Kuasa Perkataan Positif Yang Membangun Anak-anak. Mulailah Dari Sekarang Melakukan Ini!

Parenting / 17 May 2018

Kalangan Sendiri

Kuasa Perkataan Positif Yang Membangun Anak-anak. Mulailah Dari Sekarang Melakukan Ini!

Naomii Simbolon Official Writer
2204

 

Sebagai orangtua, pernah nggak sih kita merasa menyesal sudah mengatakan kata-kata yang nggak sepatutnya kita katakan kepada anak-anak kita?

Bahkan pada titik tertentu, kita mungkin mengatakan kepada diri sendiri . "Saya sangat idiot" atau "Duh, kok aku bodoh banget sih?"

Dalam mengucapkan hal ini, pernah nggak sih kita berpikir bahwa kata-kata yang kita ucapkan memiliki dampak yang tidak baik?

Kata-kata yang kita ucapkan akan menciptakan dunia kita, hal ini dikatakan oleh Dr. Justin Coulson, ayah 6 orang anak dan merupakan penulis terlaris dari 10 Things Every Parent Needs Know dan juga 9 Ways to a Resilient Child.

"Apapun yang kita bicarakan, dan kemanapun arah pembicaraan kita, pikiran dan tubuh kita akan mengikutinya. Percayalah bahwa apa yang kita katakan kepada diri kita sendiri, akan menjadi kata-kata dan bahasa yang kuat yang mempengaruhi cara kita melihat anak-anak."

Ketika Coulson meminta seorang ibu yang sedang frustasi untuk menggambarkan soal putrinya yang remaja, ibu tersebut mengatakan hal-hal seperti ini :

"Dia nggak sopan dan sangat boros. Dia memperlakukan rumah kami seperti hotel. "

Tetapi ketika Coulson bertanya soal kekuatan dan kebaikan putrinya, maka ibu tersebut bicara mengenai kepedulian dan kemurahan hati sang putri.

Dalam hal ini, si ibu seperti sedang menggambarkan dua orang yang berbeda.

Nah, dibawah ini ada beberapa frasa yang disarankan oleh Coulson untuk para orang tua, agar bisa mengekspresikan sentimen yang sama dengan cara yang lebih baik.

1. Jangan mengatakan " Tenang." Tetapi katakanlah "Kami sangat kesal."

Jika itu yang kamu sampaikan adalah benar, maka kamu harus menyampaikannya. Mengatakan kepada orang lain untuk “tenang” memberikan dampak sebaliknya.) Fokuslah kepada mengungkapkan apa emosi kamu saat itu juga. Kalau kamu sedang kesal, katakan kamu kesal agar kamu bisa menjinakkan dan menenangkan emosi kamu tersebut.

2. Jangan mengatakan "Kamu sangat pintar." Tetapi tanyakan "Gimana perasaan kamu ketika..."

Penelitian menunjukkan bahwa pujian yang mengarah kepada kesimpulan hanya akan bikin kemampuan semakin rendah. Jadi hal terbaik yang bisa kita lakukan adalah mengembalikan pujian tersebut menjadi sebuah pertanyaan.

Misalnya, kamu bisa mengatakan :"Hey, kamu kelihatannya senang banget dengan hasil itu, cerita dong gimana kok bisa kamu mencapai hal itu?" daripada "Hebat, kamu memang pintar."

3. Daripada kamu menggerutu dan tampak lemah di depan anak kamu atau orang lain dengan mengatakan : Duh, saya nggak bisa melakukan ini." Sebaiknya kamu berkomunikasi dengan menghasilkan kata-kata yang menunjukkan bahwa kamu ingin berkembang dalam melakukan sesuatu "Wihh keren. Apa yang bisa saya lakukan untuk ini?"

Dengan demikian, kita sedang membangun sebuah komunikasi yang mengarah kepada hal positif. Secara tidak langsung anak kamu melihat cara pikir dan respon kamu terhadap sebuah tantangan. Bukannya cepat menyerah tetapi justru berusaha. Keren kan?

4. Jangan pernah katakan: "Jangan terlalu bodoh kenapa?"

Daripada kamu mengucapkan kalimat negatif yang menyakiti hati anak kamu, lebih baik tidak mengucapkan kata-kata apapun.

Jika anak kamu melakukan sesuatu yang bodoh dan menyebalkan, jangan langsung memarahi mereka apalagi sampai memberitahu secara frontal bahwa sikap mereka bodoh.

Lebih baik suruh mereke berhenti melakukan hal itu, berikan penjelasan dengan lembut.

Karena mengatakan hal yang negatif kepada mereka hanya akan bikin mereka merasa sangat buruk dihadapan kamu, atau bahkan akan menantang kamu sebab apa yang kamu pikiri bodoh , justru tidak bagi anak-anak kamu.

Mengatakan hal-hal yang mengerikan dan negatif kepada anak-anak atau orang lain, dampaknya sama merusaknya seperti tindakan pelecehan. Menurut Coulson, hal ini sangat mempengaruhi fungsi psikologis anak.

So, buat para orangtua, trik yang aman untuk berkomunikasi dengan anak-anak adalah sedikit mengoceh namun lebih banyak bertindak.

Orangtua adalah role model  yang harus dilihat sang anak. Gimana mungkin tetangga menjadi role model mereka sedangkan mereka selalu bersamamu dari bayi hingga remaja?

Jadi, sebaiknya kita sebagai orangtua memiliki kasih dan terus belajar firman agar mampu menjadi orangtua yang berkenan di hadapanNya untuk anak-anak kita.

Sumber : berbagai sumber/jawaban
Halaman :
1

Ikuti Kami