Ribetnya pernikahan
Batak sudah diakui sama sejumlah orang yang sudah melewatinya. Teman-teman sekerja
juga kerap kali mengisahkan soal masalah yang dihadapi pasangan Batak yang
hendak menikah. Hampir kebanyakan masalahnya memang soal uang karena biaya adat
dan pemikiran keluarga yang masih kuat akan budaya nggak lepas dari besarnya biaya yang akan dihabiskan untuk acara pernikahan.
Sebagian diantaranya
mengeluh soal Sinamot atau mahar yang dipatok cukup besar. Ada juga yang bermasalah soal silsilah marga yang ternyata bertentangan dan ada masalah-masalah lainnya.
Jadi, nggak
heran ada saja masalah besar yang terjadi di pernikahan Batak, baik sebelum atau
sesudah pernikahan. Begitulah yang terjadi atas 3 acara nikahan Batak ini. Dua diantaranya
termasuk kasus yang terbilang memprihatinkan, sementara satu lainnya cukup jarang
terjadi tapi benar nyata adanya. Ketiganya pun sontak jadi viral setelah pihak yang bersangkutan memposting kejadian di sosial media (Sosmed).
1. Kasus Lamaran Tika Siregar dan Mantan Calon Suaminya
Masih ingat
soal kasus pertunangan Tika Romauli Siregar asal Sumatera Utara yang terpaksa dibatalkan
karena sakit hati sama calon mertuanya? Kisah ini mendadak viral pada Kamis, 5
Oktober 2017 silam setelah Tika mengunggah penggalan percakapan dirinya dan calon
mertua. Di dalam percakapan digital itu, calon mertua mengejek penampilannya saat acara pertunangan (Martumpol) dan mengukur harta yang dipunya Tika dengan keluarganya.
Kata-kata calon mertua membuat Tika marah besar dan memutuskan untuk membatalkan pernikahan dengan kekasihnya Windra Samuel Simangunsong.
Baca Juga : Sering Gak Akur, Menantu dan Mertua Batak Mending Belajar dari Dua Wanita di Alkitab Ini..
2. Pernikahan Sedarah Suami Yuli
Yuli, istri
sah Lucen Aritonang membeberkan dugaan suaminya menikah sedarah dengan adik
iparnya sendiri. Dia mengaku ditipu sang suami karena ternyata Lucen sudah punya
anak dari adik iparnya itu. Padahal Yuli dan Lucen sendiri baru menikah 7 bulan yang lalu di Medan, Sumatera Utara.
Postingan itupun
mendadak viral dan mengagetkan orang Batak, khususnya dari pihak marga Aritonang sendiri (sebagai pelaku pernikahan sedarah).
Dalam adat Batak, pernikahan sedarah memang nggak diijinkan terjadi. Mereka yang masih semarga atau memiliki garis keturunan langsung baik dari ayah dan ibu sangat dilarang menikah, kecuali itu adalah pariban sendiri. Nah, pernikahan sang suami pun membuat Yuli merasa dicurangi dan menilai suaminya nggak bertanggung jawab. Kejadian ini baru terungkap Minggu lalu dan diberitakan di media-media sejak Jumat, 16 Februari 2018 lalu.
3. Pernikahan Stefani Tambunan dengan bule Australia
Berbeda dengan
dua kasus sebelumnya, kasus Stefani Tambunan yang dinikahi oleh bule asal
Australia Philip Allan Hyde juga mendadak viral karena alasan Stefani memutuskan menerima lamaran pria bule itu.
Sebagai perempuan
Batak, dinikahi oleh pria bule memang adalah satu kebanggaan tersendiri. Meski begitu,
kebanyakan dari mereka yang memilih menikah dengan bule juga harus menjalani prosesi
pernikahan secara adat Batak. Dan inilah yang makin membuat Stefani merasa yakin dan bangga bisa dipersunting oleh Philip.
Seperti disampaikannya, mereka memang sudah menikah secara legal di Australia kemudian melangsungkan pernikahan secara adat Batak di kampung halaman Stefani.
Baca Juga : Punya Pasangan Orang Batak? 7 Kelebihan Tersembunyi ini Kamu Perlu Tahu Dari Si Dia
Dalam
postingannya, Stefani menuliskan alasan menarik dirinya mau menikahi pria bule
itu. “Yang aku banggakan bukan karena punya calon suami ‘bule’ tapi karena
Tuhan pertemukan dengan pria yg takut Tuhan, melayani Tuhan, sosok yg aku
rindukan untuk bisa memimpin keluargaku kelak. Dan puji Tuhan meskipun mereka
hanya keluarga kecil (mama dan kakaknya) tapi mereka pun sangat tulus datang
dari kejauhan 6000km hanya untuk pernikahan kami, menghormati kebudayaan
Indonesia dan budaya Batak. Semua gak akan terjadi kalau tidak melalui proses,
baik proses hati antara aku dan Phil, atau dengan yg lain. Cobaan yg datang
menempah sikap hati lebih kuat. Terimakasih Tuhan, untuk air mata yg Tuhan gantikan dengan sukacita kelak.”
Kasus Stefani
ini membuktikan kalau kebanyakan dari perempuan atau laki-laki Batak yang menikahi
pasangan yang bukan Batak, haram hukumnya untuk juga mengikuti adat pernikahan secara
Batak. Tentunya biaya yang harus dihabiskan untuk adat inipun nggak sedikit. Itu sebabnya kita suka dengar istilah ‘adat Batak itu mahal harganya’.
Tentu saja tiga
kasus ini hanyalah sebagian kecil dari masalah-masalah pernikahan yang terjadi di
masyarakat kita. Bukan hanya suku Batak, tapi suku lain pastinya juga menghadapi
beberapa kendala dan masalah dalam proses pernikahannya. Namun untuk mencegah masalah
serupa kembali terulang, kita perlu kembali memahami esensi dari pernikahan itu
sendiri. Sebagai orang-orang percaya, pedoman hidup kita adalah Alkitab yang merupakan
firman Tuhan sendiri. Di dalamnya, Tuhan sudah memberitahukan dasar sebuah pernikahan dan bagaimana harusnya pernikahan itu dilakukan.
Salah satu hal
yang harus digarisbawahi adalah pernikahan itu sesuatu yang baik dan berkenan di
mata Tuhan. Hal ini nggak bicara soal seberapa besar dana yang dihabiskan untuk
prosesi pernikahan atau adat yang digelar. Pernikahan bukan soal acara megah sehari
saja tapi lebih dari itu bahwa pernikahan bicara soal bagaimana seorang pria dan
wanita saling mengikrarkan janji setia dihadapan Tuhan dan bersepakat akan
selalu bersama melewati tantangan di setiap perjalanan pernikahan.
“Bagaimana juga, bagi kamu masing-masing berlaku:
kasihilah isterimu seperti dirimu sendiri dan isteri hendaklah menghormati suaminya.”
(Efesus 5: 31)