Kapolri Jenderal
Tito Karnavian menyampaikan bahwa pelaku serangan bom bunuh diri kelompok JAD di
tiga gereja Surabaya melibatkan perempuan dan anak-anak. Dia menilai ini adalah
pola aksi baru yang dilakukan pelaku teroris dan diyakini baru pertama kali dilakukan di Indonesia.
“Pelibatan anak-anak baru pertama di Indonesia. Memprihatinkan,” kata Tito, Senin (14/5).
Tindakan melibatkan
anak-anak, yang dipastikan adalah anggota keluarga pelaku sendiri ini bahkan dikutuk
keras oleh Presiden Joko Widodo. Dia menilai tindak kejahatan ini sebagai perbuatan biadab terhadap kemanusiaan karena mengorbankan anak-anak di bawah umur.
Selain
melibatkan anak-anak, serangan bom bunuh diri di tiga gereja Surabaya kemarin, Minggu (13/5) juga menyebabkan jatuhnya korban di kalangan anak-anak.
Seperti dihimpun
dari data pemberitaan di media, ditemukan bahwa terdapat sedikitnya tiga anak dari
jemaat gereja yang jadi korban. Jumlah itu tak termasuk anak pelaku yang juga tewas.
Adapun identitas dari ketiga anak ini terdiri dari Vincensius Evans (11 tahun) dan Nathanael (8 tahun) yang merupakan korban serangan bom di Gereja Santa Maria Tak Bercela. Sedihnya, kedua anak ini diketahui kakak beradik. Saat kejadian ledakan, keduanya baru tiba di gerbang gereja bersama dengan orangtuanya. Baik Vincencius dan Nathan berjalan bergandengan dengan sang ibu Wenny. Saat sebuah motor mencoba menghadang satpam gereja di dekat gerbang, keluarga ini diketahui tak jauh dari lokasi. Akibatnya, serpihan ledakan bom mengenai ketiganya.
Ketiganya mengalami luka yang cukup parah akibat serpihan ledakan bom. Segera setelah dibawa ke Rumah Sakit Bedah Surabaya nyawa Vincencius tak lagi tertolong. Sementara adiknya Nathanael masih bisa bertahan dan harus menjalani otopsi di bagian kaki. Sayangnya, Nathan tak lagi mampu bertahan akibat komplikasi luka yang dialaminya dan menghembuskan napas terakhirnya pada Minggu (13/5) malam kemarin.
Keterangan: Nathan bersama sang ibu Wenny
Wenny dan suaminya
dikabarkan masih terguncang dengan peristiwa yang mereka alami. Wenny yang juga mengalami luka-luka masih dalam proses perawatan medis.
Sementara anak
lainnya yang juga jadi korban dari serangan bom di Gereja Pantekosta Pusat Surabaya
(GPPS). Seorang jemaat gereja mengaku menyelamatkan anak yang belum diketahui identitasnya
itu. “Saya turun dan menuju keluar gereja. Saya kemudian menolong anak kecil yang terluka karena ia tampak sendiri,” ucap saksi mata.
Dari
kondisinya anak tersebut dikabarkan mengalami luka di bagian pelipis. “Saya lalu
bawa ke poliklinik di dekat sini dan setelah bertemu orangtuanya, saya serahkan
ke mereka,” ucapnya.
Tentu saja kita
sangat menyayangkan bahwa serangan bom bunuh diri di tiga gereja ini menjatuhkan
korban dari kalangan anak-anak. Lewat serangan ini semoga gereja diingatkan untuk
selalu waspada dan meningkatkan penjagaan di setiap proses ibadahnya. Mari juga
berdoa supaya para pelaku yang menggunakan motif bunuh diri ini segera diberantas
supaya tak lagi menjatuhkan korban dari kalangan anak-anak.