Gereja-gereja
di Filipina akhirnya mengeluarkan suara-suara yang mengkritisi kebijakan sang
presiden, Rodrigo Duterte dalam pemberantasan narkoba. Seperti diketahui,
Duterte melakukan cara keras dengan menembak mati setiap orang yang terlibat dengan dunia narkoba.
Suara-suara
ini berkumandang bersamaan dengan tradisi jutaan orang di Filipina dalam ritual
tradisional memperingati mereka yang telah meninggal dunia, “All Saints'
Day" tahun ini. Ritual itu diperingati setiap 1 November oleh Keluarga
Katolik di Filipina dengan mengunjungi makam orang-orang yang mereka kasihi, menyalakan lilin, dan berdoa untuk jiwa mereka.
Dalam
pernyataan resminya, otoritas Gereja Katolik di Filipina kini kembali
menyerukan upaya pemberantasan narkoba melalui jalan yang benar dan langkah
yang sesuai. "Kami mendukung dengan iman melalui doa bagi mereka
yang tewas karena pembunuhan ekstra yudisial ini. Kami terus melanjutkan seruan
kami agar aksi pembunuhan dihentikan dan mencari pelaku dengan langkah yang sesuai," kata Pastor Jerome Secillano, Selasa (1/11/2016).
Sementara itu pastor
lainnya, Angel Lagdameo dari Provinsi Iloilo juga mengeluarkan pernyataan
tertulis Minggu kemarin. Dia menegaskan, gereja tak bisa menerima
pembunuhan ekstra yudisial yang telah melukai nurani sebagai manusia. "Setiap
kali ada orang tewas dibunuh tanpa melalui proses hukum, sebagian dari jiwa
kita pun mati. Kemanusiaan kita lenyap dan kebanggaan kita kian menyusut akibat
kondisi ini," tambahnya.
Hingga saat ini, Rezim Duterte telah membunuh sekitar 4.000 orang di Filipina yang diduga terkait dengan kejahatan narkoba. Gelombang kecamanpun segera datang mengecam kebijakan berdarah tersebut, seperti dunia internasional yang telah lebih dulu mengeluarkan kritik dan kecaman atas kebijakan yang disebut sebagai aksi pembunuhan ekstra yudisial, dan pelanggaran hak asasi manusia.