Mendengar adalah
sesuatu yang sulit dilakukan tapi penting untuk membangun. Karena dengan mendengar kita bisa membangun hubungan yang lebih baik dengan orang lain.
Itu
sebabnya dikatakan, “Gunakan telingamu lebih dari mulutmu.” Karena itu, sebelum mencoba
menyelesaikan pertengkaran, pertama-tama pasanglah telingamu untuk mendengar orang lain.
Dalam Filipi
2: 4, rasul Paulus menyampaikan nasihat supaya ‘kita jangan egois dan hanya mementingkan
kepentingan kita sendiri’. Tetapi kita juga harus peduli dengan kepentingan orang lain.
Kalau di ayat versi bahasa Inggris-nya kata pertama yang dipakai adalah ‘look out’ yang artinya ‘carilah’. Kata ini diambil dari bahasa Yunani yaitu ‘skopos’, yang merupakan kata asli dari teleskop dan mikroskop. Artinya, memperhatikan dengan seksama. Jadi di ayat ini Paulus menasihatkan supaya kita fokus kepada perasaan orang lain, lebih bersimpati dan tidak hanya sekadar mencari solusi semata.
Baca Juga :
Sepasang Telinga Untuk Mendengar
Siapkah Untuk Mendengarkan?
Jangan mencoba
menyela percakapan orang lain ketika mereka berusaha mengungkapkan perasaannya.
Dengarkan dan biarkan mereka membongkar emosinya tanpa harus memasang sikap defensif terhadap apa yang mereka
sampaikan. Bersikaplah seolah kamu tak tahu apa-apa soal apa yang kamu dengar, bahkan saat apa yang disampaikan bertolak belakang denganmu.
Mengandalkan
perasaan hanya membuat kita terhanyut ke dalam situasi yang lebih buruk. Rasa
dendam, misalnya, hanya membuat kita bertindak dan berpikir dengan cara yang
bodoh. Daud mengakui hal ini dalam Mazmur 73: 21-22 katanya, “Ketika hatiku merasa pahit dan buah
pinggangku menusuk-nusuk rasanya,aku dungu dan tidak mengerti, seperti hewan aku di dekat-Mu.”
Sementara orang
bijak bertindak dengan akal budi seperti digambarkan dalam Amsal 19: 11, “Akal budi membuat seseorang panjang sabar
dan orang itu dipuji karena memaafkan pelanggaran.” Ini artinya bahwa dari kesabaran
lah timbul kebijaksanaan dan dari kebijaksanaan timbul pendengaran yang baik terhadap orang lain.
Mendengar itu bisa kita lakukan seperti contoh ini.
- Saya menghargai pendapatmu.
- Saya menghargai hubungan kita.
- Kamu sangat berarti bagi saya.
Orang lain tidak
akan pernah peduli dengan apa yang kita ketahui sampai mereka tahu bahwa kita
peduli. Inilah kekuatan dari mendengar. Kita bisa memulihkan keraguan,
ketakutan orang lain dengan memilih untuk peduli lebih dulu kepada mereka dan bukan
hanya berfokus pada diri sendiri (Roma 15: 2). Inilah pengorbanan yang harus kita lakukan untuk meredam kemarahan orang lain.
Yesus melakukan
hal serupa atas kita. Dia tidak hidup untuk menyenangkan diriNya sendiri. Melainkan
menanggung kehinaan demi orang lain.
“Karena Kristus juga tidak mencari kesenangan-Nya
sendiri, tetapi seperti ada tertulis: "Kata-kata cercaan mereka, yang
mencerca Engkau, telah mengenai aku."” (Roma 15: 3)