Setelah 500
tahun sejak masa reformasi protestan yang dicetuskan Martin Luther, Gereja Reformed
Walloon St Agustine di kota Magdeburg, Jerman harus mengijinkan jemaatnya twitteran
sembari ibadah. Fenomena ini terjadi karena ternyata beberapa tahun belakangan jemaatnya makin menurun.
Itu
sebabnya gereja ini bikin kebijakan membuat ibadah setiap Jumat malam. Di ibadah inilah para jemaat diajak mengundang orang-orang datang ke gereja mereka lewat media
sosial Twitter. Ada sekitar 40 jemaat yang datang dan mereka pun dibebaskan untuk
mengetikkan pesan khotbah, firman dan doa yang mereka dapat di malam itu di Twitter.
Pendeta Ralf
Peter Reimann bilang kalau kebijakan ini masih diuji coba untuk meningkatkan minat
orang-orang untuk datang ke gereja. Mereka optimis kalau sosial media bisa jadi cara untuk mempertahankan anggota dan mendatangkan orang-orang baru.
“Ada banyak
orang-orang yang online. Kami mau mengikutsertakan orang-orang ini dan menawarkan
untuk berpartisipasi (meningkatkan jemaat gereja) dengan cara yang mereka suka,” ucap pendeta Reimann.
Dia menjelaskan
kalau Luther sendiri pernah menyampaikan soal imamat atau panggilan orang-orang
percaya yaitu untuk menginjil dan memberitakan skabar keselamatan. Jadi, alih-alih
hal itu hanya dilakukan oleh pendeta gereja tapi alangkah baiknya kalau melibatkan jemaat gereja untuk bisa berbagi dengan orang lain.
Uji coba sosial
media ini pun ternyata mengundang animo yang baik dari jemaat. Meskipun nggak
dimungkiri kalau sebagian jemaat yang sudah berusia merasa sulit untuk melakukan aktivitas online itu.
Terkait penurunan
jumlah jemaat gereja di Jerman memang jadi berita yang mengejutkan banyak orang.
Karna penurunannya pun terbilang drastis sejak tahun 2016. Angka yang baru-baru
ini dicatat menunjukkan kalau jumlah Kristen Protestan di Jerman menurun sebesar 1.6 persen dari tahun-tahun sebelumnya.
Koran berita
Jerman, Die Zeit sendiri menerbitkan kalau demografi jadi faktor penurunan terbesar
jemaat gereja. Tahun 2016 saja, sekitar 340.000 penginjil meninggal dunia dan hanya
180.000 orang yang dibaptis. Di tahun yang sama, sekitar 190.000 jemaat meninggalkan gereja dan hanya ada 25.000 pendatang baru.
Gereja Katolik
di Jerman juga mengalami kondisi yang sama. Konferensi uskup Jerman di Bonn mengaku
kalau mereka kehilangan sebanyak 162.093 anggotanya di tahun 2016 lalu. Penurunan
ini mereak rasakan jauh lebih rendah dibanding dengan jumlah jemaat yang keluar
dari gereja sebanyak 181.925 orang pada tahun 2015 lalu.
Secara global,
penurunan jemaat gereja memang sudah terjadi cukup lama di negara-negara Eropa.
Nggak cuma bicara soal demografi, tapi penurunan ini bisa saja karna gereja memang
nggak lagi jadi tempat yang nyaman atau menarik bagi orang-orang Kristen di
sana. Karna itulah, dengan fenomena ini gereja-gereja bisa mengevaluasi diri dan
mulai berpikir untuk membuat sebuah gebrakan baru yang relevan dengan kebutuhan
orang-orang Kristen saat ini.