Gara-gara
ulah pendeta, gereja injili Catch the Fire Australia ini harus berurusan dengan
tagihan pajak setelah Badan Amal Australia dan Not-For-Profits Commission mencabut
ijin amal gereja tersebut. Hal ini terjadi karena ternyata selama tiga tahun
belakangan ini, sang pendeta asal Sri Lanka, Daniel ‘Danny’ Nalliah telah menerima lebih dari 500 ribu dolar sumbangan dana, persepuluhan dan persembahan.
Catch the
Fire adalah gereja yang berbasis di pinggiran wilayah bagian tenggara Australia
ini dibangun sejak akhir tahun 1990. Tapi sejak tahun 2013, Nalliah secara
resmi membangun Partai Rise Up Australia, sebagai lembaga Kristen radikal, yang
anti multikultural. Dia sendiri mengajukan diri sebagai kandidat dalam pemilihan federal tahun lalu.
Dia secara terbuka
mengajarkan pesan politiknya melalui mimbar dan mengumpulkan sumbangan untuk partai yang dipimpinnya itu lewat ibadah gereja.
Sebagai lembaga
amal yang terdaftar, Catch the Fire mendapat keringanan pajak karena terkoneksi
dengan konsesi pajak Commonwealth. Sehingga gereja ini mendapat keringanan GST, pembebasan pajak penghasilan dan potongan pajak.
Sayangnya, Badan
Amal Australia dan ACNC mencabut status ijinnya dengan alasan badan amal apapun dilarang mempromosikan atau mendanai partai politik.
Namun Nalliah
membantah bahwa dana amal Catch the Fire tidak pernah disalurkan untuk partai
politik. Dia justru menegaskan bahwa Catch the Fire sejak semula sudah
terang-terangan mengaku sebagai gereja politik. Dia juga menuturkan kalau
mereka juga memisahkan urusan antara kegiatan gereja dengan kepentingan politik.
“Kami melakukan
ibadah setiap hari Minggu, yang merupakan entitas yang terpisah dari amal, dan
orang-orang bisa datang ke ibadah gereja dan memasukkan uang ke dalam kotak
sumbangan dan mengatakan ini adalah untuk keperluan Partai Rise Up Australia,” ucap Nalliah.
Menurutnya,
orang-orang yang menyumbang dana untuk amal di ibadah, mereka juga sepenuhnya tahu
sumbangan itu untuk organisasi politik. “Gereja adalah tempat di mana orang memiliki hak untuk melakukan apa yang mereka ingin lakukan,” terangnya.
Sepak terjang gereja Catch the Fire
Di antara pelayanan
yang dijalankan gereja Catch the Fire, gereja di Hallam itu adalah salah satu
pelayanan yang berpusat pada konseling kehamilan. Gereja ini juga melakukan aksi
sosial dengan memberi makan sekitar 100 keluarga setiap minggunya, mendukung
dua panti asuhan di Sri Lanka dan menjalankan lebih dari 80 pertemuan doa di seluruh Australia setiap minggunya.
Gereja ini
memiliki enam karyawan paruh waktu yang dibayar sebagai karyawan lepas. Nalliah bahkan
mengaku dia dan istrinya sama sekali tidak digaji oleh gereja. “Kami secara sukarela melayani masyarakat,” ucapnya.
Tapi bagaimana
pun, kasus pencopotan ijin amal yang dihadapi Catch the Fire masih belum selesai.
Nalliah memutuskan untuk membawa kasus ini ke ranah hukum dan masih berkonsultasi
dengan pengacaranya untuk menuntaskan masalah yang disebutnya ketidakadilan
ini.
Kendati
masih dalam proses hukum, komisi amal Australia menyampaikan bahwa sebuah badan
amal boleh-boleh saja memperjuangkan perubahan terkait kebijakan pemerintah,
tapi tidak harus mendukung partai politik tertentu, atau meminta jemaatnya untuk
menyumbangkan suara mereka bagi kandidat. Dan hal itu jelas tertulis dalam undang-undang
terkait organisasi amal di negara kanguru tersebut.