Korupsi adalah salah satu faktor utama yang menjauhkan
masyarakat Indonesia dari taraf hidup makmur dan sejahtera. Korupsi biang keladi kerugian Negara Kesatuan Republik Indonesia dari masa ke masa.
Dari tingkat Kepala Desa/Lurah
(mungkin juga tingkat RT/RW) hingga pejabat teras ditemukan tindak pidana
korupsi oleh lembaga antirasuah yang diberi nama Komisi Pemberantasa Korupsi.
Dari hari ke hari, semakin banyak yang ditangkap dan ditahan, kian melimpah
pula lapiran masyarakat yang masuk ke KPK terkait dugaan adanya tindak pidana korupsi dan/atau suap.
Baju orange dan sel yang
dipertontonkan di televisi rupanya tak menjadikan jamu mujarab penyembuh
pikiran bulus untuk menelep uang rakyat. Karenanya, tak sedikit komunitas, organisasi, lembaga yang mengatasnamakan kumpulan orang-orang antikorupsi.
Pelatihan dan pengajaran pun
digelar untuk membahas dan menemukan tips ampuh mencegah dan menangkal tindakan
tercela itu. Misalnya, baru-baru ini Pengurus Pusat (PP) Gerakan Mahasiswa
Kristen Indonesia (GMKI) turut beryupaya memutus mata rantai korupsi lewat jalur edukasi (pendidikan) dan pencegahan dini.
Salah satu yang dilakukan adalah
dengan membekali pemuda dan mahasiswa Kristen di Indonesia agar memiliki
prinsip integritas, kritis, dan menolak tindakan korupsi. Guna mencapainya,
Pengurus Pusat (PP) GMKI gelar Focus Group Discussion (FGD) bersama Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) di Gedung KPK, pada Senin-Selasa 23-24 Oktober 2017
lalu. FGD dilaksanakan sebagai tindak lanjut dari pertemuan pimpinan KPK dan PP
GMKI beberapa bulan lalu yang membahas tentang pendidikan anti korupsi di tengah generasi muda.
Sekretaris bidang Pendidikan
Kader dan Kerohanian Dodi Lapihu yang menjadi koordinator program ini
menyampaikan bahwa, sebagai tindak lanjut dari FGD ini antara lain akan disusunnya modul pelatihan untuk pemuda Gereja dan mahasiswa Kristen.
KPK juga mendukung GMKI untuk
menyusun kumpulan bahan cerita Sekolah Minggu dan bahan pendalaman Alkitab bagi
mahasiswa dan pemuda Gereja yang memuat pesan-pesan integritas dan anti korupsi,” tutur Dodi.
“Selama ini gereja masih belum
serius melawan tindakan korupsi. Bahkan tidak bisa dipungkiri bahwa ada saja
gereja yang menerima dana yang besar dari jemaatnya tanpa mencoba menelusuri
asal muasal dana ini. Terimakasih kepada gereja-gereja yang mulai menjadikan
persoalan korupsi sebagai isu penting di tengah umat. Mahasiswa dan pemuda
diharapkan mampu menjadi pelaku perubahan, menyuarakan kepentingan rakyat, dan
mengkritisi kebijakan-kebijakan yang koruptif, baik di lembaga pemerintah
maupun di lembaga keagamaan,” sambung Dodi.