Paham Radikalisme Diajarkan Sejak Anak-anak, Ini Solusi Pencegahan dari Pdt. Hein Arina

Nasional / 20 May 2018

Kalangan Sendiri

Paham Radikalisme Diajarkan Sejak Anak-anak, Ini Solusi Pencegahan dari Pdt. Hein Arina

Budhi Marpaung Official Writer
2379

Rangkaian peristiwa teror bom bunuh diri dimana beberapa pelakunya adalah anak-anak di bawah umur menunjukkan paham radikalisme sudah ditanamkan sejak dini. Ketua Badan Pekerja Majelis Sinode Gereja Masehi Injili di Minahasa (GMIM) Pendeta Hein Arina menilai gereja memiliki solusi untuk menangkal maupun mengatasinya.

Menurut Arina, di dalam konteks GMIM, pihaknya memiliki pelayanan untuk kategori pemuda, remaja dan anak.    

"Di situ kita harus meningkatkan pelayanan, pengembalaan, pengajaran, dan katekisasi dengan menekankan pada konteks Alkitab," ujar Arina sebagaimana dikutip dari manadopostonline com, Jumat (18/5/2018).


(Ketua BPM GMIM Pdt. Hein Arina (tersenyum ke arah kamera) / Sumber: trensulut.com)

Konteks Alkitab yang dimaksud, sambung Arina, adalah yang bersifat universal seperti ketaatan, kesucian, dan mengasihi Tuhan serta bagaimana menghadirkan shalom kepada jemaat bahkan masyarakat.

"Hal ini harus dibentuk sejak anak-anak, agar supaya mereka memiliki karakter integritas yang Alkitabiah dan memiliki moral yang betul-betul menghargai asas-asas kemanusiaan secara universal atau menyeluruh," tutur Arina.

Dengan adanya pembinaan seperti ini diharapkan anak tersebut nantinya ketika tumbuh dewasa memiliki pandangan yang sangat luas, yang dapat mewarnai kehidupan. “sehingga (ia) dapat terhindar dari hal-hal yang kita tidak inginkan bersama," tukas Arina.

Baca Juga: Akhirnya, Pemuda Indonesia Lakukan Perlawananan Terhadap Radikalisme di 28 Oktober Ini

Pada peristiwa pengeboman 3 gereja di Surabaya, dua orang terduga pelaku bom bunuh diri di Gereja Santa Maria Tak Bercela adalah dua orang anak yang masih berusia 17 dan 15 tahun. Sementara di GKI Jl. Diponegoro, dua orang anak juga diikutsertakan dalam aksi pengeboman bunuh diri yakni berusia 12 dan 8 tahun. Kepolisian akhirnya berhasil mengungkap bahwa para pelaku di setiap gereja adalah masih satu keluarga.    

Sumber : manadopostonline, kompas tv
Halaman :
1

Ikuti Kami