Rabu Abu adalah
salah satu perayaan besar yang dirayakan umat Katolik setiap tahunnya. Tahun 2018 ini, Rabu Abu jatuh tepat pada hari ini 14 Februari 2018.
Untuk
menyambut hari suci ini, umat Katolik di Indonesia pun berbondong-bondong menghadiri
misa pagi. Hal ini bisa dilihat dari suasana perayaan Rabu Abu di Gereja St.
Thomas Morus, Kelurahan Kota Baru, Kecamatan Alok Timur, kota Maumere, Pulau Flores.
Ribuan umat Katolik datang untuk menerima penyematan abu di kening masing-masing jemaat.
Rabu Abu ini
adalah awal dari penyambutan Paskah pada 30 Maret 2018 mendatang. Umat Katolik biasanya
akan menjalankan puasa selama 40 hari sejak dimulainya Rabu Abu. Selama puasa,
mereka akan menjalani mati raga dan berpantang sebagai proses pertobatan dari segala dosa.
Angka 40 yang
dipakai sebagai lamanya proses puasa mengandung makna yang penting bagi umat
Kristen. Misalnya, Musa berpuasa 40 hari sebelum menerima Sepuluh Perintah Allah
(Keluaran 34: 28), begitu juga dengan Nabi Elia (1 Raja-raja 19: 8). Yesus sendiri
juga berpuasa selama 40 hari 40 malam di padang gurun sebelum memulai pelayanan-Nya (Matius 4: 2).
Misa Rabu
Abu ini diwarnai dengan penyematan abu di kening setiap umat. Kenapa harus abu? Dalam Alkitab, abu adalah tanda pertobatan dan juga penciptaan (Kejadian 2: 7).
Itu
sebabnya, saat menerima abu di gereja pemimpin misa akan menyampaikan kalimat ini,
“Bertobat dan percayalah kepada Injil”. Atau “Kamu adalah debu dan akan kembali menjadi debu”.
Praktik menandai
dahi dengan abu ini awalnya dilakukan oleh Gereja Katolik Roma. Kemudian berkembang menjadi hari Rabu Abu, yang merupakan awal masa pra-paskah.
Selama pra-paskah
ini, umat Katolik akan berpuasa terhadap makanan tertentu. Mereka akan berpantangan
memakan daging setiap hari Rabu dan Jumat. Daging yang harus dihindari adalah daging dari mamalia dan unggas.
Selain itu,
umat Katolik hanya akan makan kenyang sekali dalam sehari saja. Artinya, saat kita
memilih makan siang kenyang maka makan malamnya akan lebih sedikit. Sementara untuk sarapan, kita bisa pilih minum teh atau air putih saja.
Bukan hanya
sekadar ritual agama, tapi umat Katolik dihimbau untuk menjalankan puasa 40
hari ini dengan penuh tekad dan sebagai bentuk ketaatan akan Tuhan.
Buat kamu yang
bukan berasal dari Gereja Katolik tetap bisa kog mengikuti proses pra-paskah ini.
Mungkin nggak harus sama persis dengan prosesi pra-paskah umat Katolik. Kamu bisa
saja menjalani puasa pada umumnya, asal hal itu kamu lakukan untuk tujuan lebih
mendekatkan diri kepada Tuhan.