Sebuah Teguran Akan Mengubahkan, Pilih Manusia Atau Tuhan yang Negur?
Sumber: http://image.csr.id/article/2017/02/06/0

Kata Alkitab / 16 November 2017

Kalangan Sendiri

Sebuah Teguran Akan Mengubahkan, Pilih Manusia Atau Tuhan yang Negur?

Inta Official Writer
4930

Menegur seseorang atas kesalahan yang telah dilakukannya bukanlah perkara mudah. Jika kita tidak melakukannya, pasti ada alasan mengapa kita tidak melakukannya. Boleh jadi sungkan karena orang tersebut lebih tua usianya, atau takut bahwa teguran dapat merusak hubungan baik yang sudah terjalin lama. 

"Mas, maaf ini ada ibu lagi gendong anak lagi kesusahan berdiri, kok masnya nggak kasih duduk, sih?" Kata seorang gadis yang ada di dalam busway. Tak lama setelah turun dari busway, ada seorang pria menghampirinya "Mbak, kok cantik-cantik buang sampah nggak ditempatnya? Itu tempat sampah nggak berjarak 10 menter dari sini, lho." bisik seorang pria tua. 

Apakah kita harus menjadi orang yang benar untuk bisa menegur seseorang atas kesalahan yang ia lakukan? Perasaan tidak pantas untuk memberikan teguran pun seringkali menjadi alasannya. Kalau orang Jawa bilang, ada unggah-ungguh atau tata krama yang menjadi ciri khas orang Indonesia yang juga membuat kita tidak memiliki keberanian untuk menegur. Sadarkah kita bila tidak menegur atau menasihati orang tersebut, kapankah ia akan menyadari kesalahan dan memperbaiki sikapnya?

Yehezkiel 33:8 mengingatkan kita untuk berani menegur, karena tertulis "Kalau Aku berfirman kepada orang jahat: Hai orang jahat, engkau pasti mati! dan engkau tidak berkata apa-apa untuk memperingatkan orang jahat itu supaya bertobat dari hidupnya, orang jahat itu akan mati dalam kesalahannya, tetapi Aku akan menuntut pertanggung jawab atas nyawanya dari padamu."

Saat itu, Yehezkiel yang  mendapatkan tugas untuk  menjaga Israel harus menerima bahwa salah satu tugas penjaga adalah menasihati orang lain akan kesalahan yang diperbuatnya. Tidak mudah untuknya bisa menegur karena mungkin ia juga akan berhadapan dengan orang yang lebih berkuasa di atas dirinya. Bahkan, ayat ini justru memberikan kesan bahwa ini adalah ‘ancaman’ dari Tuhan jika ia tidak bisa melakukan tugas tersebut dengan baik. 

Mengapa? Karena orang akan mengakui kesalahannya dan bertobat lewat teguran atau nasihat. Jika orang tersebut saja tidak menyadari akan kesalahannya, maka bagaimana caranya untuk bertobat dan hidup di dalam kehendak-Nya? 

Imamat 19:17 mengajarkan kita bagaimana cara menegur yang baik “Janganlah engkau membenci saudaramu di dalam hatimu, tetapi engkau harus berterus terang menegor orang sesamamu dan janganlah engkau mendatangkan dosa kepada dirimu karena dia.” 

Sikap menegur yang baik adalah dengan berterus terang mengenai apa kesalahannya. Kita juga tidak perlu menunggu untuk menjadi sempurna untuk bisa menasihati atau menegur seseorang. Perlu diingat-ingat bahwa tidak ada yang sempurna di dunia ini. 

Selama kamu menegur untuk kepentingan yang baik, maka tidak ada salahnya untuk menegur. Menegur tidak kemudian menjadikan kita benar, namun kembali menjadi refleksi kalau kita saja sudah berani menegur, maka kita juga harus siap menjadi teladan dengan melakukan hal tersebut.

Sumber : jawaban.com
Halaman :
1

Ikuti Kami