Dalam suatu
percakapan, ada yang bilang begini ‘Bikin asuransi kesehatan itu ibarat kita berharap
kita akan sakit nanti.’ Kalimat ini pun jadi bahan perenungan sendiri buatku. Aku
kadang berpikir, orang Kristen yang sudah percaya kalau kesehatan itu berasal
dari Tuhan pasti berpikir nggak lagi perlu asuransi kesehatan. Kan yang jamin kesehatan itu Tuhan sendiri.
Benar nggak sih pandangan yang begini?
Beberapa orang Kristen menganut pola pemikiran bahwa salah satu cara untuk menunjukkan keyakinannya yang teguh kepada Tuhan adalah dengan memilih untuk memakai mode perawatan kesehatan dan investasi-investasi kesehatan dalam bentuk apapun, termasuk asuransi. Sementara yang lainnya memandang kalau asuransi adalah salah satu bentuk pilihan yang Tuhan mau untuk kita lakukan untuk mempersiapkan kita menghadapi kondisi-kondisi yang tak terduga di masa mendatang.
Baca Juga :
Tapi apakah hal ini terbilang alkitabiah? Apakah firman Tuhan menulis soal masalah ini?
Supaya
lebih memahami hal ini, yuk baca dulu soal kisah Yusuf dan Nuh. Di Kejadian 41:
1-37, dituliskan dimana Yusuf yang adalah seorang budak Ibrani dipakai Tuhan dengan
luar biasa menjadi Raja atas bangsa Mesir. Tuhan bahkan memberitahukan dia bahwa
akan terjadi masa 7 tahun kelaparan di seluruh negeri. Dan untuk mencegah hal
itu terjadi atas bangsanya, Yusuf pun menimbun perbekalan untuk 7 tahun ke depan.
Kisah yang sama juga dialami oleh nabi Nuh. Kita tahu bahwa Allah memerintahkan dia untuk membuat bahtera yang sangat besar untuk menyelamatkan dia dan seluruh keluarga serta binatang-binatang melata dari air bah. Untuk mempersiapkan waktu itu, Nuh harus menghabiskan ratusan tahun lamanya.
Baca Juga : Daripada Uang Habis, 'Diasuransikan' Saja!
Baik Yusuf
dan Nuh melakukan tindakan yang proaktif untuk mencegah atau menghindari sesuatu yang akan terjadi di masa depan dengan dasar iman.
Apakah kasus yang dialami Yusuf dan Nuh bisa disamakan dengan masalah kesehatan orang Kristen?
Ada sejumlah
orang yang mungkin akan berbeda pandangan soal hal ini. Beberapa diantaranya mungkin
lebih mengandalkan (bergantung penuh) pada iman daripada jasa pelayanan kesehatan
buatan manusia. Tapia da banyak diantaranya juga yang kemudian berhadapan
dengan situasi sulit dalam kesehatannya dan terpaksa harus memakai jasa pelayanan kesehatan orang lain.
Kalau sudah
begitu apakah imannya yang salah atau cara pandangnya soal iman saja yang salah?
Sama seperti Yusuf dan Nuh, Tuhan juga mau kita mempersiapkan diri untuk masa
depan kita yang lebih baik. Dia tentu saja tidak ingin kita jatuh miskin atau
sakit-sakitan. Tapi untuk mencegahnya, kita perlu melakukan tindakan proaktif dalam iman.
Tanyakan apakah kamu memang memerlukan asuransi kesehatan?
Untuk
membantumu menjawab hal ini, mulailah menanyakan ke diri sendiri tentang beberapa pertanyaan ini.
Setelah menjawab pertanyaan di atas, kaitkanlah hal itu dengan kondisi yang kamu hadapi:
Setelah mempertimbangkan
kondisimu, pikirkan jenis asuransi kesehatan yang bagaimana yang kamu butuhkan. Apakah itu berjangka atau permanen tergantung pada kebutuhan dan kemampuanmu.
Pikirkanlah
bahwa dengan membuat asuransi kesehatan, bukan berarti meragukan kemampuan dan
kuasa Tuhan untuk menjamin kesehatanmu. Sebaliknya, asuransi kesehatan ini bisa
jadi cara Tuhan untuk menolongmu ketika keuangan jadi penghambat untuk mendapatkan perawatan kesehatan di masa depan.
Asuransi adalah
investasi kita untuk memastikan bahwa kita akan mendapatkan perawatan kesehatan
yang baik. Kalaupun memang kita tak membutuhkannya, kita hanya perlu menjaga
gaya hidup sehat sejak saat ini. Atau mungkin kamu bisa memilih asuransi yang sesuai dengan kebutuhan saja seperti asuransi:
Dengan membuat
asuransi kesehatan, bukan berarti kita tak lagi mengandalkan iman. Ingat bahwa iman
kita bertindak dengan iman yang aktif dan bukan pasif.