Tuhan memiliki banyak
cara untuk memanggil kita kembali, bahkan memutuskan untuk mengikut Yesus kembali pun memang nggak mudah dan bukan sebuah keputusan yang gampang.
“Baik Tuhan, aku mau
dibaptis dan ikut Engkau. Tapi dengan syarat : Kembalikan keluargaku kepadaku,”
inilah kalimat yang aku serukan ketika aku ditantang untuk bertobat total dan menyerahkan diri kepada Yesus.
Dipanggil dari masa
lalu yang kelam, dan hampir nggak bisa mengampuni keluarga karena aku sering
diabaikan dan nggak dipedulikan, membuatku nggak gampang untuk melepas
semuanya. Selama bertahun-tahun, aku meninggalkan rumah dan merantau dengan
pilu dan sakit hati alias dendam. Bagaimana tidak? Aku memberontak karena hubungan dengan pacar, membuat semua keluarga membenciku dan orangtuaku menyerah atasku.
Aku masih ingat
kata-kata papaku waktu di klimaks keributan itu, “Pergilah, pilihlah pria itu.
Aku nggak akan anggap kamu anak, lebih baik kamu mati hari ini daripada memberontak
begini. Mati aja kau, masih ada anak-anakku perempuan yang lain yang aku urusin daripada kau.” (logat batak)
Pilu ya? Tetapi aku
percaya bahwa papa mengatakan hal itu dengan hati yang sedih dan berat waktu
itu. Namun karena aku merasa tertolak, aku menganggap mereka sebagai orangtua yang keterlaluan dan aku memang nggak pantas jadi anak mereka.
Aku menolak diriku
dan beberapa kali ingin bunuh diri, puncaknya adalah saat pria yang aku pertahankan didepan kedua orang tuaku akhirnya meninggal dunia.
“Naomi, Cris meninggal. Pulang lah nak,” suara mama pacarku waktu itu.
Namun saat itu, Tuhan
berhasil mengagalkan aku untuk bunuh diri karena akhirnya keesokan harinya aku bertemu dengan dokter muda di rumah sakit .
Dua bulan berteman,
akupun memutuskan berpacaran dengannya. Aku terhilang dari rasa galau dan
benar-benar menikmati hidup dengan foya-foya. Namun nasib baik nggak berpihak
padaku, 6 bulan kemudian pria itu
memutuskan menikah dengan orang lain dan aku menyerah dalam kehancuran dan kehampaan.
Singkat cerita,
akupun memilih untuk menginjakkan kaki di sebuah masjid dan berkata “Aku benci Kristen.”
Aku memilih agama itu
dan berkata “Tuhan Kristen pembohong, jika dia mengasihiku. Masakan aku hidup
berpuluh tahun selalu di penuhi dengan mara dan tangisan? Bukankah kata Alkitab bahwa Allah adalah pengasih dan penyanyang?”
Kekecewaan kemudian
muncul dan aku berubah menjadi ateis. Kamu mungkin geram dan heran saat membaca cerita ini ya? Hehe
6 bulan menjadi ateis
yang nggak pernah berdoa, aku sungguh merasakan kehancuran dan hidupku penuh
penderitaan. Makan nggak makan karena gaji selalu nggak cukup (entah habis
kemana) dan lain segalanya. Namun akhirnya sesuatu hal menerobos pikiranku dan
aku nggak bisa menolak hatiku bahwa sungguh aku masih percaya “Allah menciptakanku dengan tanganNya dan sesuai dengan gambaranNya.”
Hal itu mengajakku untuk mengunjungi sebuah komunitas dengan bantuan teman baruku yaitu Nency.
Aku percaya bahwa
Allah memakai dia untukku. Selang beberapa lama, akhirnya aku memutuskan untuk
menyerah total kepada Allah karena aku nggak punya pilihan lain dan untuk
sampai kepada Allah sendiri, aku harus melalui sebuah jembatan yaitu Yesus Kristus.
“Tidak satupun sampai kepada Bapa kecuali melalui Aku.”
Kadang kita sering
sekali berkata bahwa “Aku nggak layak karena memiliki masa lalu yang hancur.”
Atau “Aku udah nggak punya masa depan lagi, lihatlah apa yang aku perbuat nggak layak dihadapan Allah.”
Tetapi percayalah
bahwa Allah sedang menantikan engkau. Berbagai cara aku lakukan diatas yang
mungkin kalian nggak perhatikan dimana aku sedang berusaha lari dari kebenaran dan memberontak pada Allah bukan?
Tapi coba lihat, pada
akhirnya aku kembali kepada Allah, karena aku merendahkan hatiku dengan nggak
menolak sebuah kebenaran dimana “Allah menciptakan kamu dan aku dengan tanganNya,”
itu artinya hanya Dia yang tahu kemana kita akan diarahkan dengan baik. Ikuti dan berserah totallah padaNya.
Karena kemana pun
engkau pergi, Allah ada disana. Aku bahkan nggak bisa menolak Allah, karena Dia sangat mencintaiku dan kamu juga.
Mazmur 139: 2-10 : “Engkau mengetahui, kalau aku duduk atau berdiri, Engkau mengerti pikiranku dari jauh. Engkau memeriksa aku, kalau aku berjalan dan berbaring, segala jalanku Kaumaklumi. Sebab sebelum lidahku mengeluarkan perkataan, sesungguhnya, semuanya telah Kauketahui, ya TUHAN. Dari belakang dan dari depan Engkau mengurung aku, dan Engkau menaruh tangan-Mu ke atasku. Terlalu ajaib bagiku pengetahuan itu, terlalu tinggi, tidak sanggup aku mencapainya. Ke mana aku dapat pergi menjauhi roh-Mu , ke mana aku dapat lari dari hadapan-Mu? Jika aku mendaki ke langit, Engkau di sana; jika aku menaruh tempat tidurku di dunia orang mati, di situpun Engkau.Jika aku terbang dengan sayap fajar, dan membuat kediaman di ujung laut,juga di sana tangan-Mu akan menuntun aku, dan tangan kanan-Mu memegang aku.”
Sumber : jawaban.com