Kisah Pengampunan Keluarga Lima Misionaris yang Dibantai Saat Layani Suku Pedalaman
Sumber: Google

Kata Alkitab / 3 June 2017

Kalangan Sendiri

Kisah Pengampunan Keluarga Lima Misionaris yang Dibantai Saat Layani Suku Pedalaman

Lori Official Writer
13554

Lima puluh tahun yang lalu lima orang misionaris yang melayani suku India Waodani di pedalaman hutan Ekuator dibantai dengan tombak hingga mati. Kelima misonaris itu adalah Nate Saint, Jim Elliot, Pete Fleming, Ed McCully dan Roger Youderian. Saat itu para misionaris ini masih berusia di bawah 35 tahun.

Beberapa tahun berikutnya peristiwa pembantaian itu pun menimbulkan efek yang sangat dramatis. Foto-foto yang penuh sensasi tentang pembantaian itu menghiasi majalah Life dan Time. Dan lima puluh tahun berlalu. Siapa sangka ternyata pengorbanan kelima misionaris itu membuahkan sesuatu.

Steven Saint, putra dari salah satu korban Nate Saint menulis dalam bukunya ‘End of Spear’ tentang riwayat hidup sang ayah dan dampak dari pelayanan yang dia dan rekan-rekannya lakukan di hutan Ekuator itu. Saat ayahnya dibunuh Steve baru berusia 5 tahun.

Tahukah kamu bahwa dimasa dewasanya, Steve malah kembali layani suku Waodani, yang jelas-jelas sudah membunuh ayahnya. Dia menuturkan bagaimana pengampunan dan perdamaian sudah menang atas kebencian yang memenuhi hatinya. Kematian sang ayah mungkin bukan sesuatu yang mudah diterima, terutama bagi ibunya. Tapi Steve bercerita bagaimana sang ibu justru terus berdoa bagi orang-orang yang sudah membunuh suaminya dan keempat misionaris lainnya. Tak lama setelah pembantaian kejam itu, tante Steve, Rachel Saint, bersama dengan salah satu janda korban Elisabeth Elliot menghabiskan banyak tahun tinggal bersama suku Waodani untuk menyelesaikan pekerjaan yang telah dimulai oleh kelima misionaris itu.

Saat diwawancara baru-baru ini Steve berkata, “Saya memiliki warisan pengampunan dari orang tua saya, dari keempat janda yang lain dan juga dari suku Waodani itu sendiri. Ia melanjutkan, “Itu tidak berarti saya tidak merasa kehilangan – rasa sakit akibat kehilangan ayah sangatlah pedih. Tetapi karena ibu saya terus mendoakan mereka, di saat saya menemui mereka, saya tidak memikirkan mereka sebagai orang yang telah membunuh ayah saya, tetapi sebagai orang yang paling spesial di dunia ini.”

Pelayanan yang dimulai sang tantelah yang membawa Steve terlibat melayani melayani suku Waodani. Dan setelah tantenya meninggal pada tahun 1994, Steve bersama keluarganya pindah dan tinggal di antara suku Waodani selama satu setengah tahun. Mungkin hal yang paling ajaib adalah salah satu orang yang bertanggung jawab atas kematian ayahnya, Mincaye, sekarang merupakan kawan akrabnya dan anak-anaknya menganggap Mincaye seperti kakek mereka sendiri.

Seperti diketahui kelima misionaris yang dibantai itu terdiri dari 6 orang. Tiga diantaranya masih hidup sebagai penatua gereja. Salah satu diantaranya yang bertanggung jawab atas kematian sang ayah bernama Mincaye malah menjadi teman akrabnya. Anak-anaknya bahkan menganggap Mincaye seperti kakek mereka sendiri.

Pada tahun 2001, mungkin ada yang masih ingat tentang sepasang suami istri, Gracia dan Martin Burnham yang disandera oleh kelompok militan di Selatan Filipina. Mereka adalah misionaris dari Amerika yang diutus oleh New Tribes Mission. Dalam operasi militer yang dilakukan oleh pemerintah Filipina untuk menyelamatkan mereka, Martin terbunuh dan Gracia berhasil diselamatkan. Beberapa tahun setelah itu Steve sempat bertemu dengan Gracia dan anak-anaknya yang sekarang harus dengan tabah melanjutkan hidup tanpa sosok ayah. Gracia meminta Steve untuk berbicara kepada anak-anaknya. Steve yang pernah mengalami hal yang sama memberitahu mereka, “Hidup kita akan mempunyai bab-bab yang susah, tetapi biarlah Tuhan yang menulis ceritanya, dan janganlah menghakimi sebelum kita membaca bab yang terakhir.”

Kisah kehilangan yang dialami Steve mengajarkan dia banyak hal. Alih-alih membenci pelaku, malah berkat doa sang ibu para pelaku pembunuhan akhirnya bertobat dan melayani Tuhan.

Hal ini juga mengingatkan kita bahwa kita tidak tahu apa yang akan Tuhan lakukan atau apa yang telah Tuhan rencanakan bagi kita. Lewat kematian kelima misionaris itu Tuhan dapat bekerja secara luar biasa entah di dalam hidup keluarga korban maupun di suku Waodani itu sendiri. Namun hal ini tidak akan terjadi jika keluarga korban tidak mengikuti jejak Yesus dengan mengampuni dan mengalahkan kejahatan dengan kebaikan..Tidak ada perdamaian tanpa pengampunan, dan pengampunanlah yang justru telah menyelamatkan mereka dari kepahitan.

Di sisi lain, mungkin akan ada orang yang berpendapat, tidakkah harga yang harus dibayar oleh kelima misionaris itu terlalu tinggi? Menurut pemikiran Steve, kelima misionaris itu tidaklah merasakan bahwa harga yang mereka bayar itu terlalu tinggi. Bagi mereka, menjangkau suku terpencil yang belum pernah mendengar Injil adalah tugas yang sangat penting, dan resikonya memang layak ditanggung, sekalipun mereka harus kehilangan nyawa.

Sumber : Hana Karuna/Jawaban.com
Halaman :
1

Ikuti Kami