Seorang mantan uskup Hong Kong mempertanyakan mengapa pemimpin Katolik dunia, Paus Fransiskus mau untuk bertemu dan menjajaki kemungkinan untuk mencapai kesepakatan dengan pemerintah komunis Cina, setelah tindakan diskriminasi selama ini yang dialami oleh umat Kristen disana.
Mantan uskup Hong Kong bernama Kardinal Joseph Zen itu menyatakan bahwa kebijakan Paus Fransiskus tersebut sama saja dengan "mengkhianati Yesus Kristus". "Paus mungkin mengetahui bagaimana komunis dianiaya (di Amerika Latin), tapi dia mungkin tidak tahu para penganut komunis yang membunuh ratusan ribu kristiani," katanya.
Diketahui sebelumnya bahwa Vatikan dan Beijing tengah mengadakan pembicaraan diplomatik untuk memecahkan perbedaan pendapat di antara mereka tentang bagaimana Kristen dan gereja harus berfungsi di Cina. Saat ini, Pemerintah Cina hanya memungkinkan orang Kristen beribadah di gereja-gereja yang dipantau negara, di mana imam dipilih pejabat politik, serta melarang menyebarkan ajaran dan iman mereka.
Atas hal itulah, Zen melihat bahwa para uskup Cina hanya merupakan boneka pemerintah. "Anda tidak bisa masuk bernegosiasi dengan mentalitas seperti itu, sama saja Anda mengkhianati diri sendiri dan Yesus Kristus," ujar pria 84 tahun itu.
Beberapa tahun ini, pihak Vatikan memang telah mewacanakan untuk menjajaki kemungkinan untuk mencapai kesepakatan dengan pemerintah komunis Cina, terutama untuk meningkatkan jumlah umat Katolik di negara itu.
Sampai saat ini terdapat sekitar 10 juta pemeluk Katolik di Cina. Imam Katolik menghadapi kenaikan jumlah penganiayaan dalam mempraktekkan iman mereka oleh otoritas sejak pembantaian Lapangan Tiananmen pada 1989.
Selai Katolik, Kristen Protestan juga tengah menghadapi rintangan yang sama dengan kampanye terbaru oleh pihak berwenang di Cina timur yang menghapus lebih dari 1.200 salib dari gereja.