Banyak
orang Kristen rajin ke gereja karena hal itu bisa membantu mereka untuk tetap
bertumbuh dalam imannya. Ada pula yang beralasan bahwa ke gereja adalah kewajiban
yang harus dilakukan sebagai seorang Kristen. Tapi terlepas dari semua
alasan-alasan tersebut, sebuah studi menemukan bahwa rajin beribadah ke gereja ternyata sangat berguna bagi kesehatan dan membuat kita panjang umur.
Hasil studi yang diterbitkan pada 16 Mei lalu di jurnal umum PLOS ONE yang diberi judul
‘Church Attendance Allostatic Load and Mortality in Middle – Aged Adults’ (Kehadiran
Gereja, Beban Allostatik dan Kematian di Usia Pertengahan) oleh Profesor Marino
Bruce dari Vanderbilt University di Nasville, Tennessee ini mengklaim bahwa mereka
yang berusia sekitar 40-65 tahun yang rajin menghadiri ibadah mengalami penurunan kematian hingga 55 persen.
Dalam arti
lain bahwa mereka yang menghadiri ibadah keagamaan cenderung lebih sehat dan hidup lebih baik daripada mereka yang tidak pernah atau jarang beribadah.
Penelitian
yang dilakukan Bruce ini melibatkan sekitar 5.449 responden pria dan wanita dari
beragam ras dan agama. Timnya juga melakukan variabel lain seperti memeriksa status
sosial ekonomi dan cakupan asuransi kesehatan masing-masing responden untuk memprediksi
risiko kematian yang terjadi. Mereka juga memeriksa beban alostasis responden yang
merupakan alat ukur terhadap tekanan darah, kadar kolesterol, nutrisi dan kesehatan metabolik responden.
Dari
penelitian ini, Bruce menyimpulkan mereka yang tidak menghadiri ibadah gereja memiliki
nilai beban alostasis yang lebih tinggi. Yang artinya bahwa mereka mengalami tingkat stress yang tinggi dan kondisi kesehatan fisik yang buruk.
“Temuan kami
mendukung hipotesis keseluruhan bahwa peningkatan religiusitas, sebagaimana ditentukan
oleh kehadiran di ibadah berkaitan dengan rendahnya tingkat stress dan peningkatan umur seseorang,” ucap Bruce.
Dia juga menjelaskan, mereka yang sama sekali tidak
menghadiri ibadah gereja cenderung dua kali lebih mungkin meninggal prematur daripada mereka yang beberapa kali masih mau ke gereja.
Bruce yang
juga seorang pendeta Baptis dan direktur asosiasi Pusat Penelitian Kesehatan Pria
ini mengatakan bahwa meskipun dirinya adalah seorang pendeta, penelitian ini sama
sekali tidak terkait dengan keyakinan tertentu. Dia meyakinkan bahwa penelitian ini juga bisa berlaku untuk agama lain, selain Kristen.
“Aku
ditahbiskan sebagai pendeta jadi aku selalu bertanya apa yang dimaksud dengan kesehatan
rohani kita? Apakah masalah kesehatan rohani berkaitan dengan hasil biologis?” katanya.
Namun
terlepas dari hasil studi yang dibuatnya, Bruce tetap meyakini bahwa faktor pola
makan dan gaya hidup sehat juga sangat mempengaruhi kesehatan dan umur
seseorang.
Ya,
walaupun hasil studi ini dinilai cukup masuk akal, tapi kita juga memang tak
seharusnya mengabaikan faktor-faktor lain yang mendukung kesehatan, seperti halnya
hidup sehat dengan mengkonsumsi makanan bergizi dan sehat serta diimbangi dengan
olahraga teratur.