Saat Habakuk
melihat penindasan merajalela di bangsa-bangsa, dia mendesak Allah untuk menyatakan
keadilan-Nya. “Berapa lama lagi, TUHAN,
aku berteriak, tetapi tidak Kaudengar, aku berseru kepada-Mu:
"Penindasan!" tetapi tidak Kautolong?” (Habakuk 1: 2). Tapi tahukah kamu kalau Allah selalu mengindahkannya.
Kata-Nya, “Celakalah orang yang menggaruk bagi dirinya
apa yang bukan miliknya . . . yang mengambil laba yang tidak halal untuk keperluan rumahnya” (Habakuk 2:6, 9).
Secara
manusia, kita pasti berharap Tuhan bisa segera mengadili orang-orang jahat,
para kriminal, mafia dan kelompok teroris yang suka membunuh warga sipil yang
tak punya kepentingan dengan mereka. Tapi di kitab Habakuk dituliskan bahwa Tuhan
tidak tuli atau Dia melihat semua hal yang sedang terjadi. Yang Dia mau untuk kita lakukan justru berdiam diri dihadirat-Nya.
“Tuhan ada di dalam bait-Nya yang kudus. Berdiam dirilah di hadapan-Nya, ya segenap bumi!” (Habakuk 2: 20)
Kenapa? Karena
dengan diam dan berlutut dihadirat Tuhan, kita bisa mempercayaiNya dengan
segenap hati. Dia tak perlu teriakan kita atau sikap kritis kita supaya Dia bertindak
membereskan kekacauan di bumi. Dia hanya butuj hati kita dan iman kita untuk menggerakkan surga terbuka.
Setelah mendengar
ucapan Allah, Habakuk pun mengerti dan mulai berdoa di hadapan Tuhan (baca Habakuk 3).
Kenapa berdiam diri penting?
Saat kita datang dengan segenap hati kepada Tuhan, Dia akan menyatakan diriNya dan hadiratNya akan kita rasakan. Meskipun kondisi dunia saat ini seperti api yang menghaguskan dan menghancurkan, tapi mereka yang hidup di dalam Dia tidak akan terbakar. Allah itu ibarat aliran air hidup yang menyegarkan. Kita akan mengalami kelegaan di dalam Dia kalau kita datang, berseru dan fokus kepada hadiratNya.
Baca Juga : Berdiam Diri
Saat kita berdiam diri di dalam hadirat-Nya, kita akan mengalami beberapa hal ini:
- Diberikan penglihatan tentang sesuatu yang penting
“…yang memberitahukan dari mulanya hal yang kemudian
dan dari zaman purbakala apa yang belum terlaksana, yang berkata: Keputusan-Ku akan sampai, dan segala kehendak-Ku akan Kulaksanakan..” (Yesaya 46: 10)
Hal ini
dialami oleh Nehemia maupun Daniel. Saat Nehemia berseru kepada Tuhan dalam doa
dan puasanya, Tuhan menunjukkan apa yang hendak dilakukannya ke depan. Begitu juga dengan Daniel yang diselamatkan Tuhan dari gua singa karena doa dan imannya.
- Diteguhkan untuk menghadapi setiap proses
“…yang memanggil burung buas dari timur, dan orang
yang melaksanakan putusan-Ku dari negeri yang jauh. Aku telah mengatakannya,
maka Aku hendak melangsungkannya, Aku telah merencanakannya, maka Aku hendak melaksanakannya.” (Yesaya 46: 11)
Rencana Allah
bagi kita bukan sekedar janji. Apa yang sudah Dia janjikan akan selalu ditepati.
Dalam kisah 3: 18-21, Tuhan berjanji akan mendatangkan waktu kelegaan, yaitu waktu
mendapatkan kesegaran dan mendapatkan pemulihan. Tuhan mau membentuk kita dengan
proses. Sembari menopang kita, Dia mau kita menikmati waktu menyembah dan memuji-Nya dalam situasi yang tenang.
Saat kita dekat
dengan Tuhan, tubuh, jiwa dan roh kita memuji Tuhan dan situasi di sekitar kita
tidak akan mempengaruhi kita. Sukacita yang kita srasakan tidak tergantung dengan situasi di luar tetapi dari dalam diri kita.
- Kebenaran firman Tuhan akan memberikan kita ketenangan
“Di mana ada kebenaran di situ akan tumbuh damai
sejahtera, dan akibat kebenaran ialah ketenangan dan ketenteraman untuk selama-lamanya.” (Yesaya 32: 17)
Ketenangan atau
damai sejahtera datang dari kebenaran firman Tuhan. kebenaran itulah yang
membuat kita merasa damai dan tidak dikejar-kejar ketakutan atau bahkan kegeraman.
Orang yang dipenuhi damai sejahtera tidak akan mudah bereaksi atau meresponi
dengan cara yang salah. Sebaliknya, mereka akan lebih berhikmat dan bijaksana dalam menghadapi kondisi yang ada dihadapannya.
Untuk lebih
memahami pentingnya momen ‘berdiam diri dihadapan Tuhan’, berikut kisah yang bisa kita renungkan sebagai penutup artikel ini.
Adalah seorang
pria bernama Henry Weiss, yang ahli meloloskan diri dari berbagai perangkap entah
itu tali, pintu sel, borgol dan yang lainnya. Di suatu kali dia dipenjara di sebuah
sel kecil bernama British Isles. Saat itu dia berencana hendak meloloskan diri dengan mengotak-atik kunci sel.
Biasanya,
dalam hitungan tuga puluh detik dia sudah bisa membuka kunci sel, tapi kali itu
meleset. Dia pun lelah, frustrasi dan menyerah. Dia memutuskan untuk berhenti dan
hanya diam sembari menyandarkan diri ke pintu. Anehnya, pintu itu tiba-tiba terbuka begitu saja. Rupanya pintu itu memang tak terkunci.
Dalam berbagai
situasi yang kita hadapi, kita seringkali berespon yang salah. Kita berusaha mendesak
Tuhan untuk mengubah kondisi kita atau memberikan solusi. Tapi lupa bahwa sebenarnya
yang Tuhan mau adalah supaya kita berdiam disi sejenak dan mendengarkan suaraNya.
Dia mau kita lebih dulu tenggelam dalam hadiratNya dan tak terpengaruh dengan semua
kekhawatiran kita.
Jadi, kalau
kamu merasa hari ini Tuhan rasanya tak peduli dengan kondisimu, mungkin Dia mau
kamu berdiam diri sejenak dalam hadiratNya.