Beberapa hari
ini, kasus bully kembali menggemparkan
dunia pendidikan di Indonesia. Seperti yang kasus bully yang menimpa seorang mahasiswa
Universitas Gunadarma Jakarta bernama Farhan, yang diyakini merupakan penyandang
disabilitas, menerima perlakuan tidak baik dari teman-teman sekelasnya. Mahasiswa
jurusan Sistem Informasi di Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi itu dijadikan
bulan-bulanan dan bahan ejekan di depan banyak orang (saksikan videonya di sini).
Apa yang
dialami Farhan dinilai sangat memprihatinkan karena kekurangan fisiknya justru dijadikan
sebagai bahan olok-olokan mereka yang lahir secara normal. Tentu saja kasus bully yang menimpa anak-anak disabilitas
semacam ini tidak hanya dialami oleh Farhan, tapi juga dialami oleh banyak anak berkebutuhan khusus lainnya.
Sebagai orang
Kristen yang diciptakan serupa dan segambar dengan Allah, firman Tuhan mengingatkan
kita bahwa setiap kita sama dihadapan-Nya. Nggak peduli apakah kamu cacat secara
fisik atau sempurna, punya wajah tampan atau rupawan, Tuhan tetap mengasihi setiap kita.
Nah, inilah
saatnya untuk mengajarkan generasi muda kita, khususnya anak-anak, tentang pemahaman
yang benar soal perbedaan kondisi fisik yang dimiliki orang lain. Sebagai gambaran,
mungkin kamu akan berhadapan dengan satu situasi dimana anak-anakmu bertemu
dengan seseorang yang duduk dikursi roda dan bertanya “Bu, kenapa dia sharus duduk
di kursi roda?” Atau saat anak perempuanmu yang berusia 8 tahun pulang dari
sekolah dan menyampaikan kalau dia melihat seorang anak baru yang memakai tongkat
panjang setiap kali harus berjalan karena dia buta. Atau anak remajamu yang punya teman yang scacat secara psikis dan tak lagi bisa pulih secara normal.
Bagi mereka,
mungkin hal itu adalah sesuatu yang baru. Belum ada pemahaman yang jelas soal bagaimana
mereka seharusnya bersikap terhadap orang-orang yang memiliki kecacatan ini. Karena
itulah, menjadi kesempatan bagi orangtua untuk menjelaskan kepada anak-anak soal
hal ini. Alih-alih diperlakukan tak adil, diolok-olok atau diejek, ajarkanlah kepada
anak bahwa orang-orang berbeda seperti itu harus diperlakukan dengan baik dan dihargai sebagai seorang pribadi.
Berikan
pandangan yang benar bahwa anak-anak disabilitas patut mendapat perlakuan yang benar, seperti:
1. Mengasihi mereka sebagai pribadi
Mereka yang
berkebutuhan khusus atau disabilitas juga adalah seorang pribadi. Mereka bukan orang
cacat. Dan sebagai pribadi mereka juga dicintai oleh Tuhan yang sama yang juga mengasihi
kita dan yang mengutus Anak-Nya untuk mati bagi kita (Roma 5: 8). Sampaikan bahwa
orang-orang cacat sekalipun adalah anak-anak yang berharga dimata Tuhan. Bantulah
anak-anak untuk menemukan persamaan yang mereka miliki, dimulai dari cara pandang Tuhan sendiri.
2. Kenalkan anak soal siapa orang-orang berbeda itu
Mereka lebih
daripada hanya menyandang sebuah kecacatan. Budaya kita mengatakan kalau nilai kita
ditunjukkan dari apa yang bisa kita lakukan bagi banyak orang. Alkitab mengatakan
kalau kita menjadi pribadi yang berharga karena kita adalah ciptaan Tuhan (Kolose
1: 15-20). Nilai kita berasal dari Tuhan, bukan dari diri kita sendiri atau
dari apa yang bisa kita lakukan. Saat kamu menyampaikan kebenaran ini kepada
anak, ceritakanlah secara jelas soal orang yang dia tanyakan. Pakailah namanya,
jelaskan kepribadiannya, apa kesukaan mereka dan tingkah lucu mereka. Buatlah cara
pandang anak terhadap orang-orang disabilitas menjadi sesuatu yang positif. Dengan itulah mereka bisa menghargai orang-orang yang tidak sesempurna mereka.
3. Jujur kepada anak
Menyebutkan
dengan jujur jenis kecacatan yang dialami seseorang akan membantu anak untuk mengenang
soal orang itu. Hal ini tidak hanya bicara soal melatih daya ingat anak, tapi melatih mereka lebih berempati terhadap orang lain.
4. Dorong anak berteman dengan orang-orang disabilitas
Berteman
dengan orang-orang yang memiliki kecacatan. Ajarkan anak untuk merasa nyaman di
sekitar orang-orang yang berbeda ini dengan memulainya dari dirimu sendiri. Mungkin
ada di antara keluarga atau temanmu yang juga mengalami cacat dalam hiupnya, tunjukkanlah
respon positif dan tindakanmu kepada mereka dihadapan anak. Cara ini dapat
mengajarkan anak supaya mereka bisa memperlakukan orang-orang berkekurangan sebagai
teman dan saudara.
Salah satu penyebab
mengapa banyak anak bisa memperlakukan orang-orang cacat atau disabilitas dengan
semena-mena adalah karena orangtua tidak mengenalkan mereka tentang sikap menghargai
orang lain. Akibatnya, ketika mereka berhadapan dengan orang-orang yang
terlihat lemah atau berbeda dengan diri mereka, hal itu dianggap bisa menjadi bahan
olok-olokan. Karena itu, inilah waktunya bagi setiap orangtua untuk mengajar
anak-anakmu soal kasih Tuhan dan firman kebenaran-Nya soal karya penciptaan-Nya
atas setiap orang yang dahsyat dan luar biasa (Mazmur 139: 14 & Mazmur 17).