Apa Itu Hikmat? Yuk Belajar Soal Ini Dari Raja Salomo
Sumber: Hiltonchurch.org.uk

Kata Alkitab / 17 February 2017

Kalangan Sendiri

Apa Itu Hikmat? Yuk Belajar Soal Ini Dari Raja Salomo

Lori Official Writer
29310

Seberapa pintarkah kamu? Yang setidaknya cukup pintarlah ya! Apakah kamu cukup pintar untuk menginginkan hikmat? Cukup pintar untuk menimbang apakah hikmat itu membawa manfaat? Kalau demikian, apa manfaat hikmat? Apakah kamu setuju kalau hikmat memang menolong kita untuk mengatasi masalah yang kita hadapi? Kalau begitu yuk belajar dari Raja Salomo soal manfaat hikmat.

Terlihat pintar dan hidup secara pintar

Apa artinya menjadi berhikmat (baca Pengkhotbah 8:1)? Menurut ayat ini salah satu manfaat hikmat adalah mampu menjelaskan “perkara-perkara”. Bisakah kita membedakan antara orang yang berhikmat dengan orang yang tidak punya hikmat? Menurut Salomo, hikmat akan tercermin dari wajah orang yang memilikinya. Dia juga menuturkan kalau hikmat mengurangi kesan keras dari wajah kita dan membuat wajah lebih “berseri”. Kalau dalam The New Bible Commentary, “wajah berseri” diartikan sebagai pertanda bahwa seseorang itu baik budinya.

Pernahkah kamu menemukan seseorang dengan wajah berhikmat seperti yang dimaksudkan Raja Salomo? Menjadi seorang yang berhikmat berarti orang itu pertama-tama adalah sosok yang:

Taat kepada penguasa dunia

Kita semua pasti pernah atau sedang berada di posisi menjadi bawahan bukan? Misalnya, kamu adalah seorang pengacara, maka kamu pasti akan mengangkat sumpah untuk menegakkan undang-undang negaramu. Atau sebagai pejabat pemerintah, kita pasti harus mengangkat sumpah untuk melakukan tugas kenegaraan dengan sebaik-baiknya. Jadi sebagai orang yang berhikmat, seseorang itu pasti adalah sosok yang taat kepada sumber hikmat itu sendiri, yaitu Tuhan, sang penguasa dunia.

Sementara mereka yang tidak mempunyai hikmat digambarkan sebagai pribadi yang pembangkang, tidak taat dan pemberontak. Memang akan ada kasus ketika kita memiliki pemimpin yang kompromi dengan kejahatan. Tapi sebagai bawahan, kita membutuhkan hikmat untuk menghadapinya. Adalah kebodohan jika kita secara langsung menentang orang yang memiliki wewenang.

Orang-orang berhikmat tahu waktu dan cara yang tepat untuk menghadapi para pemimpin yang semena-mena. Dalam Pengkhotbah 8: 5-6, Salomo jelas mengatakan bahwa, “Siapa yang mematuhi perintah tidak akan mengalami perkara yang mencelakakan, dan hati orang yang berhikmat mengetahui waktu pengadilan, karena untuk segala sesuatu ada waktu pengadilan, dan kejahatan manusia menekan dirinya.”

Mengakui keterbatasan diri

Dalam Pengkhotbah 8: 7-8, Salomo memaparkan bahwa aspek kehidupan orang yang berhikmat adalah hidup dengan benar. Orang-orang berhikmat menyadari keterbatasannya dalam menentukan masa depan. Karena itu, dia sangat berhati-hati dalam menggunakan masa hidupnya. Karena itulah orang berhikmat terhindar dari jebakan si iblis yang hanya berusaha mencelakakan saja.  

Hidup secara benar

Di Amerika Serikat, hukuman pidana sangat jarang dilaksanakan dengan segera. Diperbolehkan untuk berkali-kali mengajukan banding. Orang-orang yang dijatuhi hukuman mati karena melakukan pembunuhan sadis kadang kala hidup bertahun-tahun lamanya di “death row” (deretan orang-orang yang menunggu pelaksanaan hukuman mati atas diri mereka). Bagaimanakah pengaruhnya pada tingkat kriminalitas, menurut Salomo?)

Sekalipun orang jahat tidak ditangkapi, atau tidak dihukum dengan segera, apakah kejahatan ada ganjarannya? Salomo menegaskan bahwa pada umumnya orang yang takut akan Allah memiliki kehidupan yang lebih baik. Dalam Pengkhotbah 8: 15, Salomo mengatakan kalau orang-orang yang hidupnya benar akan memperoleh kehidupan yang lebih baik. Dengan kata-kata sederhana ayat ini bisa kita jabarkan seperti ini, “Percayalah pada Allah, lakukanlah hal yang benar, makan, minum dan bersukacitalah atas kehidupan dan kesempatan yang Allah telah berikan di sepanjang usia yang Allah telah karuniakan.”

Menjadi pintar, cerdas, dan berhikmat pun tidak cukup. Seseorang harus terlebih dulu hidup di dalam Tuhan. Sebab hikmat yang berasal dari Allah itulah yang akan membuat hidup kita lebih baik. Sebagian dari hikmat Allah dikaruniakan-Nya kepada kita. Sebagian lagi, berada di luar jangkauan kita.

Jadi pertanyaannya, maukah kita mencari hikmat Allah dan dengan senang hati percaya kepada Dia sekalipun hikmat yang kita miliki tidak cukup untuk memahami dan memecahkan semua masalah dalam hidup?

Sumber : Gobible.org/jawaban.com
Halaman :
1

Ikuti Kami