My Sin Was Great, Your Love Was Greater
Sumber: http://apologika.blogspot.co.id/2014/10/

Kata Alkitab / 30 January 2017

Kalangan Sendiri

My Sin Was Great, Your Love Was Greater

Teng Ryo Contributor
6154
Saya memang terlahir sebagai seorang Kristen. Dari kecil saya sudah diikutkan oleh orang tua untuk pergi ke sekolah minggu. Ketika ikut sekolah minggu, saya ini termasuk dalam kategori anak yang manis. Lho bagaimana tidak? Disuruh doa saya bersedia, disuruh untuk maju memuji Tuhan juga saya tidak pernah menolak. Saya terus bertumbuh menjadi seorang anak yang takut akan Tuhan dengan segala kegiatan rohani di masa kecil saya.
Akan tetapi, segala kebenaran iman yang saya pupuk di masa kecil mulai layu ketika masuk di jenjang SMP. Saya mulai “belajar nakal” di masa ini. Saya belajar mulai dari kenakalan simpel seperti mencontek dan bolos, hingga meningkat ke kenakalan yang semakin parah seperti: merokok, minum minuman keras, balapan liar, pornografi, pacaran sembarangan, dan bahkan sampai ngobat.
Rusak sekali hidup saya di masa remaja itu. Terjadi sebuah perubahan kehidupan yang drastis dibandingkan dengan kehidupan masa kecil saya. Di waktu-waktu itu tentu Roh Kudus berbicara dalam batin saya. Roh Kudus menyuarakan teguran dalam hati, yang terus membuat saya merasa bersalah ketika melakukan dosa-dosa itu. Akan tetapi hasilnya saya hanya jatuh dan bangun dalam penyesalan. Hal itu hanya membuat sebuah siklus yang terulang terus-menerus terjadi. Sebab, hidup dalam dosa terus menjadi gaya hidup yang tidak bisa saya hindari. Sampai akhirnya ketika saya beranjak ke SMA, ada sebuah  kejadian yang menjadi puncak semuanya. Pada saat itu saya dan teman-teman saya dikeluarkan karena mencuri uang milik teman-teman sekelas. Entah kenapa saya begitu tega kepada keluarga di kelas saya sendiri. Karena peristiwa itu akhirnya saya dan teman-teman saya disidang dan diskors di sebuah ruangan untuk menantikan sanksi yang akan diberikan.
Dalam masa-masa itu saya cuma bisa menyesal, takut, menangis, serta sembari berdoa agar diberikan sanksi yang ringan. Saya malu kalau bertemu dengan warga sekolah apalagi kalau sampai bertemu teman sekelas, yang notabene adalah korban pencurian kami. Namun, tiba-tiba sebuah peristiwa yang tak terduga terjadi. Pada hari itu teman-teman sekelas kami mendatangi ruangan di mana kami dihukum. Saya pikir kedatangan mereka ini untuk memaki-maki atas apa yang telah kami lakukan pada mereka. Sebab seandainya memang begitupun saya telah siap badan menerima konsekuensinya. Akan tetapi, bayangan saya itu tidak terjadi. Teman-teman sekelas saya ini malah melakukan sebuah hal yang mencengangkan. Dengan ekspresi bersedih mereka menyayangkan atas apa yang terjadi. Mereka memberi semangat buat kami, berdoa buat kami. Bahkan akhirnya ketika keputusan itu diberikan dan kami harus dikeluarkan, mereka malah menangisi kepergian kami semua  yang  padahal adalah seorang pencuri uang mereka. 
Saya tidak habis pikir sebegitu gilakah mereka mengasihi kami? Saya seperti hendak mengatakan kepada mereka bahwa, "Ini lho aku pencuri uang kalian. Kenapa kalian menangisi kepergian kami?"
Setelah saya renungkan peristiwa itu saya sadar bahwa melalui teman-teman sekolah saya ini, akhirnya saya mengerti dengan sederhana bahwa demikianlah  konsep kasih Allah. Inilah sebuah kasih Allah yang mau menerima kembali separah dan setidak layak apapun saya. Inilah sebuah kasih Allah yang begitu besar, yang mengejar saya dengan gigihnya. Kita dapat belajar tokoh di Alkitab yang bernama Paulus mengenai konsep kasih ini. Kita tahu ketika ia masih bernama Saulus dan belum mengenal kebenaran, hidup Saulus begitu rusak. Ia seorang yang radikal membenci Kristen dan bahkan menganiaya para pengikut Kristus. Akan tetapi hati Paulus yang keraspun dapat luluh berubah ketika mengerti akan konsep anugerah. Di dalam suratnya kepada jemaat Roma di pasal yang kelima, ia berkata bahwa “Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa” (TB).
Paulus sungguh mengerti akan anugerah kasih Allah baginya, yang telah diberikan dalam keadaannya yang tidak layak yakni ketika dia masih hidup dalam dosa. Inilah sebuah anugerah dari Allah yang menurut cara pandang kita sebenarnya tidak masuk akal. Sebab, ketika yang lain mengasihi di saat kita baik kepadanya, maka konsep kasih Allah adalah mengasihi tanpa mengenal status kelayakan diri kita. Yesus mati bukan karena apa yang telah kita lakukan pada-Nya. Kristus mengasihi hanya karena Ia mau mengasihi kita. Inilah kasih sempurna Allah yang telah dicurahkan bagi kita manusia. Ketika kita telah mengerti kasih Allah yang begitu besarnya, mari kita berterimakasih atasnya dengan hidup menyenangkan-Nya. 

Tulisan ini adalah kontribusi dari visitor Jawaban.com, Anda juga dapat berbagi dan menjadi berkat dengan berbagi kisah inspiratif, kesaksian, renungan, pendapat Anda tentang isu sosial atau berita yang terjadi di lingkungan dan gereja Anda dengan menguploadnya langsung melalui fitur Berani Bercerita di Jawaban.com, info lebih jelas KLIK DISINI.
Halaman :
1

Ikuti Kami