Gempa bumi berkekuatan
5 skala ritcher yang melanda daerah Cilacap, Tasikmalaya, Jawa Barat pada Senin
(25/9) kemarin menyebabkan robohnya atap Gereja Kristus Rohani Indonesia (GKRI).
Peristiwa inipun sontak membuat kaget warga yang tinggal dekat gereja yang berlokasi di Dusun Karangjengkol, Desa Cilongkrang, Wanareja Cilacap itu. Gempa berkekuatan cukup besar itu pun menyebabkan tembok gereja retak-retak. Kerangka atap bangunan pun ikut patah dan menimpa seisi ruangan gereja.
Menyaksikan
kondisi yang menimpa gereja itu, warga setempat termasuk yang non-Kristen pun tergerak
untuk membantu evakuasi gereja. Mereka tampak tak peduli sekalipun itu adalah bangunan
gereja umat Kristen. Ada sekitar puluhan warga yang membantu. Mereka pun menyelamatkan piranti gereja yang masih utuh.
Atas bantuan
warga setempat, Pendeta GKRI, Diah Rusdiana mengucapkan terima kasih karena sudah
suka rela membantu mengevakuasi barang-barang gereja yang tertimpa atap. Dia mengakui
kalau toleransi yang ada di daerah itu memang tinggi. Bahkan, yang paling banyak membantu dalam proses evakuasi itu adalah warga Muslim.
Ketua RT
setempat, Sugeng Wardoyo mengaku kalau dusun Karangjengkol memang hidup berdampingan.
Bahkan toleransi ini bisa tampak saat mereka merayakan acara-acara tertentu.
Misalnya, kalau keluarga Muslim merayakan kenduri atau selamatan maka keluarga Kristen
pasti diundang. Lalu mereka akan berdoa sesuai dengan kepercayaannya masing-masing.
Begitu juga waktu perayaan hari besar keagamaan masing-masing.
Tentu saja suasana
semacam ini terbilang sudah cukup langka di Indonesia. Tapi bagaimana pun kita patut
bersyukur dan berharap keharmonisan beragama semacam ini bisa dicontoh di daerah lain ya.