Ritson Manyonyo, Pria Tunanetra yang Hidup dalam Dosa Perzinahan
Sumber: Solusi TV

Family / 11 December 2017

Kalangan Sendiri

Ritson Manyonyo, Pria Tunanetra yang Hidup dalam Dosa Perzinahan

Budhi Marpaung Official Writer
53094

Nama saya Ritson Manyonyo. Saya memiliki kelemahan fisik di seputar mata yakni tidak bisa melihat. Karena hal ini, saya pun menjadi orang yang minder. Untuk makan saja, makanan saya harus diantar orang lain. Saya menganggap hidup saya tersebut persis seperti hewan.

Hari berganti hari, minggu berganti minggu, bulan berganti bulan tidak terasa kehidupan yang saya jalani itu telah mencapai 2 ½ tahun. Jenuh, itulah yang saya rasakan. Saya bosan terus-menerus dikasihani. Maka, saya bertekad untuk mengubahnya.

Pada usia 24 tahun, saya sudah menjalani kuliah di salah satu sekolah tinggi di Jakarta. Ketika itu, saya adalah mahasiswa tingkat tiga (semester enam). Di kalangan teman-teman sekampus, saya dikenal sebagai mahasiswa yang aktif dan cerdas. 

Baca Juga: Pendeta Lapor Jemaatnya ke Polisi Karena Dituding Berzinah

Jujur saja, saya adalah orang yang selalu ingin unggul. Tujuannya pun sederhana yaitu supaya orang tidak lagi melihat kecacatan, tetapi prestasi saya. Dari prestasi itulah akhirnya saya dianggap hebat oleh orang lain.    

Kecerdasan yang saya miliki memikat banyak orang khususnya para kaum hawa. Padahal, kelemahan saya adalah tidak bisa dekat dengan perempuan secara berlebihan. Jika ada yang mendekat dan ternyata klik dengan saya biasanya ujungnya kami akan berhubungan badan. Itu tidak terjadi dengan hanya seorang perempuan.


Anehnya, setiap kali jatuh ke dalam dosa perzinahan, saya pasti mengalami kemalangan, kesusahan dan karena keadaan-keadaan itu, hidup saya jadi terpuruk.  

Ingin tidak melakukan, tetapi intimidasi demi intimidasi yang saya rasakan justru membuat saya sulit keluar. Jadi, bila ada kesempatan untuk berbuat dosa perzinahan, saya justru kembali melakukannya.

Saya sendiri sebenarnya punya riwayat penyakit asma. Pada suatu malam, asma saya kumat dan saat itu tidak ada orang. Saya tidak bisa bergerak. Kematian itu serasa begitu dekat. Namun, rekan saya di kampus Kristina Silva ternyata datang ke tempat saya tinggal.


Melihat kondisi tersebut, ia pun segera melakukan pertolongan. Mulai dari mencari obat asma, memberikan obat asma itu kepada saya, memberi saya minum, serta memijat badan saya. Oleh karena apa yang saya lakukan, nyawa saya pun tertolong hari itu. Saya percaya kedatangan Kristina Silva karena dorongan dari Tuhan.

Peristiwa itulah yang membuat saya kembali melihat merasakan hidup ini milik Tuhan. Maka Titus 3:5, hanya Yesus yang mampu membuat orang berubah dan dia bisa pakai cara apa saja untuk mengubah anak-Nya yang dicintai-Nya. Dalam rasa malu karena dosa-dosa yang telah saya buat, saya datang dalam doa kepada Tuhan. Saya akui segala dosa saya dan memutuskan untuk bertobat sungguh-sungguh.

Sejak saat itu, tidak ada lagi kemauan untuk melukai hati Tuhan. Kalau pun ada selintas keinginan untuk melakukannya, saya selalu minta Roh Kudus untuk memberi saya kekuatan agar tidak jatuh ke dalamnya.

Oleh anugerah Tuhan, saya bisa menyelesaikan kuliah saya di STT. Saya sungguh melihat karya-Nya dalam menolong saya di saat-saat saya mengerjakan tugas akhir saya.

Bersama dengan Kristina Silva yang adalah sekarang istri saya, kami berdua bersama teman-teman mendapatkan izin mendirikan lembaga pelayanan Yayasan Elsafan yang menampung 45 anak tunanetra dan tunanetra ganda. Saya sangat bersyukur karena karya dan kreasi Allah, saya bisa menikmati kehidupan sebagai pribadi yang bermanfaat bagi orang lain. Tanpa kesetiaan dan pertolongan Roh Kudus, manusia tidak bisa berbuat apa-apa.

Saya Ritson Manyonyo, kalau saya bisa hidup diubahkan oleh Tuhan maka peluang besar itu pun dapat terjadi di dalam hidupmu. Oleh karena itu, setia sampai mati, bersyukur selama-lamanya dan bersemangat untuk melayani Tuhan, dengan demikian kita akan menjadi manusia yang mendatangkan manfaat yang sebesar-besarnya untuk sesama dan akhirnya memuliakan nama Tuhan.

Saya bersyukur sama Tuhan Yesus karena tanpa Dia, saya tidak bisa hidup seperti ini.  

Sumber : Ritson Manyonyo
Halaman :
1

Ikuti Kami