Di hadapan
ratusan hadirin dalam konferensi Movement Day Global Cities di New York, Zhang Heng
menceritakan tentang kasaksian imannya. Heng menuturkan jika di masa mudanya dia
adalah seorang ateis yang tidak percaya pada Tuhan dan agama. Namun di usia yang
relatif muda, Heng diserang kelumpuhan yang membuatnya putus asa dan sempat berpikir untuk mengakhiri hidup.
Saat itu di
tahun 1979, dia masih sangat ingat ketika dia berdoa kepada Tuhan meminta pertolongan
dengan dipimpin oleh seorang pendeta yang berbagi injil dengannya. Heng terus
mendengarkan pendeta tersbeut bercerita tentang kematian dan kebangkitan Kristus.
Saat itu sang pendeta mengatakan bahwa Heng bahkan bisa sembuh dan masuk surga apabila percaya kepada Yesus.
“Saya tidak
terlalu banyak khawatir tentang pengampunan, semua hal yang saya khawatirkan adalah kesehatan saya sendiri,” kenang Heng.
Saat itulah
sang pendeta mulai menyuruhnya untuk berdoa dan berpuasa selama tujuh hari. “Pada
hari ketujuh, Tuhan menyembuhkan saya. Saya bangkit dan berjalan. Semua
keluarga saya melihat hal itu dan mulai berlutut berdoa menerima Tuhan sebagai juru selamat mereka,” terangnya.
Sebulan
berlalu sejak peristiwa itu, keluarga Heng mengadakan pesta syukuran dan mengundang
beberapa kerabat dekat dan pendeta tersebut. Di sanalah Heng membagikan
kesaksian tentang mujizat kesembuhan yang dia alami kepada 50 orang yang datang. Dan tanpa disangka, mereka semua bahkan percaya kepada Tuhan malam itu juga.
Sejak itu,
Heng memutuskan menjadi pendeta. Delapan tahun dari saat itu, Heng dan kelompoknya
sudah membangun 200 gereja dengan jemaat mencapai 20 ribu orang. Kendati sebagain besar dari gereja tersebut sedang mengalami ancaman dari rezim partai komunis.
“Banyak hamba
Tuhan diseret ke penjara. Saya dikejar selama sekitar lima tahun dan
dijebloskan ke penjara selama tiga tahun. Saya bertanya kepada Tuhan mengapa
saya harus berada di penjara. Tuhan menjawab ‘injil dibutuhkan di tempat ini’. Jadi
bahkan di penjara kami banyak menuai jiwa yang hidup dalam iman, kami baptis mereka di kamar mandi,” katanya.
Kesaksian pendeta Zhang Heng ini menunjukkan realita tentang kondisi yang terjadi di Tiongkok saat ini, di mana ratusan juta umat Kristen menghadapi penganiayaan. Namun kondisi ini tidak akan menghentikan prediksi bahwa Tiongkok menjadi negara Kristen terbesar di dunia.
Sumber : Christiantimes.com