Joan dan Bill
Fortin sudah menikah selama lebih dari lima dekade (atau 50 tahunan). Setelah menghabiskan waktu bersama selama itu, Joan benar-benar mengakui kalau dia begitu mencintai Bill.
“Aku benar-benar
mencintainya. Bagiku, pernikahan akan jadi pagar kayu berwarna putih, bunga mawar dan membesarkan sejumlah anak,” ucap Joan.
“Aku mencintainya
(Joan) juga, dan berpikir kami bisa membesarkan keluarga yang indah dan memiliki pernikahan yang luar biasa,” tutur Bill.
Saat mereka
menikah pada 20 November 1954, mereka seperti kebanyakan pasangan pengantin
baru lainnya, yang lebih menunjukkan hal-hal yang baik bukan hal yang buruk. Kalau
saja di waktu pernikahan itu mereka sudah membayangkan soal hal-hal tak terduga
terjadi dalam pernikahan mereka, mereka akan melihat bagaimana pengantin pria tidak setia dan salah satu diantara mereka harus mengambil pilihan.
Tapi,
syukurlah, hari Valentine jadi momen khusus bagi pasangan ini untuk bisa saling
mendampingi selama puluhan tahun. Bagaimana Joan dan Bill bisa melewatinya? Apa
yang mereka lakukan? Buat kamu para pasangan muda, bisa belajar 10 makna Cinta sejati dari pernikahan Joan dan Bill Fortin ini.
1. Pernikahan butuh kehadiran Tuhan. Kita tidak menyadari
bahwa ada dua orang berdosa yang menikah satu sama lain. Dua orang yang sangat berdosa yang membutuhkan Tuhan, sang penolong.
2. Berani berkomitmen satu sama lain. Cinta bukan
soal perasaan, tapi cinta adalah komitmen. Tidak peduli dalam kondisi apapun, seorang pria harusnya berani melamarmu di depan ibumu.
3. Bangun kebiasaan doa bersama pasangan. Daripada berdoa
sendiri-sendiri dan memusatkan perhatian pada diri sendiri. Akan lebih baik membiarkan Tuhan berada di antara kalian dalam persekutuan doa bersama.
4. Saling memaafkan : Yang aku pikirkan adalah jika
Tuhan bisa mengampuniku dari dosa-dosa, siapa aku yang tak mau memaafkan suamiku?
Nah, sikap mengampuni menjadi faktor yang penting dalam pernikahan. Karena siapapun
pasti punya kekurangan dan kesalahan, karena itu sama seperti Yesus mau mengampuni dosa-dosa kita, kita pun harusnya mau mengampuni pasangan kita.
5. Menyadari bahwa tak ada pasangan yang sempurna. Kristus sudah
memberiku pemahaman dan membuatku tahu bahwa semua orang kadang kala akan melakukan
kesalahan. Jadi, jangan pernah menuntut pasanganmu menjadi pribadi yang sempurna.
Sebaliknya, pernikahan dirancang supaya suami istri sama-sama belajar menjadi sempurna bagi satu sama lain.
6. Miliki iman kalau Tuhan tahu apa yang Dia lakukan. Banyak orang
bertanya kepadaku “Belum punya anak?” Dan aku menjawab, “Belum, tapi aku yakin aku
punya waktu yang baik untuk memberitahukan kamu soal bagaimana membesarkan anak-anak mu.
Saat Tuhan sepertinya
belum mempercayakan suami istri keturunan, bukan berarti pernikahan itu gagal. Tapi,
ada rancangan Tuhan yang jauh lebih indah dari sekadar memiliki keturunan biologis. Jadi, inilah yang sama-sama harus dipahami.
7. Andalkan Tuhan dalam pernikahan. Tuhan tak
pernah berhenti bekerja di tengah-tengah pernikahan, bahkan di saat-saat terberat
sekalipun. Sekalipun ada masa duka atau peristiwa yang menyedihkan terjadi, tetaplah mengandalkan Tuhan dan percaya dalam iman bahwa rahmat-Nya yang besar akan dilimpahkan-Nya.
8. Pernikahan membutuhkan kompromi. Jangan pernah
memaksakan pilihan atau kehendakmu sendiri. Sebab pernikahan berbicara tentang saling
berbagi dan saling berdiskusi dan berkompromi soal pilihan atau keputusan menyangkut kepentingan bersama.
9. Objektif dalam memecahkan masalah. Pernikahan
adalah kuliah karakter. Dalam artian, setiap pasangan sudah seharusnya sama-sama
belajar, khususnya dalam hal bersikap satu sama lain. Dalam pernikahan, pertengkaran
itu pasti akan selalu terjadi, tapi yang terpenting adalah bagaimana sikap masing-masing dalam menyelesaikan persoalan dengan cara yang tepat.
10. Cinta sejati hanya milik Tuhan. Karena itu
melalui pernikahan, Tuhan menyatukan pria dan wanita supaya keduanya dimampukan untuk bisa saling mengasihi sama seperti kasih Tuhan atas hidup mereka.
Setelah Joan dan Bill Fortin sama-sama diproses melalui pernikahan mereka selama 50-an tahun itu, keduanya mengaku benar-benar melihat berkat-berkat Tuhan nyata terjadi. Berkat kasih Tuhan, keluarga mereka bisa saling memiliki satu sama lain. Karena itulah, masalah bukan lagi persoalan besar bagi pasangan yang dianugerahi 5 anak, 8 cucu dan satu cicit ini.
Sumber : Cru.org/jawaban.com