“Pacaran kalo nggak
ciuman dan pegangan tangan sih, bukan pacaran namanya.”
“Kamu nggak sayang sama aku, pegang tangan dan cium kamu aja nggak bisa,”
Pernah dengar
pendapat dan pertanyaan diatas? Mungkin sebagian daripada kamu pernah mengalami
dan sedang mengalami hal itu. Seketika kamu sadar dan bertanya dalam diri
sendiri “Aku kan seorang pelayan Kristus, kira-kira ciuman diperbolehkan nggak sih oleh Alkitab?”
Untuk menjawab pertanyaan dan menyikapi pendapat tersebut, mari kita lihat firman berikut.
Dari kitab diatas, ayat (3) sudah
cukup jelas memberitahukan bahwa kehendak Allah adalah pengudusanmu dan
menjauhi pencabulan. Artinya Allah jelas sekali nggak menyukai pencabulan tetapi menyukai seseorang yang hidup kudus. Lalu apa itu hidup kudus?
Istilah kudus itu sangatlah luas, kudus nggak hanya bicara hawa nafsu namun juga termasuk menjaga hati untuk selalu hidup dalam buah buah roh, kasih, sukacita, damai sejahtera dll, dan bukan rasa amarah, egois, sombong, seperti yang ditekankan di ayat (4) bahwa kita harus hidup dalam pengudusan dan penghormatan tetapi bukan percabulan, sebab pencabulan terlahir dari keegoisan akan hawa nafsu , sedangkan orang-orang yang hidup dalam hawa nafsu adalah orang-orang yang nggak kenal Allah. Kamu mengenal Allah atau bukan?
Nah, lalu bagaimana
kudus dan menjauhi pencabulan dalam konteks pacaran? Kita semua tentu setuju
bahwa hubungan seks sebelum menikah adalah hal yang nggak kudus, tetapi masih
ada area abu-abu yang sering sekali dipertanyakan dan sering sekali menjadi perdebatan dalam berpacaran.
“Ciuman itu kudus nggak ya?”
“Apakah pelukan itu kudus?”
“Pegangan tangan kudus kali ya.”
Tidak ada ayat
dalam Alkitab yang mengatakan bahwa ciuman, pelukan, pegangan tangan itu tidak kudus. Nah, lalu bagaimana dengan standard Tuhan Yesus dalam firman ini?
Firman tersebut sangat cukup menjawab kegalauan kamu selama ini bukan.
Pertanyaannya
begini, ketika kamu berciuman apakah kita tetap dalam kekudusan? Mungkinkah kamu saat berciuman angkat tangan lalu menyembah dan berbahasa roh?
TIDAK,
saya yakin bahwa kamu akan jatuh kedalam dosa pikiran. Iya atau tidak, hanya kamu yang bisa menjawab.
Selanjutnya,
saat kamu pegangan tangan atau pelukan dengan pacar kamu apakah kamu masih
dalam kekudusan juga? Saya nggak bisa menjamin hal itu tetap kudus, karena saya
tahu persis bahwa sesuatu rasa yang mengarah ke hawa nafsu dan rasa greget akan terjadi.
Kalau
begitu, bagaimana kita memperlakukan pacar kita supaya hubungan kalian tetap dalam konteks “kudus” dihadapan Allah?
1 Tes 4:9 Tentang kasih
persaudaraan tidak perlu dituliskan kepadamu, karena kamu sendiri telah belajar kasih mengasihi dari Allah.
Jawabannya ialah kasih
persaudaraan. Perlakuannya sama terhadap kamu dengan saudara seiman
lawan jenis lainnya. Perbedaannya ialah, kamu sedang mempersiapkan pernikahan dengan
pacarmu, menyamakan visi, membangun komunikasi, kesepakatan dan keterbukaan. Bukan berbeda karena ada "bersentuhan"-nya.
Berpegangan tangan saat
menyebrang atau berdoa boleh nggak? Kembali kepada diri masing-masing. Yang
jelas, jika kamu nggak memegang tangan pacar kamu saat menyebrang, dia nggak
akan langsung jatuh karena dia sanggup berjalan dan bukan nenek-nenek, dan juga
jika kamu nggak pegang tangan dia saat berdoa, emangnya kuasa doa akan
berkurang?
Jadi pada intinya adalah
kebenaran telah sampai kepada kita, bagaimana kita meresponi hal itu dengan
baik dan sesuai dengan friman, kembali kepada keputusanmu. Sekarang apa yang
akan kamu lakukan?