Mengasuh anak
menjadi pribadi yang dikehendaki Tuhan adalah tanggung jawab orangtua. Mereka harus
memastikan anak-anaknya hidup sesuai dengan firman Tuhan. Tak mudah untuk membawa
anak pada apa yang sebenarnya baik bagi mereka karena biasanya anak, khususnya yang
mulai beranjak remaja dan dewasa cenderung akan mengikuti pikiran dan keinginannya sendiri.
Padahal, jika
saja anak tahu bahwa semua orangtua pasti ingin anak-anaknya hidup di track yang benar. Bukan berarti ketika mereka
duhukum setelah melanggar kesepakatan, maka orangtua itu kejam dan tak
mengasihi anaknya. Sebaliknya, Tuhan sendiri bahkan menganjurkan supaya orangtua perlu mendisiplinkan anaknya.
Hal ini disampaikan
dalam Amsal 23: 13-14, “Jangan menolak didikan dari anakmu ia tidak
akan mati kalau engkau memukulnya dengan rotan. Engkau memukulnya dengan rotan, tetapi engkau menyelamatkan nyawanya dari dunia orang mati.”
Kasih sayang orangtua dan pendisiplinan yang dilakukan terhadap anak itu akan selalu berjalan beriringan. Dan kita hanya perlu belajar dari firman Tuhan tentang cara untuk melakukannya dengan benar.
Baca Juga : Apakah Hukuman Bagian dari Disiplin?
Misalnya, waktu
orangtua menyuruh anakmu untuk membereskan kamarnya berulang kali. Tapi dia tetap
saja mengabaikan perintahmu kemudian orangtua mulai geram dan naik pitam. Tanpa
mampu menahan emosi, orangtua lalu mulai memerintah dengan suara keras. Perasaan
marah orangtua kepada anak tentu saja tidak mengurangi rasa kasih sayang yang dimiliki
orangtua. Tapi orangtua melakukannya supaya anak tahu bahwa mengabaikan perintah orangtua adalah tindakan yang tidak baik.
Proses pendisiplinan
itu tentu saja sangat alkitabiah. Karena seorang anak juga perlu mengerti bahwa
ada konsekuensi yang akan mereka terima jika melanggar aturan. Proses disiplin yang
dilakukan orangtua kepada anak diharapkan akan menjadi proses pembelajaran yang berharga bagi anak dengan tujuan supaya mereka tak lagi mengulangi kesalahannya.
Cara orangtua mendisiplinkan anak tanpa mengurangi kasih sayangnya
Sama seperti
Yesus, Dia menawarkan kasih karunia dan memberikan semua orang kehendak bebas. Disiplin
pun demikian. Orangtua mengasihi anak tapi mereka juga harus menyadari bahwa proses
disiplin pun perlu diterapkan kepada anak. Kita bisa menyaksikan bagaimana Yesus
sudah menawarkan kasih karunia, tapi bukan berarti hal itu akan melepaskan kita dari risiko atas tindakan kita yang buruk.
Alkitab berisi tentang kebenaran bahwa Tuhan juga memakai rasa sakit dalam hidup kita untuk membangun karakter kita dan menguatkan iman kita (Ibrani 12: 6-7 & Amsal 3: 11-12). Mendisiplinkan anak tak pernah dipandang negatif dalam Alkitab. Karena disiplin bertujuan untuk memperkuat dan membangun hubungan serta kasih sayang. Saat sebuah hubungan sudah dipulihkan melalui pertobatan dan pengampunan, disiplin pasti akan bisa diterima sebagai proses pendewasaan yang baik.
Baca Juga : Ini Dia Cara Seru dan Kreatif Disiplinkan Anak Anda
Kekeliruan soal mendisiplinkan anak
Sayangnya,
terlalu banyak orangtua yang tak tega mendisiplinkan anak-anak mereka. Orangtua
enggan menghajar anak meski sudah melakukan kesalahan fatal. Akibatnya, banyak orangtua
yang mulai frustrasi dan marah karena anak-anaknya sudah mulai bertindak keterlaluan.
Rasa marah inilah yang membuat mereka akhirnya terpaksa menghukum anak tidak dalam
bentuk kasih. Anak-anak pun kemudian merasa bahwa dia diperlakukan tanpa kasih. Mereka merasa sebagai korban kemarahan saja.
Ingatlah sekali
orangtua menorehkan luka di hati anak, maka anak akan sulit untuk mengampuni
orangtuanya. Anak tidak akan mudah membuka diri lagu kepada orangtuanya. Karena
itulah penting sekali memahami konsep pendisiplinan sebagaimana disampaikan dalam
firman Tuhan, bahwa mendisiplinkan anak harus dilakukan dengan kasih sayang dan bukan dengan kebencian atau rasa marah yang menjadi-jadi.
Bangun hubungan dengan anak untuk menunjukkan betapa mereka dikasihi
Bahkan jika
orangtua hanya punya waktu 5 menit saja, maka pakailah hal itu untuk bercakap-cakap
dengan anak entah itu di meja makan atau di mobil. Carilah saat-saat singkat untuk
membangun percakapan dengan anak. Berikut beberapa pertanyaan yang bisa orangtua ajukan kepada anak sebagai pembuka percakapan.
- Bagaimana harimu, nak?
- Apa hal baik yang hari ini kamu lakukan?
- Apa kamu merasa bahagia?
- Apa kamu keberatan saat orangtua harus mendisiplinkanmu dengan beragam aturan yang ada?
- Apa yang bisa kami lakukan untukmu?
Dengan mengajukan
pertanyaa-pertanyaan sederhana, anak diharap mau terbuka dan menyadari bahwa mereka
punya orangtua yang penuh kasih. Sekalipun cukup ketat dalam hal disiplin, tapi
anak bisa menyadari bahwa hal itu dilakukan untuk tujuan kebaikan.