Sebagai orangtua, pernah nggak sih kita merasa menyesal sudah mengatakan kata-kata yang nggak sepatutnya kita katakan kepada anak-anak kita?
Bahkan pada titik tertentu, kita mungkin mengatakan kepada
diri sendiri . "Saya sangat idiot" atau "Duh, kok aku bodoh banget sih?"
Dalam mengucapkan hal ini, pernah nggak sih kita berpikir bahwa kata-kata yang kita ucapkan memiliki dampak yang tidak baik?
Kata-kata yang kita ucapkan akan menciptakan dunia kita, hal
ini dikatakan oleh Dr. Justin Coulson, ayah 6 orang anak dan merupakan penulis terlaris dari 10 Things Every Parent Needs Know dan juga 9 Ways to a Resilient Child.
"Apapun yang kita bicarakan, dan kemanapun arah
pembicaraan kita, pikiran dan tubuh kita akan mengikutinya. Percayalah bahwa
apa yang kita katakan kepada diri kita sendiri, akan menjadi kata-kata dan bahasa yang kuat yang mempengaruhi cara kita melihat anak-anak."
Ketika Coulson meminta seorang ibu yang sedang frustasi untuk
menggambarkan soal putrinya yang remaja, ibu tersebut mengatakan hal-hal seperti ini :
"Dia nggak sopan dan sangat boros. Dia memperlakukan rumah kami seperti hotel. "
Tetapi ketika Coulson bertanya soal kekuatan dan kebaikan
putrinya, maka ibu tersebut bicara mengenai kepedulian dan kemurahan hati sang putri.
Dalam hal ini, si ibu seperti sedang menggambarkan dua orang yang berbeda.
Nah, dibawah ini ada beberapa frasa yang disarankan oleh Coulson untuk para orang tua, agar bisa mengekspresikan sentimen yang sama dengan cara yang lebih baik.
1. Jangan
mengatakan " Tenang." Tetapi katakanlah "Kami sangat kesal."
Jika itu yang kamu sampaikan adalah benar, maka kamu harus menyampaikannya. Mengatakan kepada orang lain untuk “tenang” memberikan dampak sebaliknya.) Fokuslah kepada mengungkapkan apa emosi kamu saat itu juga. Kalau kamu
sedang kesal, katakan kamu kesal agar kamu bisa menjinakkan dan menenangkan emosi kamu tersebut.
2. Jangan
mengatakan "Kamu sangat pintar." Tetapi tanyakan "Gimana perasaan kamu ketika..."
Penelitian menunjukkan bahwa pujian yang mengarah kepada
kesimpulan hanya akan bikin kemampuan semakin rendah. Jadi hal terbaik yang
bisa kita lakukan adalah mengembalikan pujian tersebut menjadi sebuah pertanyaan.
Misalnya, kamu bisa mengatakan :"Hey, kamu kelihatannya senang banget dengan hasil itu, cerita dong gimana kok bisa kamu mencapai hal itu?" daripada "Hebat, kamu memang pintar."
3.
Daripada kamu menggerutu dan tampak lemah di depan anak kamu atau orang lain dengan mengatakan : “Duh, saya nggak bisa
melakukan ini." Sebaiknya kamu berkomunikasi dengan menghasilkan kata-kata
yang menunjukkan bahwa kamu ingin berkembang dalam melakukan sesuatu "Wihh keren. Apa yang bisa saya lakukan untuk ini?"
Dengan demikian, kita sedang membangun sebuah komunikasi yang mengarah kepada hal positif. Secara tidak
langsung anak kamu melihat cara pikir dan respon kamu terhadap sebuah tantangan. Bukannya cepat menyerah tetapi justru berusaha. Keren kan?
4. Jangan pernah katakan: "Jangan terlalu bodoh kenapa?"
Daripada kamu mengucapkan kalimat negatif yang menyakiti hati anak kamu, lebih baik tidak mengucapkan kata-kata apapun.
Jika anak kamu melakukan sesuatu yang bodoh dan menyebalkan, jangan
langsung memarahi mereka apalagi sampai memberitahu secara frontal bahwa sikap mereka bodoh.
Lebih baik suruh mereke berhenti melakukan hal itu, berikan penjelasan dengan lembut.
Karena mengatakan hal yang negatif kepada mereka hanya akan
bikin mereka merasa sangat buruk dihadapan kamu, atau bahkan akan menantang kamu sebab apa yang kamu pikiri bodoh , justru tidak bagi anak-anak kamu.
Mengatakan hal-hal yang mengerikan dan negatif kepada anak-anak atau orang lain, dampaknya sama merusaknya seperti tindakan pelecehan. Menurut Coulson, hal ini sangat mempengaruhi fungsi psikologis anak.
So, buat para orangtua, trik yang aman untuk berkomunikasi dengan anak-anak adalah sedikit mengoceh namun lebih banyak bertindak.
Orangtua adalah role model yang harus dilihat sang anak. Gimana mungkin
tetangga menjadi role model mereka
sedangkan mereka selalu bersamamu dari bayi hingga remaja?
Jadi, sebaiknya kita sebagai orangtua memiliki kasih dan terus
belajar firman agar mampu menjadi orangtua yang berkenan di hadapanNya untuk
anak-anak kita.