Siang ini, seperti biasa saya, dan 2 anak baru dikantor makan bersama di kantin.
Tiba-tiba dua orang pria
dari departemen kerja yang berbeda, meminta untuk bergabung. Mereka pun duduk
dan semeja dengan kami. Nggak banyak yang terjadi selama makan, kita hanya bicara dan mencoba memandangi wajah satu sama lain.
Ini adalah kejadian yang tumben dan jarang terjadi.
Salah seorang pria bernama
Wils berkata :” Ini jarang banget loh terjadi. Biasanya aku makan di ruangan dan nggak pernah di kantin.”
Pernyataan itu membuatku
tersenyum dan bertanya dalam hati: “apa yang mau Tuhan lakukan lagi dengan perkumpulan ini?”
Untuk pertama sekali
shooting bersama, saya sedikit lucu melihat Wills dan lumayan rishi dengan
tingkahnya. Pasalnya dia sangat agresif dan hobby melakukan sesuatu yang
konyol. Semua orang dikantor kebanyakan menilai dia sebagai ‘bocah’ padahal dia sudah usia 28 tahun.
Singkat cerita, Wills
mulai mewawancarai aku. Bertanya ingin mengenal, mulai dari suku hingga ke
latarbelakang pekerjaan lama. Dan kabar baiknya adalah Tuhan membawanya bercerita tentang kehidupan pribadinya. “Ohh, Ini maksud Tuhan.”
Berdiri sebagai abang
sekaligus kepala rumah tangga dalam keluarganya sangat nggak mudah bagi Wils. Ayahnya
sejak lama meninggal dan perusahaan orangtuanya bangkrut. Semenjak itu, sang ibu sama sekali nggak mau bekerja.
Kini, Wills sendirian
banting tulang untuk membayar hutang keluarga serta menyekolahkan adik-adiknya.
Penderitaannya nggak sampai disana, dia juga sering menangis memikirkan makan
tiap hari dan keinginan adik-adiknya juga tuntutan dari kekasihnya. Wils dibawa
Tuhan untuk mencurahkan isi hatinya dan dia memiliki teman pendengar yang selama ini dia cari.
Mungkin kisah ini memang
terdengar sangat sederhana, tapi siapa yang sangka bahwa dibalik sifat Willy
yang konyol dan penampilannya yang kurang rapi, dia ternyata pria yang kuat dan tegar.
Dalam benakku:” Ada banyak potensi dalam dirinya namun orang hanya melihatnya dari penampilan saja.”
Mengapa begitu banyak orang
gampang untuk merasa kecewa kepada sesamanya dan juga kepada Tuhan?
Yap! Karena mereka nggak
mau mengenalnya lebih dalam. Manusia sering sekali menilai seseorang hanya
karena apa yang dilihat oleh mata dan apa yang didengar dari orang. Saat kamu
melihat dia bersikap konyol, kamu akan beranggapan bahwa dia bukan orang yang
baik-baik. Saat kamu melihat wajahnya jarang senyum, kamu akan berkata bahwa
dia sombong. Saat kamu mendengar dari orang lain, kamu lalu percaya serta otomatis meng ‘iya’ kan pendapat mereka.
Banyak sekali diantara
kita akhirnya kecewa saat mengetahui keburukan seseorang yang kita puji,
sebaliknya kita malu saat melihat orang yang kita hina bukanlah demikian. Bahkan kita menjadi marah kepada Tuhan karena Dia membiarkan pacar kita selingkuh.
Bukankah seharusnya kita
nggak boleh mengenal seseorang hanya sekedar dari penampilan dan pendengaran? Teman-teman
yang bergabung dengan kami pas makan berkata:” Wah, nggak nyangka bahwa kamu
begini Wils. Kirain kamu masih bocah yang konyol gitu. Justru kamu sangat dewasa, tegar dan kami diberkati dengan hidupmu.”
Ya, seharusnya kita
demikian kepada setiap orang bukan? Jangan izinkan kamu tertipu dan kecewa
dengan sesuatu yang belum kamu ketahui dengan benar dan detail. Bahkan firman
Allah berkata di 1 Tesalonika 5:21 :”Ujilah
segala sesuatu, peganglah yang baik.”
Semoga artikel ini
menginspirasi. Teruslah berpikiran positif, karena itulah kasih (1 Korintus
13:4-7).