Paskah merupakan perayaan orang
percaya untuk kembali mengenang penderitaan Yesus Kristus di kayu salib. Bagaimana Ia menderita dan
mengorbankan diriNya di kayu salib untuk menebus dosa manusia, mati, dikuburkan dan bangkit dari antara orang mati.
Perayaan Paskah biasanya
dihabiskan oleh kita dengan berkumpul bersama keluarga, kerabat atau teman.
Setiap tahunnya, akan selalu ada makna Paskah dalam kehidupan kita, salah satunya adalah bagaimana memaknai pernikahan kita melalui pesan Paskah.
1. Memberi hingga berkorban sesuatu
Pengorbanan Kristus di kayu salib merupakan
bentuk kasihNya kepada manusia. Yohanes 15:13, "Tidak ada kasih yang lebih
besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk
sahabat-sahabatnya." Memberi tanpa pamrih merupakan salah satu teladan Tuhan Yesus kepada kita.
Pasangan yang memberi dan mengasihi
tanpa meminta timbal
balik dapat menjaga pernikahan tetap kokoh. Kasih juga berarti murah hati. Hal
ini tidak berarti harus memberikan seluruh hidup kita kepada pasangan, namun sikap kerelaan hati untuk mengorbankan sesuatu untuknya.
Seberapa sering kita bersikap
negatif ketika kita diharuskan mengorbankan waktu, energi, emosi bahkan
keuangan untuk kebaikan pasangan? Kemurahan hati yang rela berkorban merupakan salah satu bentuk kasih dalam pernikahan.
2. Hubungan jauh lebih penting dibandingkan dengan aturan dan kewajiban
Alkitab jelas membahas kalau
Yesus datang untuk menjadikan kita sebagai pengantinNya yang kekal. Yesus
menjembatani kita untuk mendapatkan hubungan yang intim dengan Tuhan. Ia membuat kita bisa berada sangat dekat dengan Tuhan.
Yesus datang tidak hanya untuk
apa yang bisa kita ‘lakukan’ untuk Tuhan, tetapi Ia
membuat kita bisa ‘bersama’ dengan Tuhan. Dalam Yesus,
kita bisa melihat cara hidup kasih yang sebenarnya. Kita tahu kalau Ia banyak
mengubah hukum agama untuk
perbuatan kasihNya terhadap manusia. Dari sini, kita bisa melihat kalau
Ia memprioritaskan hubunganNya dibandingkan hukum maupun aturan yang ada pada saat itu.
Bagi sebagian pernikahan, mungkin
kita memiliki aturan yang tidak tertulis. Kita bisa menyebutnya dengan nama
ekspektasi, tradisi, bahkan kondisi tertentu. Tidak ada yang salah akan hal itu. Tetapi, akan menjadi masalah saat kita menempatkan hal tersebut diatas segalanya.
Seperti apa yang telah Yesus lakukan, sebaiknya
kita menempatkan hubungan bersama pasangan di atas aturan-aturan tersebut. Jika
kita ingin menjalin hubungan yang jauh lebih dekat, maka kita harus bisa menempatkan segala aturan.
Apakah kita akan memaafkan suami kita saat
dirinya melakukan kesalahan yang besar? Atau bagaimana kita akan menyikapi
istri yang bertindak seolah-olah tidak menghormati kita? Memang tidak mudah,
hal ini bertentangan dengan sifat manusia yang cenderung ingin melindungi diri sendiri dan mementingkan diri sendiri.
Tidak ada hal yang sempurna dalam pernikahan. Tetapi ketika kita bisa menempatkan hubungan diatas segalanya, maka kita akan menerima semua ketidaksempurnaan tersebut sebagai karya Tuhan yang sedang bekerja dalam kehidupan kita.
3. Selalu ada pengharapan untuk masa yang akan datang
Pengorbanan Yesus di kayu salib membawa
pengharapan bagi orang percaya agar tidak binasa. Saat kita menghadapi masalah
yang sangat besar dalam pernikahan dan memutuskan untuk menyerah, ingatlah
kalau dalam Yesus, tidak ada pengharapan yang mengecewakan. Akan ada masa-masa
sulit, ketika kehilangan pekerjaan, orang tua atau anak-anak sakit, atau masalah lain yang nampaknya sangat mustahil untuk bisa dihadapi.
Salib mengingatkan kita pada janji Kristus,
dimana Ia menunjukkan diriNya sebagai seorang penebus yang akan memulihkan
seluruh aspek dalam kehidupan kita. Ingatlah kalau rencana Kristus adalah
rencana yang terindah dalam kehidupan kita.
Sebagai pribadi yang lebih dari pemenang,
kesulitan yang kita hadapi dalam pernikahan dapat membawa mujizat yang tidak
bisa kita tebak. Ketika kita merayakan Paskah, ambillah sedikit waktu untuk
merenungkan kembali arti pernikahan dalam diri kita.