Jadi Korban Pencurian Laptop, Pemuda Ini Justru Petik Pelajaran Toleransi yang Indah
Sumber: ThoughtCo

Kata Alkitab / 23 September 2017

Kalangan Sendiri

Jadi Korban Pencurian Laptop, Pemuda Ini Justru Petik Pelajaran Toleransi yang Indah

Lori Official Writer
2253

Untuk merayakan ulang tahun kekasih hatinya, Luke Fortune rela menempuh perjalanan panjang dengan mobil dari sebuah kota kecil di Oregon Tengah ke Portland. Dia lalu memarkir mobilnya di sebuah parkiran berbayar untuk semalam. Nahasnya, keesokan pagi saat dia kembali untuk mengambil mobilnya, jendela mobilnya malah sudah dalam kondisi pecah. Ransel dan juga laptop yang ditaruhnya di dalam mobil pun raib.

“Yang terpenting buatku adalah laptop itu. Pekerjaan kelas, semuanya yang kutulis dan semua program yang aku butuhkan untuk tes paramedisku ada di dalam laptop. Setiap surat sudah aku kerjakan hanya untuk lamaran kerja. Aku benar-benar sakit,” ucap Fortune, pria usia 21 tahun yang sedang sekolah paramedis itu.

Dua hari setelah kejadian itu, seorang pemuda lain berdiri di luar apartemennya di Portland. Pemuda bernama Masoud Almazrouei (29) itu adalah mahasiswa yang ikut program pertukaran pelajar asal Uni Emirat Arab. Dia didekati oleh seorang pria untuk menawarinya sebuah laptop yang mau dijual dengan harga 200 dollar saja.

Almazrouei yang baru satu tahun tinggal di Amerika itu awalnya mengaku enggan membeli laptop itu. Tapi tak dimungkiri dia memang sedang butuh laptop lalu memutuskan untuk membelinya, membawanya pulang dan menghidupkannya sesampai di rumah.

Dalam hitungan detik, dia pun menyecek file dan foto-foto yang ada di sana. “Aku bertanya-tanya siapa yang akan menjual komputer beserta dengan semua isinya seperti ini. Aku pun tersadar kalau laptop itu adalah barang curian,” terang Almazrouei.

Dia pun menemukan sebuah kontak ponsel di dalamnya dan mulai menghubungi nomor itu.

“Pria dengan aksen yang parau ini bilang kalau laptopku ada di dia. Dia bercerita dan mengaku bersalah. Aku pikir itu adalah penipuan. Aku mengatakan kalau laptop itu benar-benar ada di dia, dia harus membawanya ke kantor polisi,” jelas Fortune.

Segera setelah itu, seorang petugas polisi menghubungi Fortune. Dia diinformasikan bahwa seseorang membawa laptop itu dan mengaku menyesal. Fortune pun segera menghubungi Almazrouei dan bersikeras memberikannya imbalan sebesar 200 dollar. Persis sesuai dengan jumlah uang untuk membeli laptop dari si pencuri itu. Tapi Almazrouei dengan tegas menolak menerimanya. Dia mengaku bsersalah karena sudah membeli laptop itu dari orang asing yang tak dikenalnya.

Baginya, hal yang paling penting daripada uang adalah melakukan kewajibannya sebagai seorang Muslim untuk mengembalikan barang milik orang lain. “Aku melihat fotonya (Fortune) dengan seragam paramedisnya. Mereka membantu orang-orang. Dia adalah orang yang baik. Aku tak berharap uangku kembali,” katanya.

Pertemuan Fortune dan Almazrouei pun jadi sesuatu yang indah. Bagi Fortune sendiri, peristiwa ini mengajarkannya tentang opini keliru banyak orang soal para pendatang, terutama dari negara Arab.

“Aku berasal dari kota kecil. Aku belum pernah ketemu dengan seorang Muslim. Dia orang baik,” nilai Fortune soal sosok Almazrouei.

Sementara Almazrouei sendiri pernah mengalami kejadian yang tak mengenakkan sesaat setelah datang ke Amerika. Dia mengaku suatu kali saat berada di sebuah jalan di Eugene, Oregon, tiba-tiba seseorang yang tak dikenal meninjunya dan menyuruhnya untuk kembali ke negara asalnya. Sng pelaku akhirnya diamankan pihak kepolisian.

Peristiwa tak mengenakkan itulah yang membuat Almazrouei memutuskan pindah ke Portland. Di sinilah, dia kemudian tertimpa masalah dengan seorang pencuri laptop.

Kejadian yang menimpa Fortune dan Almazrouei inipun diberitakan di surat kabar lokal di sana. Tak lama setelah itu, Almazrouei akhirnya menerima telepon dari pemimpin Universitas Portland, Wim Wiewel, tempat dia menjalani studi jurusan ekonomi. Wiewel pun mengaku bangga dengan integritas pemuda asal Arab itu dan menghadiahi dia sebuah MacBook Pro yang baru.

“Kami berpikir sejak Anda mengembalikan laptop itu, kami harus memberikan Anda laptop. Kami sangat bangga dengan Anda. Yang Anda lakukan adalah kisah yang hebat, terkhusus Anda sudah melakukan hal yang benar,” ucap Wiewel.

 

Bahan Renungan

Ada banyak orang yang mudah menilai dan menghakimi orang lain hanya karena latar belakang dan asal muasalnya. Tapi kisah di atas mengajarkan supaya kita tidak mudah menilai orang lain sesuai dengan agama, suku, dan rasnya. Nilai inilah yang juga diajarkan Yesus kepada orang-orang percaya.

Di sisi lain, meskipun Masoud Almazrouei adalah seorang Muslim, tapi dia benar-benar melakukan kewajiban agamanya untuk mau melakukan hal yang benar. Karena itu, jangan mau kalah! Yuk, mulai mengoreksi diri kita, sebagai orang percaya yang katanya adalah garam dan terang dunia, sudah kah kita memancarkan terang kita bagi orang sekitar? Sudahkah kekristenan kita diakui sebagai keyakinan yang menyebarkan kasih Tuhan? Kalau belum, yuk mulai dari hari ini!

Sumber : Rd.com
Halaman :
1

Ikuti Kami