Sebanyak 9 sandera yang ditangkap kelompok teroris Maute yang
berafiliasi dengan ISIS ditemukan tewas dalam kondisi mengenaskan pada Kamis
(25/5). Semua korban ditemukan tak lagi bernyawa dengan kondisi tertembak dan terikat dalam satu tali yang sama di rerumputan.
Kabar yang dilansir dari Mail Online ini menyampaikan, seluruh
korban diyakini adalah warga Kristen Marawi. Warga desa yang menemukan para korban
mengaku tak berani memindahkan mayat tersebut karena takut dengan kelompok ISIS yang masih berkeliaran di daerah tersebut.
Kabar pembunuhan brutal ini menyebar setelah teroris Maute menculik
seorang pastor Katolik berserta beberapa jemaat paroki lainnya dan membakar Katedral
Our Lady Help of Christians di Marawi pada Selasa (23/5) lalu. Sang pastor diidentifikasi bernama Teresito Suganob.
Atas peristiwa itu, Koferensi Uskup Kaatolik Filipina (CBCP) mendesak
pemerintah untuk menjamin keselamatan para sandera. Uskup Agung Gereja Katalik
setempat, Kardinal Quevedo pun menyerukan permohonannya. “Saya berdoa untuk
keamanan semua sandera. Saya memohon hati nurani para penyandera untuk tidak menyakiti
orang-orang yang tidak bersalah seperti yang diajarkan oleh ajaran Islam. Saya mengajukan
permohonan kepada para pemimpin agama Islam untuk membujuk penyandera membebaskan sanderaan tanpa cedera,” ucapnya.
Sementara beberapa jam sebelum penculikan tersebut, bentrokan
pecah antara pasukan militer Filipina dengan kelompok Maute. Kekacauan mulai
pecah saat militer meluncurkan ‘operasi bedah’ untuk menangkap Isnilon Hapilon,
pemimpin kelompok Jihadis Abu Sayyaf, yang dilindungi oleh kelompok Maute pada hari Selasa sore.
Kekacauan semakin menjadi-jadi setelah kelompok Maute memasang
bendera ISIS di seluruh kota. Ribuan warga terpaksa melarikan diri setelah teroris
mengambil alih sebuah rumah sakit pemerintah, membakar beberapa gedung, dan menduduki beberapa daerah di Marawi.
Warga bahkan menyampaikan bahwa kelompok tersebut memanggil orang-orang
dari jalanan dan memaksa mereka untuk bergabung dengan ISIS. “Beberapa dari
mereka mengetuk pintu kami, beberapa mencoba masuk tapi kami mengunci pintu gerbang
kami,” ucap Amir Sumalih, seorang penduduk yang tinggal dekat dengan rumah sakit tersebut.
“Mereka tidak menembak warga sipil, mereka berteriak menggunakan megafon dengan memaksa mereka untuk bergabung dengan ISIS dan berjihad,” lanjutnya.
Sementara bentrokan antara militer dan kelompok Maute menjatuhkan
korban di kedua belah pihak. Sebanyak lima tentara dan dua polisi tewas, sementara dipihak Maute sebanyak 13 anggotanya tewas.
Pada Kamis, 25 Mei 2017, Angkatan Bersenjata Filipina kembali
mengerahkan sekitar 100 pasukan didukung oleh helikopter guna merebut Marawi dari tangan Maute.
Presiden Filipina Rodrigo Duterte sendiri telah menyatakan kondisi
darurat militer selama 60 hari di Mindanao, pulau yang dihuni oleh 22 juta
penduduk. Ia bersumpah akan segera bertindak keras terhadap kelompok teroris tersebut.
“Jika saya pikir kalian harus mati, kalian akan mati. Jika kalian
melawan kami, kalian akan mati. Jika ada pembangkangan secara terbuka, kalian akan mati,” ucap Duterte.
Sementara dirinya menyampaikan kepada seluruh warga di kota darurat
ISIS itu untuk tetap tenang dan tidak keluar rumah.