Kisah Pertolongan Tuhan yang Nyata atas Fotografer Udara Saat Lepas Landas
Sumber: Grady Newsource

Kata Alkitab / 3 October 2017

Kalangan Sendiri

Kisah Pertolongan Tuhan yang Nyata atas Fotografer Udara Saat Lepas Landas

Lori Official Writer
5717

Sebagai fotografer udara selama puluhan tahun, Cathy Lewan sama sekali tak pernah merasa takut. Sekalipun risiko yang dihadapinya adalah kehilangan nyawa.

Setelah menjalani profesi ini selama 22 tahun, pernah suatu kali Lewan hampir kehilangan nyawa. Kisahnya pun diungkapkannya lewat sebuah video pendek.

Berikut penuturan selengkapnya:

“Saya Cathy Lewan. Saya adalah seorang fotografer udara. Saya sudah terbang selama 22 tahun dan saya menyukai pekerjaan ini.

Saya menyukainya karena tantangannya luar biasa. Ini memberi saya kebebasan yang luar biasa, kemampuan untuk berada di tinggian dan merasa sangat dekat dengan surga.

Tapi saat perayaan Hari Valentine 2016 lalu, di hari yang indah itu, saya terbang melakukan pemotretan udara di sebelah barat daya Bandara Internasional Hartsfield-Jackson Atlanta, sebagaimana saya harus lakukan setiap bulannya. Tepat sebelum mencapai lokasi, saya beristirahat di kokpit. Kira-kira satu atau dua menit kemudian, katup pengatur gas saya macet. Saat itu saya berada di kawasan lalu lintas udara tersibuk dan terbesar di dunia.

Saya pun segera melakukan semua yang saya tahu. Saya menghubungi pengendali lalu lintas udara di Hartsfield. Dalam waktu singkat, saya mengkonfirmasi soal kondisi darurat yang saya alami. Tapi tak lama kemudian, kami tiba-tiba mengalami gangguan komunikasi. Untungnya, rekan-rekan di Hartsfield sudah mulai membentuk tim pengendali lalu lintas udara.

Ada beberapa pilot yang mengudara untuk membantu berkomunikasi dengan kami. Aku melihat ke bawah dan semua lampu darurat mulai dihidupkan, melaju menuju landasan pacu. Tiba-tiba sebuah bencana mengerikan hadir di depan mataku.

Aku teringat peristiwa saat ayahku meninggal akibat kecelakaan pesawat. Dia meninggal saat bertugas sebagai pasukan militer. Sebelum pesawat yang ditumpanginya mengalami kecelakaan, ayah sudah meminta supaya pesawat itu menghentikan perjalanan. Tapi orang-orang di dalamnya justru berkata sebaliknya. Mereka memilih untuk melanjutkan perjalanan. Sampai pada akhirnya pesawat itu menabrak gunung dan semua penumpang didalamnya meninggal dunia.

Kecelakaan yang menimpa ayahku terus berkelebat di dalam pikiranku. Peristiwa itu terus menghantuiku. Hal inilah yang selalu terlintas dipikiranku selama berada di atas udara.

Saya terus berdoa. Saya selalu berdoa setiap kali saya mendarat. Dan pada saat itu, saya diingatkan ‘saya tak bisa melanjutkan (pedaratan)’. Sementara orang-orang di bawah saya sudah membersihkan landasan pacu dan meletakkan semua kendaraan darurat di sana. Saya akhirnya mengubah keputusan dan mengatakan kalau saya tidak bisa mendarat. Sayapun mulai berputar-putar di udara.

Saat masih terus berputar-putar, saya meminta pengendali lalu lintas udara untuk memanggil suami saya dan menyampaikan bahwa saya mencintainya. Saya menghubungi ibu saya dan saya mau supaya anak-anak saya tahu bahwa saya sedang membutuhkan dukungan doa. Mereka pun satu per satu berdoa dengan sungguh-sungguh untuk saya.

Akhirnya, ada perasaan damai yang timbul dalam hati saya. Saya tahu bahwa saya sedang terbang di tempat yang tepat. Ada pepatah kehidupan dan dalam penerbangan yang berkata: “Jika kamu duduk di kursi kiri, kamu berada di kursi yang salah”. Karena kursi kiri tempat pilot duduk dan di sebelah kanan tempat co-pilot duduk, dan saya selalu menjadi co-pilot. Sang pilot selalu bertanggung jawab akan tugasnya.

Penerbangan itu berlangsung selama 52 menit 32 detik. Tapi saat itulah saya benar-benar mengalami mujizat yang menakjubkan bahwa hanya Tuhanlah yang bisa menyelamatkan saya. Saya ingat ada sebuah kekuatan dan dukungan yang luar biasa. Hal inilah yang membuktikan bahwa dalam segala sesuatu Tuhan selalu hadir. Dia selalu ada untuk kita. 

Sumber : Guidepost.com
Halaman :
1

Ikuti Kami