudi dengan baik. Sementara satu orang yang
lain hanya duduk dan memberikan saran jika diperlukan.
Mana yang lebih banyak
menimbulkan perselisihan dan
di-cap sebagai tukang ngatur? Tentu saja orang yang pertama. Kedua orang
tersebut sama-sama akan memberikan saran agar bisa sampai di tujuan dengan
selamat, namun orang pertama dan kedua memilih cara penyampaian yang berbeda.
Dalam Roma 8: 14-16, “Semua orang, yang
dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah. Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan
yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang
menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: "ya Abba, ya
Bapa!" Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah
anak-anak Allah.”
Jadi, kita harus bisa bertindak tegas terhadap
siapa yang ingin kita layani. Apakah itu
Tuhan? Ataukah itu orang-orang disekeliling kita? Ketika kita berjalan
bersama Tuhan, kasihNya akan terpancar dalam diri kita. Kasih Tuhan ini yang
akan membuat kita menjadi pribadi yang mandiri dan menuntun kita pada
lingkungan yang jauh lebih baik.