Ketika Penggenapan Panggilanmu Melewati Lembah Kekelaman, Jadilah Seperti Yusuf
Sumber: Superbook

Finance / 22 June 2017

Kalangan Sendiri

Ketika Penggenapan Panggilanmu Melewati Lembah Kekelaman, Jadilah Seperti Yusuf

Puji Astuti Official Writer
8180

Sesudah itu Firaun menanggalkan cincin meterainya dari jarinya dan mengenakannya pada jari Yusuf; dipakaikannyalah kepada Yusuf pakaian dari pada kain halus dan digantungkannya kalung emas pada lehernya. Lalu Firaun menyuruh menaikkan Yusuf dalam keretanya yang kedua, dan berserulah orang di hadapan Yusuf: "Hormat!" Demikianlah Yusuf dilantik oleh Firaun menjadi kuasa atas seluruh tanah Mesir. ~ Kejadian 41:42-43

Kita mungkin sudah sering mendengar kisah Yusuf, bagaimana dia melewati berbagai rintangan hingga menggenapi panggilannya menjadi orang nomor dua di Mesir. Dia dibenci dan dikhianati oleh saudara-saudaranya, bahkan dijual menjadi budak oleh mereka. Di Mesir dia difitnah oleh istri Potifar dan dilemparkan ke penjara. Di penjara dia dilupakan oleh juru minuman raja selama dua tahun. Selama 13 tahun, Yusuf menjalani berbagai penderitaan yang mempersiapkan dia untuk menggenapi panggilannya. 

Panggilan itu dimulai dari sebuah mimpi. Waktu itu dia hanyalah seorang remaja yang mendapat perhatian lebih dari sang ayah dan membuat iri saudara-saudaranya. Yusuf menceritakan mimpinya itu kepada saudara-saudaranya, bahwa suatu hari nanti mereka dan juga ayahnya dan ibunya akan datang kepadanya dan menyembah  dia. Hal itu membuat mereka lebih membencinya.

Tuhan selalu memulai panggilannya dari sebuah impian, sebuah visi akan masa depan. Namun setelah itu, Tuhan akan memproses kita untuk mempersiapkan kita untuk menggenapi panggilan tersebut. Seringkali, masa-masa persiapan itu bertolak belakang dengan mimpi-mimpi yang Ia berikan. Sama seperti Yusuf yang memiliki mimpi menjadi orang yang mulia dan dihormati, namun ia harus rela menjalani hidup sebagai budak. 

Proses yang dilaluinya sangat menyakitkan dan panjang, namun hal itu terjadi bukan untuk menghancurkan dirinya, namun mempersiapkan dia baik secara karakter, mentalitas dan juga keahlian. 

Menjadi budak, pelayan dan pengelola

Salah satu tahap yang dilalui Yusuf adalah dijual sebagai budak, menjadi pelayan di rumah Potifar dan menjadi pengelola segala milik potifar. Hal itu Tuhan rancang agar Yusuf tidak bergantung pada status dan  jabatan untuk merasa percaya diri dalam mengerjakan sesuatu. Demikian juga dengan kita, ketika Dia ijinkan kita melalui lembah kekelaman, Dia ingin mengajarkan kita kerendahan hati dan bergantung sepenuhnya kepada Tuhan dalam hidup ini, sehingga kita tidak bergantung pada status, jabatan dan kekayaan kita dalam menggenapi panggilan-Nya. 

Yusuf menjaga dan membesarkan mimpinya 

Dalam kehidupan ini ada banyak pembunuh-pembunuh mimpi, mereka seperti saudara-saudara Yusuf yang melemparkan perkataan negatif dan yang mengatakan bahwa hal itu mustahil. 

Mimpi itu seperti benih atau embrio, jika kita tidak jaga dan rawat, maka mimpi itu bisa mati dan hancur. Namun jika kita jaga dan terus rawat dengan terus menaruh pengharapan, maka dia akan menjadi sebuah peta yang menuntun kita pada penggenapan janji itu. 

Seberapa sering kamu bertemu para pembunuh mimpi, ketika kamu bercerita tentang visi dan impianmu? Jadilah seperti Yusuf! Dia terus menjaga impian yang Tuhan beri, hingga semua itu tergenapi. Dia tidak menyerah dengan kesulitan yang menghadang, karena Yusuf dengan jelas melihat mimpinya itu, dia bisa melihat garis finish, sehingga ia tetap berlari mengejarnya hingga akhir.

Tidak dibebani oleh masalah di masa lalu

Jika kamu dalam posisi Yusuf, bukankah kamu akan merasa marah, kecewa dan mungkin dendam kepada saudara-saudaranya yang telah menjualnya, atau kepada isteri potifar, atau kepada juru minuman raja yang lupa kepadanya? 

Tapi apakah kamu membaca bahwa Yusuf merespon demikian? Tidak. Dia melepaskan pengampunan, dia tidak kecewa dengan orang-orang, masa lalu ataupun kepada Tuhan. Dia tahu bahwa apa yang terjadi adalah cara Tuhan mempersiapkan dirinya untuk menggenapi panggilannya. Ia tidak membiarkan masa lalunya menjadi beban yang membuatnya sulit berlari menuju masa depannya. 

Bagaimana dengan kamu? Apakah masih ada masa lalu yang membebanimu sehingga tidak bisa berlari dengan bebas dan cepat dalam menggenapi panggilanmu? Mari belajar dari Yusuf, lepaskan pengampunan, lepaskan kasih, dan ijinkan Tuhan membalut luka-luka di hatimu dengan kasih-Nya. 

Sebuah panggilan tidak tergenapi dalam satu malam. Yusuf butuh 13 tahun, Nuh butuh waktu seratus tahun untuk membangun bahtera, Musa menghabiskan 40 tahun dipadang gurun menggembalakan domba, dan jika kita mau membuat daftar para pahlawan-pahlawan iman, kita akan menemukan bahwa mereka melalui masa-masa menyakitkan saat menjalani proses untuk membentuk mereka hingga siap menempati posisi yang sudah Tuhan rancangkan bagi mereka. 

Jadi, jangan pernah takut dengan tantangan, ataupun proses yang harus kamu jalani. Jika Tuhan ijinkan, Dia akan memberi kekuatan dan juga kemampuan untuk kamu melewatinya. Mari kita ingat yang Musa katakan ini:

"Kuatkan dan teguhkanlah hatimu, janganlah takut dan jangan gemetar karena mereka, sebab TUHAN, Allahmu, Dialah yang berjalan menyertai engkau; Ia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau." ~ Ulangan 31:6

Sumber : Jawaban.com
Halaman :
1

Ikuti Kami