“Daun yang jatuh tak pernah membenci angin.
Dia membiarkan dirinya jatuh begitu saja.
Tak melawan,
Mengikhlaskan semuanya.”
-Tere Liye
Terror Bom
London yang terjadi pada Rabu malam tanggal 22 Maret 2017 ini berhasil menewaskan lima orang dan 20 korban luka-luka lainnya. Perdana
Menteri Inggris Theresa May menyatakan bahwa bom yang terjadi dilaksanakan secara sengaja dengan mengambil tempat di Jalan Westminer yang
dipancangkan dengan semangat untuk menyerang kebebasan.Tempat itu adalah lokasi wisata populer dimana orang-orang dari berbagai kewarganegaraan dan suku bangsa berkumpul.
Tidak cukup sampai disitu, London kembali mengalami serangan terror berupa penabrakan mobil van ke arah kerumunan orang yang sedang berada di jembatan, akibat penabrakan itu, banyak orang yang memutuskan untuk terjun atau berlarian menghindar dari mobil itu. Tujuh orang tewas dalam insiden tersebut dan dikabarkan melibatkan tiga tersangka.
Dibalik
keributan berita teror yang disiarkan dimana-mana, ada satu kisah menarik yang
memilukan. Pada hari itu seharusnya
menjadi hari yang santai bagi sepasang kekasih yang sudah bertunangan untuk sekadar jalan-jalan atau menikmati waktu berdua.
Harapan
Christine Archibald untuk menjadi seorang pengantin kandas seketika ketika
peristiwa itu berlangsung. Christine
yang merupakan pekerja sosial di sebuah penampungan tunawisma itu tewas dalam pelukan tunangannya, Tyler Ferguson.
Adik Tyler,
Cassie Ferguson mengabarkan bahwa ia bisa mendengar suara kakaknya terisak-isak
di telepon saat mengabarkan kabar kalau tunangannya meninggal. Cassie bisa meyakinkan bahwa dalam sepersekian detik hidup kakaknya telah terenggut.
Pada kejadian terror ini, mungkin seorang Tyler yang telah kehilangan tunangannya dengan melihatnya tewas di dalam pelukannya menganggap semua yang telah terjadi sungguh tidak adil bagi hidupnya, atau bagi siapapun yang mengalami hal serupa.
Manusia itu bagaikan karet, mudah percaya namun
sifatnya yang elastis akan selalu menyesuaikan keadaan yang ada. Mungkin setiap
manusia percaya telah mengetahui bahwa hidup di dunia ini hanya sementara
dibawah rencana Tuhan, namun seperti sifat manusia, tak ada yang bisa
memprediksi atau menjamin sesuatu yang akan terjadi baik pada dirinya sendiria atau orang lain.
Namun seperti yang sudah tertulis di dalam Filipi 4:13 “Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.” Ayat ini telah memberikan dampak besar bagi orang-orang yang mempercayai-Nya, bahwa ayat ini telah menjadi pedoman dan penguat setiap orang-orang yang sedang patah atau lemah hatinya. Dari sudut pandang manusiawi, mungkin pada saat itu Tyler tidak bisa menerima apa yang telah terjadi padanya.
Kehidupan memang selalu memiliki sisi pahit yang tidak bisa disembunyikan, namun Tuhan selalu adil. Hari-hari buruk Tyler kelak berganti menjadi hari-hari cerah atau bahkan lebih membahagiakan, seperti kutipan yang ditulis Tere Liye dalam novel Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin, “Bahwa hidup harus menerima, penerimaan yang indah. Bahwa hidup harus dimengerti, pengertian yang benar. Bahwa hidup harus memahami pemahaman yang tulus.”.
Kelak esok hari, atau bahkan butuh bertahun-tahun, orang-orang seperti Tyler dapat mengerti ayat dan kutipan itu, tidak apa-apa. Karena setiap orang membutuhkan waktu.
Tulisan ini adalah kontribusi dari visitor Jawaban.com, Anda juga dapat berbagi dan menjadi berkat dengan berbagi kisah inspiratif, kesaksian, renungan, pendapat Anda tentang isu sosial atau berita yang terjadi di lingkungan dan gereja Anda dengan menguploadnya langsung melalui fitur Berani Bercerita di Jawaban.com, info lebih jelas KLIK DISINI.