Ada sebuah kisah mengenai
sepasang suami istri. Sang suami adalah seorang pengkhotbah, sementara istrinya
adalah seorang ‘pengusaha’ telur ayam. Sebenarnya, sang istri hanya memiliki beberapa ayam ternak yang menghasilkan telur ayam.
Setiap kali ayam-ayam tersebut
bertelur, mereka tidak mau membagi-bagikannya secara gratis. Mereka memilih
untuk menjual hasil telur yang tidak seberapa tersebut. Bahkan, kepada kerabat
dan keluarganya pun, mereka akan berkata: “Kalau kamu mau telur itu, maka kamu harus membayarnya.”
Konsekuensinya tentu tidak baik.
Ada banyak omongan kiri kanan yang mengatakan kalau mereka adalah sosok
keluarga yang pelit dan tamak. Namun, mereka tetap menerima tanggapan tersebut tanpa membela diri.
Setelah sang istri wafat,
terungkaplah cerita sebenarnya mengapa mereka memilih untuk menjual telur-telur
tersebut. Ternyata, semua pendapatan hasil penjualan telur-telur digunakan untuk membantu memenuhi kebutuhan janda-janda dan lansia.
Seorang pengkhotbah dan istrinya
menanggapi tanggapan negatif dari orang-orang sekitar karena merea tidak mau
membiarkan tangan kiri mereka tahu apa yang tangan kanan mereka lakukan.
Seperti pada Matius 6:3, “Tetapi jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu.”
Ayat diatas bisa kita gunakan
sebagai panduan ketika kita hendak memberi. Lengkapnya, ada pada Matius 6:1-4.
Tuhan Yesus mengimbau kita untuk tidak mencari pujian orang lain ketika kita
hendak memberi. Mereka yang suka menggembor-gemborkan apa yang telah diberikan, disebut-Nya sebagai orang yang munafik.
Dalam Alkitab versi Bahasa
Indonesia sehari, ayat nas ini berbunyi, “Tetapi kalian kalau kalian memberi sedekah, berikanlah dengan diam-diam, sehingga tidak ada yang tahu.”
Tuhan mau kita sebagai anak-Nya
memberi , namun pada waktu yang sama, kita juga harus bisa menutupi apa yang
kita berikan. Bukan justru gembar-gembor mengenai apa yang kita berikan. Dalam
kehidupan sehari-hari, kita justru memberi agar kita bisa dianggap oleh orang lain.
Perbuatan ini yang harus kita
benarkan dari sekarang. Sering kali kita tidak bisa menghalangi orang untuk
tahu apa yang kita lakukan, minimal mereka yang diberi pun pasti tahu kalau
kita sebenarnya sedang memberi. Namun satu hal yang harus kita pastikan adalah
kita tidak boleh memiliki motivasi dalam hati kita untuk mencari pujian atau agar bisa dilihat oleh orang lain.
Memberi yang harus kita lakukan
adalah sebagai ucapan syukur kita terhadap apa yang telah Tuhan berikan. Tuhan
Yesus baik, Ia telah memberikan segala yang kita butuhkan. Karenanya, tidak ada
alasan bagi kita untuk bermegah diri atas apa yang kita beri agar bisa dilihat
oleh orang lain.
Jika tangan kiri diri sendiri
saja tidak boleh tahu apa yang dilakukan oleh tangan kanan saat memberi,
apalagi tangan orang lain?