Sebuah studi
yang dilakukan oleh Universitas Brigham Young dan Universitas William Paterson menemukan
kalau terlalu fokus untuk menjadi kaya bisa jadi petaka bagi pernikahan. Hasil studi
ini seakan bertolak belakang dengan keyakinan mayoritas masyarakat kita yang percaya kalau uang adalah faktor penentu kebahagiaan dalam sebuah pernikahan.
Benarkah uang
bisa merusak pernikahan? Dalam sebuah survei yang dilakukan kepada sebanyak 1700
pasangan suami istri, peneliti menemukan bahwa salah satu pihak atau kedua belah
pihak (suami dan istri) yang fokus mencari dan menghabiskan uang cenderung tidak punya pernikahan yang baik dan bahagia.
Hasil penelitian
ini didapatkan setelah semua responden diminta pendapatnya soal peran uang
dalam pernikahan mereka. Satu dari lima pasangan ternyata menjawab kalau uang adalah
prioritas mereka. Namun untuk kondisi pernikahan mereka cenderung kurang puas dan kerap menghadapi konflik dalam komunikasi.
“Studi kami
menemukan kalau materialism terkait dengan pasangan yang memiliki tingkat responsive
dan kematangan emosional yang rendah. Materialisme (cinta akan uang, red) juga terkait
dengan komunikasi yang kurang efektif, tingkat konflik yang lebih tinggi, kepuasan
hubungan yang rendah, dan kestabilan pernikahan yang sangat kurang,” ucap Jason
Carroll, seorang profesor ahli keluarga dari Provo, Utah sekaligus penulis studi ini.
Tampaknya pola
pikir pasangan menikah soal uang, yang dianggap bisa membeli kebahagiaan dan kesuksesan,
itu masih tetap dianut sampai saat ini. Tanpa disadari, uang justru jadi
penyebab pasangan menikah sering bertengkar soal pemasukan dan pengeluaran
rumah tangga. Ada juga suami istri yang bertengkar karena berselisih soal tabungan atau gaya hidup glamor pasangan.
Berbeda halnya
dengan pasangan yang tidak terlalu fokus soal uang, pernikahannya justru lebih baik
dalam segala kondisi. Menariknya, pasangan ini ditemukan jauh lebih bisa mengatasi kondisi keuangan dan masalah pernikahannya.
Namun Jason
Carroll menekankan bahwa hasil penelitian ini sama sekali tidak menyalahkan uang.
Masalah utamanya terletak pada pola pikir suami istri terhadap uang itu
sendiri. Dia menjelaskan bahwa uang bisa berbahaya bagi pernikahan karena dua alasan yaitu:
Pertama, uang bisa menyebabkan pasangan menghabiskan uang dengan tidak bijaksana. Misalnya, istri yang boros dan mengadopsi gaya hidup
yang glamor atau suami yang suka main judi dan foya-foya. Akibatnya, lambat laun pasangan semacam ini akan terus menerus menuntut pasangan untuk punya uang lebih.
Kedua, uang membuat suami/istri jadi kehilangan rasa hormat kepada pasangannya. Akibatnya, tak ada lagi kebahagiaan yang bisa dihasilkan dari pernikahan yang hanya berorientasi dengan kekayaan dan bukan cinta.
Karena itu,
dia menyarankan supaya setiap pasangan menikah menyadari pentingnya untuk merubah
pola pikir soal uang dan menempatkan uang sesuai dengan perannya. Mengubah kebiasaan
berbelanja dan pola hidup yang tidak sesuai dengan kondisi keuangan juga memungkinkan untuk mengembalikan stabilitas keuangan keluarga.
Jadi apa yang
bisa dilakukan kalau ternyata, pasanganmu lebih suka naik mobil BMW terbaru dan
yang masih mengkilap dibanding dengan mobil Kijang tua milik kalian? Caroll menyampaikan
bahwa banyak pasangan yang memang akan berpikir kalau semakin kaya dia maka semakin
bahagialah rumah tangganya. Tapi sayangnya, ambisi itu justru menyakiti pasangannya.
Apa kamu dan
pasanganmu masih terus mengejar uang dan lupa menjaga kebahagiaan? Ingatlah bahwa
kebahagian pernikahan sama sekali nggak bisa dibeli dengan uang.