Pernikahan Mereka Menggugahku Untuk Menulis Kembali Janji Suci Kami

Marriage / 7 September 2016

Kalangan Sendiri

Pernikahan Mereka Menggugahku Untuk Menulis Kembali Janji Suci Kami

Lori Official Writer
5406

Minggu lalu saya dan suami saya menghadiri pernikahan seorang teman. Mereka menikah di usia 30-an, setelah keduanya sama-sama berkarir, memiliki tujuan dan status yang sejalan.

Saat acara pernikahan berlangsung, ada hal unik yang terjadi. Sangat berbeda dari pernikahan yang biasanya kami hadiri. Perbedaan itu terletak pada momen mengikrarkan janji suci, dimana kedua mempelai mengambil sehelai kerta dan mulai membacakan komitmen mereka masing-masing. Jujur, saya tidak pernah mendengar sumpah yang begitu tulus dan nyata seperti sumpah yang mereka ucapkan bersama.

Komitmen pernikahan yang mereka ucapkan tidak berisi tentang kalimat romantis yang hanya sekadar indah di dengar, melainkan sebuah kebenaran. Seperti beberapa kalimat ini:

Saya memilih untuk mempercayaimu dengan ketidaknyamanan terdalam saya…

Saya bersumpah untuk mencintaimu dengan kata-kata karena itu adalah bahasa cinta yang kau ucapkan, meskipun saya tahu itu bukanlah kekuatanku…

Saya berjanji untuk mengkomunikasikan perasaanku yang terdalam dan membiarkanmu masuk ke dalam hatiku bahkan ketika itu terasa sulit…

Ini adalah kalimat yang menjadi detak jantung dari sebuah pernikahan. Karena pernikahan yang sehat dibangun oleh dua orang yang tidak sempurna. Mereka yang menyadari tentang kelebihan dan kekurangannya memilih untuk masuk ke dalam janji tersebut dan tidak menghiraukan akan perjalanan apa yang bakal mereka tempuh di depan.

Janji suci itu mencerminkan cinta kita kepada Allah yang begitu mengasihi kita. Kita tidak menjanjikan cinta yang abadi atau kasih sayang yang kekal. Tetapi kita berjanji untuk dicintai tanpa syarat, dan kita berkomitmen untuk memberikan cinta yang sama. Sebuah cinta yang memerlukan tindakan sehari-hari, pengorbanan yang terus-menerus, dan berkomitmen setiap waktu. Sebuah cinta yang mengharuskan kita memilih orang lain dan meninggalkan kepentingan kita sendiri setiap hari.

Saat mendengar sumpah setia mereka, saya dan suami saya John yang sudah menikah selama enam tahun merasa tertantang kembali. Di malam setelah menghadiri pernikahan itu, kami memutuskan untuk duduk bersama dan menulis ulang janji suci kami masing-masing dari sudut pandang kami saat ini, siapa kami hari ini dan  tentang pengenalan kami satu sama lain.

Kami telah menghadapi banyak momen pasang surut dalam pernikahan, tetapi satu hal yang kami yakini bahwa kami jauh lebih saling mengasihi saat ini. Karena kami sudah saling mengenal lebih dalam. Janji suci yang kami tulis saat ini adalah tentang apa yang akan kami hadapi pada 6 tahun ke depan.

Janji suci yang kami tuliskan itu bahkan jauh lebih bermakna dibandingkan dengan janji suci yang kami ucapkan saat pernikahan kami pada 9 Juni 2007 silam. Janji suci ini penuh dengan air mata, pengakuan, pengampunan, komitmen, refleksi, harapan dan impian. Tetapi kebanyakan dari semua hal itu penuh dengan cinta yang sangat dalam.

Saya sudah ditantang untuk menuliskan kembali janji suci yang kami pernah ikrarkan bersama di altar gereja. Dan saat ini, saya juga akan menantang semua pasangan menikah untuk mengambil waktu dan merenungkan perjalanan pernikahan Anda di satu tahun terakhir ini. Ajaklah pasangan Anda untuk menuliskan kembali janji suci yang baru tentang apa yang kalian alami saat ini, tentang harapan Anda pada pasangan dan mimpi Anda akan pernikahan ini ke depan. 

Sumber : Disadur dari tulisan Debra Fileta di Truelovedates.com
Halaman :
1

Ikuti Kami