Kebebasan berpendapat merupakan
privilege atau hak istimewa kita yang hidup di jaman now. Pasalnya, kebebasan
berpendapat sudah dimuat dan dilindungi dalam UUD '45. Sayangnya, tidak semua orang bijak dalam menggunakan hak ini.
Buktinya, ada banyak orang yang
menyatakan dirinya di bully, bahkan hingga berujung untuk memutuskan bunuh
diri. Kebebasan pendapatan membawa kita berbuat seenaknya tanpa berpikir mengenai dampak perkataan ini kepada orang yang kita tuju.
Seharusnya, kita bisa berbuat
jauh lebih banyak kebaikan dengan menyebarkan kata-kata positif. Kalaupun
memilih berpendapat, seharusnya kita mengatakan hal-hal yang bersifat kritis dengan mempertanyakan kebenaran dan mengoreksi apa yang salah.
Pengertian dan perbedaan sinis dan kritis
Ketika kita bersikap kritis namun
tidak memiliki tujuan untuk membangun, mempertanyakan kebenaran atau
mengoreksi, maka sikap
tersebut bukan lagi kritis, melainkan sinis. Dalam KBBI, sinis berarti
sifat mengejek atau memandang rendah. Sementara kritis diartikan sebagai sikap yang tidak mudah percaya.
Sama-sama mempertanyakan sesuatu,
tidak mudah percaya atas sesuatu hal merupakan pengertian dari sikap kritis
maupun sinis. Bedanya, kalau sinis cenderung menjatuhkan seseorang dengan
alasan kebencian. Psychology today mengatakan kalau sikap sinis merupakan cara seseorang mempertahankan diri karena tidak ingin disakiti oleh orang lain.
Kadang, ketika seseorang berlaku
sinis, ia akan terlihat cerdas, namun ia menggunakannya untuk menyerang orang.
Sementara kritis merupakan sikap membangun karena dicetuskan berdasarkan fakta, alasan maupun etika.
Sebagai orang percaya, Tuhan mau kita
menggunakan perkataan yang baik dan membangun, dalam Efesus 4:29, “Janganlah
ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik
untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia.”
Biar tidak salah kaprah, yuk cerminkan kasih dengan bersikap kritis yang membangun dengan lima cara ini.
1. Tidak menghakimi
Kita semua pasti tahu kalau menghakimi bukanlah
perbuatan yang baik. Orang kritis akan mengatakan sesuatu karena ia mengetahui
kebenarannya, bukan karena pengin dilihat pintar dengan komentarnya. Jadi,
pastikan kalau apa yang kita katakan ini memang positif dan benar adanya. Lebih baik diam daripada menyebarkan kebohongan, bukan?
2. Tidak mengetahui sesuatu hal tidak ada salahnya, kok
Orang sinis biasanya pengin selalu kelihatan
pintar dalam segala hal. Tuhan telah memberikan kita hikmat kepintaran, tetapi
hal ini tidak lantas membuat kita merasa mengetahui segalanya. Contoh yang
biasa kita temukan sehari-hari adalah ketika ada berita yang sedang hits, kita
langsung ikut komen tanpa mengetahui kebenarannya. Padahal, sudah sepantasnya
kita hanya memberikan informasi yang benar dan positif, bukan karena sikap sok tahu dan pengin ikut hits semata.
3. Memiliki pikiran yang luas
Tidak semua yang kita yakini itu benar. Untuk inilah Rasul Paulus mengatakan kita untuk terus memperbaharui akal budi kita. Daripada harus berasumsi yang belum tentu kebenarannya atau dengan mudahnya menarik kesimpulan baik atau buruk, lebih baik kita mencari apa yang baik dan benar, kemudian baru deh kita bisa mengatakan atau menyebarkannya.
Baca: Sesekali, Kita Perlu Puasa Sosial Media, Jadikan 5 Keuntungan Ini Sebagai Pertimbangannya
4. Tidak semua orang itu buruk, kok
Sikap sinis ada karena seseorang merasa
tersaingi, kalah pintar, atau sebagai bentuk perlindungan diri agar dirinya
nampak benar di mata orang lain. Tuhan mau kita menyebarkan kasih terhadap
sesama. Salah satunya adalah dengan berbuat dan bertutur kata dengan baik dan
bijak.
Kebebasan berbicara tidak berarti kita bebas
mengemukakan pendapat tanpa pertimbangan suatu apa pun. Cara kita mengemukakan
pendapat mengenai sesuatu juga menunjukkan siapa kita. So, pastikan kalau apa
yang kita sampaikan itu bertujuan positif dan bersifat membangun, ya.