Pendukung kelompok teroris
negara Islam ISIS
telah mengancam akan melancarkan serangan teror di Washington, D.C. dan New York pada hari Natal, demikian
menurut kelompok intelijen SITE. Sebuah poster propaganda memperlihatkan gambar gereja Katedral Nasional Washington meletus di dalam api dan menyatakan bahwa New York bisa menjadi sasaran mereka
selanjutnya.
"Kita bertemu di Natal di New York segera," demikian keterangan poster tersebut.
Poster tersebut ditemukan beredar melalui saluran terenkripsi di platform Telegram.
"ISIS mendapatkan insentif untuk melakukan ancaman seperti ini, yang mana tidak mengeluarkan biaya apapun untuk mereka. ISIS tidak mengirim pejuang ke seluruh dunia untuk menghadapi serangan teroris terkoordinasi yang kompleks, namun (mereka) telah sangat bergantung pada individu dan warga yang telah tinggal di Eropa dan Amerika Serikat untuk melakukan serangan yang tidak canggih," kata Newsweek mengutip Harrison Akins, seorang peneliti di Howard Baker Center.
"Afiliasi individu-individu
dengan ISIS ini seringkali lemah dan mungkin lebih baik digambarkan sebagai
'terinspirasi oleh' daripada diarahkan secara operasional. Jadi mungkin
seseorang di AS yang akan melakukan serangan di saat Natal," sambung Akins.
Pada Oktober lalu, seorang pria berusia 27
tahun dari Virginia, Mohamad Khweis, menjadi warga AS pertama yang dihukum
karena bergabung dengan kelompok teror Negara Islam, yang juga dikenal sebagai
IS, ISIS, ISIL atau Daesh, dan dijatuhi hukuman 20 tahun di penjara. Lebih dari
100 orang di Amerika Serikat telah dituntut secara hukum karena mencoba
mendukung atau bergabung dengan ISIS. Namun, Khweis adalah sedikit orang di Negeri Paman Sam yang berhasil mewujudkan impiannya sebagai bagian dari ISIS.
ISIS berhasil mendorong lebih dari 40.000 pejuang dari lebih dari 110 negara untuk melakukan perjalanan dan bergabung dalam pertarungan mereka sebelum dan sesudah deklarasi "khilafah" pada Juni 2014, demikian menurut sebuah laporan, "Beyond the Calyphate: Foreign Fighters and the Threat of Returnees."
Baca Juga: Tolak Pindah Keyakinan, Dua Penganut Kristen Orthodox Rusia Ini Dibunuh ISIS
Laporan tersebut,
yang baru-baru ini dirilis oleh konsultan keamanan intelijen Soufan Center,
mengatakan bahwa sekarang ada setidaknya 5.600 warga atau penduduk dari 33
negara yang telah kembali ke tanah air masing-masing - terhitung sekitar 15 persennya adalah para pejuang.
Laporan tersebut
mengklaim bahwa khusus untuk Amerika Serikat, ada 129 pejuang berhasil meninggalkan negara tersebut dan hanya tujuh orang yang telah kembali.