Adrian Himawan, Mendingan Bikin Onar Daripada Ikut Aturan
Sumber: Jawaban.com

Family / 19 October 2017

Kalangan Sendiri

Adrian Himawan, Mendingan Bikin Onar Daripada Ikut Aturan

Lori Official Writer
4233

Kesibukan orangtua terhadap pekerjaan jadi penyebab kurangnya komunikasi di tengah keluarga Adrian Himawan. Sementara, dia harus menjalani segudang aturan ketat yang dibuat oleh orangtuanya di rumah, termasuk soal sekolah.

Merasa jauh dari perhatian orangtua dan terkekang dengan segudang aturan-aturan hidup, Adrian pun akhirnya berubah menjadi pribadi yang sembrono. Dia mulai nakal dan ikut-ikutan geng balapan liar, kebut-kebutan dan tak peduli akan bahaya yang bisa saja dialaminya. Baginya, balapan adalah suatu kepuasan.

“Begitu banyak aturan-aturan di dalam keluarga saya, yang akhirnya membuat saya pengen memberontak. Kalau orang berbuat A, saya pengen selalu berbuat B. Jadi saya selalu pikir, kenapa orang selalu harus berbuat A, kenapa nggak melakukan hal yang berbeda?” demikian Adrian menuturkan dalam sesi kesaksiannya kepada Tim Solusi.

Gejolak pemberontakan dalam dirinya makin menjadi-jadi. Adrian bahkan kerap kali membuat keonaran dan perkelahian di sekolah. Baginya, hari rasanya tak sempurna kalau belum melakukan keonaran. Kenakalan inilah yang membuat dia harus berulang kali dikeluarkan dari sekolah. Setelah berpindah sekolah sebanyak tiga kali, Adrian tetap saja bertingkah sama. Merasa tak lagi betah, Adrian pun memilih untuk tak lagi menyelesaikan jenjang pendidikan SMAnya.

“Akhirnya saya berhenti sekolah total. Saya isi hidup saya juga dengan pergaulan malam, seperti free sex, drugs. Saya pakai narkoba. Terus..kehidupan saya, saya isi dengan kehidupan malam,” lanjutnya.

Untuk memenuhi kebiasaan buruknya, Adrian bahkan tega memukuli mama dan papanya. Tak ada terbersit penyesalan dalam dirinya setelah melakukan hal itu. Dia merasa seolah berkuasa dan lepas kendali.

Sampai suatu ketika, kebiasaannya membuat Adrian jatuh sakit. Sementara dia memilih minggat dari rumah. Saat-saat itulah dirinya merasa sendiri, ditinggalkan semua orang dan kesepian. “Di tengah saya sedang sakit, saya mengalami yang namanya sebuah kekosongan. Hampa. Saya punya temmen banyak tapi terasa nggak punya temmen. Di saat kekosongan itulah saya merasa ada yang kurang, ada sesuatu yang hilang,” ungkapnya dengan mata yang berkaca-kaca.

Adrian mulai merasakan perasaan yang tak biasa. Dia mulai merefleksikan kembali semua perbuatan-perbuatannya kepada orang-orang yang dia lukai dan sakiti. Dari dalam relung hatinya sedang kosong, dia hanya bisa berseru-seru memanggil Tuhan dan mulai mempertanyakan soal kondisinya.

“Di situ saya ngerasa, Tuhan sayang ama hidup saya. Di situ saya mutusin buat “Saya mau berubah Tuhan. Tolong Tuhan pimpin dalam kehidupan saya”” lanjutnya.

Dengan hati yang hancur dan penuh penyesalan, Adrian kembali ke rumah. Meminta maaf kepada mama dan papanya. Dia mengaku begitu menyesali semua tindakan dan perbuatannya yang salah.

“Saya merasa iba. Mukanya kelihatan kusut. Bajunya bau yang nggak enak. Dengan peristiwa Adrian saya merubah hidup saya lebih banyak mengasihi anak saya. Lebih memperhatikan (dia),” ucap mama Adrian.

Adrian akhirnya bertobat. Dia rindu hidupnya diubahkan. Dia harus melewati beragam proses untuk melewatinya. Ada kalanya dia harus jatuh dan bangun. Tapi Adrian tetap tak mau menyerah untuk terus berpegang Tuhan.

“Akhirnya saya menemukan kekuatan dari kebenaran firman Tuhan yaitu dari Filipi 3: 7-9. Supaya saya bisa melepas segala keterikatan saya itu menjadi sebuah kejijikan. Jadi akhirnya satu titik, saya jijik dengan perbuatan saya. Saya belajar gimana ditampar pipi kiri kasih pipi kanan. Saya belajar gimana bisa mengasihi orang. Itu semua proses,” terangnya.

Pelan-pelan, Adrian pun berhasil melewati proses panjang itu. Setelah merasa sudah pulih total, dia pun berubah menjadi pribadi yang mengasihi Tuhan. Bukan cuma itu, Adrian rindu untuk membahagiakan kembali kedua orangtuanya dengan menuntaskan pendidikannya. Melanjutkan kembali pendidikan SMA dan kuliah.

Setelah mendapat dukungan penuh dari kedua orangtuanya, Adrian pun dengan serius menimba ilmu di negeri Taiwan. Dia menyelesaikan sekolah di sana dan membuat orangtuanya bangga.

“Saya pengen tunjukin kalau saya bisa. Setelah saya selesaikan sekolah di sana, saya pulang ke Indonesia dengan membawa ijazah saya. Saya bisa tunjukin ke orangtua saya, ke keluarga saya, lingkungan saya kalau ternyata pertolongan Tuhan itu sanggup mengubahkan kehidupan saya,” tandasnya.

Kini, Adrian menjalani hidupnya dengan cara yang benar. Pemberontakan yang dulu dilakukannya disadari berasal dari pola pikir yang salah. Saat ini, dia sudah berubah dan sudah mengadopsi pola pikir yang benar.

“Saya bersyukur bagaimana Tuhan telah mengubahkan sudut pandang, cara berpikir saya dari yang dulu kalau segala aturan itu telah mengekang kehidupan saya, tapi ternyata aturan itu oleh karena kasih yang begitu mendalam terhadap anaknya sehingga mereka membuat aturan-aturan agar anaknya tidak terjerumus di dalam dunia yang tidak baik. Dan saya merasakan kasih orangtua itu begitu mendalam seperti Tuhan mengasihi saya,” ucapnya.

Apakah kamu pernah punya pemikiran yang sama dengan Adrian. Atau kamu saat ini sedang mengalami hal yang sama; kehilangan perhatian dari orangtua, merasa hidupnya terkekang karena beragam aturan atau merasa tertekan dalam hidup? Jangan pernah memilih jalan yang salah. Datanglah kepada Tuhan dan minta supaya dia mengambil kendali atas hidupmu.

Sumber : Adrian Himawan
Halaman :
1

Ikuti Kami