Di antara begitu
banyaknya artikel yang menawarkan tips soal cara mengatasi atau mencegah
pertengkaran dengan pasangan, ada sejumlah poin yang mungkin tidak menjawab persoalan
pasangan suami istri, termasuk poin klise yang menganjurkan supaya pasangan berdamai,
sabar atau menahan diri. Tentu saja dalam praktiknya, solusi semacam itu tetap sulit
dilakukan apalagi kalau kedua belah pihak adalah sosok yang pada dasarnya bertemperamen tinggi, mudah emosian dan sulit mengontrol diri.
Lalu solusi
apa yang harusnya bisa dilakukan untuk mencegah pertengkaran yang menjadi-jadi?
Sebagaimana dipercayai masyarakat umum bahwa pasangan suami istri yang berhasil
menjalani pernikahannya hingga di atas usia 25 tahun dikategorikan sebagai pernikahan
yang berhasil. Ya, secara umum mungkin teori ini bisa diterima. Pasalnya, menjalani
usia pernikahan selama dua dekade bukanlah perkara yang mudah. Tentu banyak konflik
dan pertengkaran yang sudah dilewati. Tapi sukses tidaknya sebuah pernikahan justru
tidak diukur dari jumlah pertengkaran yang mereka hadapi, melainkan yang terpenting adalah respon kedua pasangan dalam menyikapi persoalan yang ada.
Pengen tahu
rahasia pernikahan sukses? Kamu perlu mengintip 15 cara bertengkar sehat dan elegan ini.
1. Belajar untuk
saling mendengarkan. Ya, hal ini penting bukan cuma bagi pasangan menikah saja tapi juga saat setiap orang membangun hubungan dengan orang lain.
2. Menolak untuk
bersikap defensif atau bersifat bertahan. Persoalan kecil yang terjadi dalam pernikahan
bisa menjadi besar karena kedua belah pihak tak satu pun saling mengalah. Sementara,
dalam sebuah pernikahan sikap mengalah atau merendahkan diri terhadap pasangannya sangatlah penting.
3. Sama-sama
bisa mengontrol diri, termasuk mengontrol suara. Ketika bertengkar, ada banyak pasangan
yang mulai berteriak-teriak dengan keras dan seolah tak peduli dengan orang-orang
di sekitar. Berteriak tanpa kontrol tentu saja hanya akan memberikan image yang
tidak baik kepada pasangan maupun tetangga. Karena itulah sangat penting bagi kedua
belah pihak bersepakat untuk tidak melakukan hal-hal memalukan tersebut saat bertengkar.
4. Hindari tindakan
mengumpat, menyerang dan melakukan tindakan kekerasan fisik kepada pasangan. Karena
itulah penting sekali untuk mendapatkan konseling pra-nikah sebelumnya benar-benar
memutuskan untuk menjalani pernikahan. Sebab tindakan kekerasan fisik terhadap pasangan adalah salah satu hal yang paling tidak dapat ditolerir dalam sebuah pernikahan.
5. Orang
tua menjadi guru pernikahan yang paling nyata yang mengajarkan kita soal lika
liku sebuah pernikahan. Sebagaimana pernikahan ayah dan ibuku. Ketika mereka bertengkar,
biasanya ayah akan segera pergi meninggalkan rumah dan bisa jadi baru akan kembali
beberapa hari kemudian. Bagiku, tindakan ayah terbilang kurang bertanggung
jawab karena dia membiarkan masalah berlarut tanpa segera menyelesaikannya saat
itu juga. Tapi di sisi lain, ada saja pasangan yang menilai kalau tindakan itu dibilang
cukup bijaksana karena salah satu pihak memilih untuk menghindari pertengkaran yang
lebih besar. Jika pilihan pasangan meninggalkan rumah saat bertengkar adalah
untuk kebaikan, maka ijinkan dia melakukannya. Asalkan dia kembali setelah kedua belah pihak kembali tenang dan menyelesaikan pertengkaran dengan saling terbuka.
6. Jangan biarkan
pertengkaran sampai matahari terbenam. Dalam alkitab, frase ini sangat lazim
kita dengar. Bukan hanya berlaku dalam pernikahan saja, tapi menyelesaikan pertengkaran
atau permusuhan sebelum matahari terbenam juga berlaku dalam hubungan pertemanan atau hubungan karir dengan orang lain.
7. Mau mengakui
kesalahan terlebih dahulu kepada pasangan, apalagi jika kamu adalah pihak yang memulai pertengkaran.
8. Jangan pernah
sekali-kali menyalahkan pasangan, dalam persoalan apapun itu. Termasuk jangan pernah
menggunakan kata-kata ‘kamu memang…’ atau ‘kamu nggak pernah…’ atau ‘kamu selalu aja…”.
9. Berpikirlah sebelum memunculkan konflik dalam pernikahan.
10. Berdoalah
bersama. Ini adalah salah satu hal tersulit yang harus pasangan suami istri lakukan
saat sedang marah. Karena doa adalah cara terbaik untuk menjaga hati kita biar tetap lembut dan tenang.
11. Tetap
terkoneksi secara fisik. Sentuhan fisik sekecil apapun bisa membantu untuk
mengontrol emosi seseorang. Misalnya, dengan mengelus punggung, memegang tangan
atau memeluk pasangan yang sedang dalam situasi emosi yang tak terkontrol akan bisa menenangkannya.
12. Jujurlah
kepada pasangan. Jangan sekali-kali mencoba untuk berbohong atau menggunakan kata-kata kasar atau humor yang bisa menyinggung perasaan pasangan.
13. Belajar
berempati. Memutuskan menikahi seseorang dan menjalani kehidupan bersama sampai
maut memisahkan adalah komitmen yang sangat berat. Karena itulah, pasangan patut
belajar untuk saling mengerti dan saling mengasihi sebagai satu tubuh yang sudah dipersatukan.
14. Sebagian
pasangan menikah mungkin bisa menghadapi satu konflik yang tak berkesudahan
atau terus berulang. Jadi, supaya hubungan tidak hanya stuck di situ-situ saja,
ada baiknya jika suami istri bisa saling berbicara dan bekerja sama dengan hati terbuka.
15. Belajar
untuk memaafkan sepenuhnya. Tak menyimpan dendam atau kebencian. Hal ini memang
adalah sebuah proses panjang dalam pernikahan. Bagaimanapun aka nada perlakuan
atau perkataan pasangan yang terasa menyakitkan dan mustahil untuk bisa dimaafkan
begitu saja. Tapi bagaimanapun, setiap pasangan harus memiliki sikap hati yang mau
mengampuni seberapa sulit pun itu.
Tapi jika kamu
memang seolah tak lagi punya kata-kata untuk diucapkan saat menghadapi
pertengkaran dengan pasangan, sampaikanlah kepadanya bahwa kamu benar-benar mencintai
dia dan memintanya untuk tidak pergi meninggalkanmu. Hal ini mungkin nggak akan
menyelesaikan konflik tapi setidaknya akan membantu pasanganmu untuk merasa aman
dan dihargai.